Joy & Mark - Dream Me.
“Aku akan melakukannya tapi kau harus memberiku waktu sampai Jeno benar-benar menyukaiku. Setelah itu aku akan meninggalkan Jeno agar dia bisa merasakan lagi bagaimana sakitnya di tinggalkan orang yang dia cintai.”
Terkadang kejadian tidak terduga bisa terjadi di hari-hari paling biasa. Suasana di tempat itu berubah secepat udara yang menguap. Layaknya tombak api yang mampu memberikan rasa kejut besar. Rekaman suara di ponsel Changbin sukses membuat semuanya tercengang. Tidak terkecuali Mark—satu-satunya yang mungkin berada di pihak lelaki itu— matanya ikut membulat saat tahu gadis sebaik Jaemin bisa mengatakan kalimat begitu kejam.
Jeno tak berkutik, ia tetap memperhatikan satu titik di kejauhan sana. Riuh tawa bahagia dari orang-orang yang sedang menikmati festival lambat laun memudar dan tergantikan oleh ingatan masa lalu paling menyakitkan.
Rasanya hampir sama seperti saat Jeno menyaksikan Ibunya sudah tidak bernyawa. Ketika akhirnya dia tahu, sakit yang paling sulit sembuh bukan karena di pukuli, melainkan di tinggalkan oleh seseorang yang sangat dia cintai. Jeno melepaskan tangan gadis itu dalam genggamannya, bulir bening merosot di satu pipinya.
“Jeno..”
Lutut Jaemin seketika melemas, air matanya kembali merebak. Ia jatuh terduduk saat lelaki itu mulai bergerak pergi dari tempatnya.
“Bagaimana rasanya Jeno? Sakit bukan,” Namun kembali di tahan oleh suara Changbin.
Changbin berjongkok di hadapan Jaemin untuk melihat betapa menyedihkannya gadis itu tapi tidak lebih menyedihkan dari Jung Jeno yang selalu jadi pengecut ketika tengah sedih.
“...saat tahu gadis yang kau cinta ternyata bersekongkol untuk menghancurkanmu, tsk,” dengus lelaki itu lantas menyingkirkan helaian rambut yang menempel di pipi basah Jaemin.
Changbin mendengar geraman marah dari bibir gadis di hadapannya, dia membalasnya dengan senyuman ejekan.
“Kau yang memaksaku! A-aku sebenarnya tidak ingin melakukannya! T-tapi kau memaksaku brengsek!” teriak gadis itu sambil mencengkram kerah jaket Changbin sangat berani.
“Woah, Na Jaemin ternyata pandai mengatai orang? Apa dalam rekaman suara ini terdengar ada pemaksaan? Tidak, kau mengatakannya seakan memang memiliki amarah terpendam padanya, jalang..”
"Changbin!" bunyi seseorang menggebrak meja terdengar.
Lelaki yang di panggil kembali berdiri dan melepaskan secara kasar cengkraman Jaemin di jaketnya. Renjun orang pertama yang peka akan tindakan kurang ajar Changbin, gadis itu tidak ingin ikut campur karena tidak mengerti apa masalahnya, dia lebih memilih menenangkan sahabatnya.
Changbin memperhatikan sekelilingnya, teman-teman Jeno sudah mengeluarkan tatapan tajam dan lelaki itu rasanya seperti di kepung oleh para lintah darat.
Termasuk Mark si pelaku pemukulan meja. Kini tengah berdiri dengan bahu naik-turun karena emosi.
“Kenapa?” tanya Changbin pada kawan dekatnya, “Jangan berlagak membelanya, lakukan saja peranmu seperti yang kusuruh tempo lalu, kau ingin jalang hamil itu bukan?”
Mark semakin merematkan tangan mendengar Jaemin lagi dan lagi di katai Jalang.
“Oh, jadi kau mengajakku berkencan karena merencanakan ini semua, Mark Lee?!” bentak Haechan bertolak pinggang, matanya seakan hendak lepas dari rongganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love a bastard [✓]
Fanfiction[COMPLETED] Terjebak dalam kehidupan seorang bajingan adalah sebuah Neraka tapi Jaemin berhasil membuat Bajingan itu akhirnya luluh karena cinta. 🚫 18++ ⚠️ Genderswitch. 2020 © Saeddongmik