34| Perihal Rasa di Dalam Dada

733 106 32
                                    

TIDAK ada yang lebih indah daripada meratapi kesedihan dengan larut dalam kesendirian yang menyesakkan. Tidak ada yang lebih membuatnya lega ketimbang berdiam diri di dalam kamar, bergelung di bawah kain sarung yang menjadi selimutnya setiap kali kembali ke rumah, mendengarkan lagu-lagu melankolis melalui earpods kesayangannya sambil sesekali membiarkan satu dua cipratan air hujan yang berhasil lolos melalui celah genting tanah liat di atas sana menyentuh kulit tubuhnya.

Sudah tiga hari berlalu dan Vito masih membiarkan dirinya digulung oleh duka dan ribuan lara yang menyakiti hati serta raganya setelah kepergian Praswara. Dia ikhlas, benar-benar sudah ikhlas. Hanya saja, dalam kepala Vito yang penuh dengan kenangan-kenangan itu, tetap saja ada ketidakpercayaan tatkala mendapati paginya tak lagi diisi oleh suara Praswara ketika memberi makan ayam-ayam mereka di belakang rumah, tak lagi diisi dengan aroma minyak urang-aring yang lekat dengan keberadaan pria itu. Tak ada nasi goreng spesial buatan sang ayah, tak ada nasihat-nasihat ringan namun penuh makna dari pria renta penuh wibawa itu.

Sudah tiga hari ini Vito merasa kosong. Rumah menjadi amat sepi dan sunyi, padahal rekan-rekannya belum juga kembali pergi. Malah, beberapa ada yang baru sampai seperti Azizi dan juga Zahrain setelah menyelesaikan urusan mereka di Jakarta dan juga Bandung.

Tapi tetap saja, tanpa Praswara rumah ini hanya sekadar bangunan kosong tanpa arti yang tawa serta bahagianya telah ikut terkubur bersama tubuh ringkih Praswara tiga hari lalu.

Suara Vino, suara Flo, suara Anin, bahkan suara Shani sekali pun, rasa-rasanya tak akan sanggup memaksanya beranjak dari duka yang menyisakan banyak luka di dalam dadanya. Kepergian Praswara membawa serta jiwa Vito hingga menghilang entah kemana.

"Vito"

Kelopak matanya yang entah sudah berapa lama tak ia buka mengerjap pelan, ketika suara khas yang sering berlalu lalang di gendang telinga itu menyapa indera pendengarannya dengan begitu lembut. Halus dan sejuk, mengiringi ketukan pada pintu kamarnya yang sejatinya tak ia kunci sejak beberapa hari lalu.

"Ini gue sama Zahrain. Boleh masuk?"

Vito menelan salivanya beberapa kali, sebelum beranjak dan duduk di bibir ranjang hingga menimbulkan bunyi decitan yang amat khas. Memegangi kepala, menggelengkannya sekali untuk mengumpulkan penglihatannya yang masih kabur dan berbayang. "Ya, Zee. Masuk aja"

Bunyi pintu yang bergesekan dengan lantai mengiringi tubuh jangkung dua sahabatnya masuk ke dalam kamar. Senyum seulas Azizi dan Zahrain lemparkan, sebelum bergabung bersama Vito di atas kasur.

"Gue turut berduka cita. Sorry, baru bisa datang di hari ketiga"

Vito menganggukkan kepalanya. Tidak mengulas senyum, pun tak berusaha terlihat kuat di depan dua sahabat karibnya. Mereka tahu bagaimana Vito luar dan dalamnya. Jadi percuma jika dia menutup-nutupi semuanya. "Iya, Zee, Ran. Thanks udah care sama gue. Kalian enggak harus ke sini andaikan urusan di Jakarta lagi enggak bisa ditinggal" Vito membungkuk, menjimpit kaus putih polosnya yang tergeletak di lantai kemudian mengenakannya, "Kalian berdua aja ke sini?"

Zahrain mengangguk. "Fio—gue suruh tinggal di rumah enggak apa-apa 'kan, Vit? Takut kalau ada apa-apa di jalan" pria itu tersenyum kaku, nampak tak enak hati kepada Vito yang mengulas senyumnya ke arah mereka.

"Enggak apa-apa, kok, Ran. Sekali lagi, kalian berdua udah chat gue segitu banyaknya aja gue udah seneng banget" Vito menolehkan kepalanya ke arah Azizi yang duduk di sisi kiri, "Christy mana?"

"Ah, itu. Dia—enggak bisa datang" Azizi tersenyum kaku, "Christy lagi enggak enak badan di sana. Jadi—sorry, Vit"

"Santai, Zee. Cuma heran aja, biasanya kalian berdua kemana-mana dempet-dempetan mulu, haha" Vito menjatuhkan punggungnya pada amben tempatnya berbaring, menatap genting tanah air di atas mereka, sambil mengerjapkan matanya yang terasa perih beberapa kali, "Tumben sekarang Azizi sendirian enggak sama Christynya"

Someone Who Loving You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang