7. Solidaritas?

566 97 12
                                    

  Setelah 3 jam berlalu. Akhirnya bel istirahat pun berbunyi. Membuat Illya melangkahkan kakinya keluar kelas menuju perpustakaan. Seraya mengomel pada ponselnya.


"Milla lo jahat banget sih hari ini gak berangkat gue, 'kan mau cerita banyak hal sama lo," omel Illya pada Milla yang sedang ditelponnya.

"Ups sorry, sengaja," ucap Dewa setelah menyiramkan air mineral di rambut Illya. Yang membuat Illya langsung mematikan panggilannya pada Milla. Menatap tubuhnya yang sudah basah. Belum lagi rambutnya yang sudah basah kuyup.

"Sebenernya mau lo tuh apa sih? Gue gak bikin masalah yah sama lo," ujar Illya mulai emosi. Dari kemarin Illya tak meladeni anak The Freak, karena Illya tau mereka membela Ali. Illya tau itu bentuk solidaritas mereka pada Ali. Tapi pembelaan teman-teman Ali benar-benar kelewatan sekarang. Dan Illya tak bisa sabar lagi.

"Wih udah berani lo sama gue," ucap Dewa tangannya mencengkram pipi chubby Illya kasar. Membuat Ricky dan Nicol menatap Illya iba. Nichol ingin sekali membawa Illya pergi dari hadapan anak The Freak. Tapi Nichol tak mampu untuk melakukan itu.

"Ih Dewa, gak boleh kasar sama cewek," nasehat Ricky. Yang membuat Dewa tersenyum smirk. Dewa tak peduli. Gadis di depannya sudah berani melawannya. Maka dari itu ia harus mendapatkan hukumannya.

"Ric, lo juga suka sama dia. Inget lo sama dia juga beda agama. Jadi jangan ngarep bisa berjodoh sama dia," ujar Dewa seraya melepaskan cengkraman Illya kasar. Hingga wajah Illya terhempas dan hampir saja terbentur dinding di sampingnya tapi untung saja itu tidak terjadi karena ada yang menghalangi kepalanya. Hingga Illya terbentur dada bidang seseorang. Illya menghirup aroma tubuh orang yang menghalangi kepalanya dari benturan dinding. Illya sangat mengenal aroma tubuh ini.

"Kalian kelewatan! Gak seharusnya lo giniin dia. Lagian gue juga udah maafin dia kok. Jadi gak usah lebay," ucap Ali yang membuat Illya mendongakkan wajahnya. Sudah Illya duga orang yang mehalanginya dari benturan dinding adalah Ali. Aroma khas Ali sudah tak asing di hidung Illya.

"Ini bentuk solidaritas kita sama lo, Li," ujar Angga memberi pembelaan pada Dewa.

"Gue gak butuh solidaritas kalian semua! Jadi gak usah bertindak bodoh buat belain gue!" ucap Ali tegas suara beratnya meninggi.

"Tapi, dia pantes dapetin itu Li. Gara-gara dia lo gak bisa ikutan balapan kemarin," ucap Kevin buka suara.

"Tapi, itu bukan alasan buat kalian ngerjain dia. Kalian bisa dapet masalah sama sekolah kalo terus begini!" ujar Ali suara tegas dan meningginya membuat mereka diam. Tak ada lagi yang berani membuka suara. Termasuk Ricky yang selalu melontarkan lawakkan dan kata-kata yang menggelaykan untuk Ali. Kini hanya bisa diam. Ini pertama kalinya bagi anak The Freak melihat ketuanya menggunakan nada tinggi saat berbicara dengan mereka. Biasanya Ali terkesan cuek dan dingin. Jika bicara pun hanya secukupnya saja. Tapi walau begitu Ali tetap teman, sahabat dan ketua geng yang asik untuk semua anak The Freak. Terutama untuk Ricky yang sangat gemar menggoda Ali dengan panggilan yang menggelaykan. Tapi itu hanya bercandaan saja tidak serius. Ricky laki-laki normal yang masih suka wanita.

   Ali langsung menarik tangan Illya lembut, untuk pergi dari hadapan anak The Freak. Dan memasuki perpustakaan.

"Duduk," pinta Ali yang membuat Illya duduk di bangku perpustakaan. Illya memperhatikan wajahnya dari layar ponselnya. Sesekali tangannya memegang pipi chubbynya yang terasa sakit karena Dewa yang mencengkramnya kasar. Hingga meninggalkan bekas merah di pipi Illya.

Partner Belajar [Novel Ready Stok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang