Senza cukup terkejut dengan adanya Saga yang tiba-tiba datang kerumahnya. Senza melirik kedalam sebentar lalu buru-buru menutup pintu rumah. Ia lantas menarik Saga keluar dari rumahnya."Ikut gue!" ujar Senza menarik Saga keluar dari gerbang rumahnya. Didepan gerbang, Saga hanya senyam-senyum melihat Senza. Sedangkan Senza was-was jika nanti Zero datang kerumahnya.
"Ngapain kerumah gue?!" tanya Senza melepas tangannya dari lengan Saga.
"Mau main," jawab Saga enteng.
Senza melotot kearah Saga,"Lo pikir lo siapa?"
"Tadi lo nyebut nama gue," ujar Saga sambil memasukkan tangannya dikantong celana.
"I know! Lo Saga. Tapi gue ngga ada niatan buat temenan sama lo," ujar Senza lalu balik badan ingin pergi.
"Oh jadi gini perlakuan lo sama gue?! Setelah gue nolongin lo dari preman seminggu yang lalu?" seru Saga yang membuat Senza menghentikan langkahnya. Senza berbalik dan menatap Saga tajam, ia kembali jalan ke arah Saga.
"Mau lo apa?" tanya Senza bersedekap tangam didada.
"Mau temenan sama lo," ujar Saga enteng.
"Lainnya," balas Senza.
"Ngga ada. Salah gue mau temenan sama lo?" tanya Saga kembali kepada Senza.
"Bukan salah atau engga nya. Masalahnya disini lo adalah musuh Zero. Atau...... lo mau balas dendam ke Zero lewat gue?" tanya Senza dengan mata menyelidik.
Saga terkekeh,"Pikiran lo terlalu jauh."
"Gue ngga ada waktu buat ngurusin hal ginian. Kalo masalah balas budi tentang lo nolong gue kemarin, gue bakal balas. Tapi engga dengan itu," ujar Senza lalu balik badan meninggalkan Saga.
"GUE MAU LO KETEMU SAMA GUE DITAMAN CEMPAKA JAM 4 SORE!" teriak Saga membuat Senza menaikkan tangan kanan untuk melambaikan kearah Saga.
Satu minggu yang lalu........
Senza sedang mengendarai mobil menuju ke rumahnya. Ia terpaksa balik arah karena jalanan yang biasa ia pakai ada penggalian kabel telepon. Senza tidak terbiasa lewat sini, karena sepi apalagi ini malam hari. Senza mengendarai mobilnya seperti biasa. Namun, sialnya! Mobilnya terasa berat sebelah. Senza mau tidak mau berhenti dipinggir jalan untuk memeriksa ban mobil.
"Sial! Pake kempes segala," gerutu Senza ketika melihat ban mobilnya. Senza membuka pintu mobil untuk menghubungi seseorang. Baru ingin menekan nomor telepon, ia dikagetkan dengan gebrakan dimobilnya. Ketika ia mendongak, didepannya sudah ada dua orang yang tidak dikenalinya. Mereka berbadan kekar seperti preman.
"Sendiri neng?" tanya salah satu mereka yang bertubuh gemuk botak. Senza hanya diam.
"Serahin kunci mobil lo!" teriak satunya mendekat kearah Senza. Senza langsung saja tersulut emosi,"Enak aja! Lo berdua siapa?!" teriak Senza.
Senza yakin mereka berdua adalah preman ingin membegal mobil. Senza memegang tasnya erat ketika preman tersebut tertawa keras,"Berani juga ya lo bocah!" seru orang yang berbadan tinggi besar gondrong.
"Jangan macem-macem! Atau gue bakal teriak!" seru Senza menodongkan tangannya kearah preman.
Sontak saja tas Senza direbut paksa oleh preman tersebut. Senza teriak minta tolong sekeras mungkin. Senza harus bisa lari, bodo amat dengan mobilnya. Tapi yang terpenting adalah tasnya ini. Senza mencoba merebut tasnya lagi, dan ia kalah. Senza terjatuh kebelakang,"Aduh!"
"Cari kunci mobilnya!" perintah preman tersebut kepada temannya. Mereka mengobrak abrik tas Senza,"Tidak ada bos!" ujar preman yang menggeledah tasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENZA [COMPLETED]
Teen FictionSenza Allera, satu tahun berpisah dengan mantan pacarnya tidak membuatnya mudah melupakan mantannya. Apalagi putus dengan alasan diselingkuhin. Zero Aldrico, dikhianati pacarnya memang sangat menyakitkan. Pacar yang sangat ia cintai ternyata bermai...