Explore 14 Kupu-kupu Yang Beterbangan

69 13 0
                                    

Aku kemudian tertunduk sambil melihat ke arah tanganku yang masih menggenggam pisau, alangkah terkejutnya aku ketika melihat tanganku sendiri. Ya.. Tanganku terlihat begitu kurus seperti tulang berbalut kulit, apa yang terjadi pada ku ?! Aku mulai meraba-raba wajah dengan kedua tanganku yang tampak ringkih. Di sana, aku bisa merasakan tulang pipiku bertonjolan, cekungan di sekitar mata serta rambut-rambut yang tumbuh pada dagu dan bagian atas bibirku.

Apa-apaan ini ! Bagaimana mungkin hanya semalaman saja berada di tempat jahanam itu bisa membuatku berubah sedrastis ini ?! Apakah setan-setan keparat yang ada di bangunan itu menyerap sesuatu pada tubuhku hingga membuatku berubah jadi seburuk ini ?

Setelah agak lama terdiam akibat shock dari perubahan tubuhku, aku berdiri kemudian bergerak melewati gerbang tanpa pintu tersebut, lalu duduk bersandar pada salah satu pohon yang berumput dan teduh di bawahnya, sekalian menaruh pisau yang sebelumnya aku genggam di dekatku.

Pandanganku terpaku pada jalan memasuki hutan yang agak gelap itu karena sinar matahari tampak tidak berdaya menembus rimbunnya dedaunan dari barisan pepohonan yang ada di sekitarnya, sembari memikirkan bagaimana cara agar aku bisa menemukan jalan keluar dari hutan ini.

Aku mengeluarkan ponselku lagi dan mencoba menghidupkannya namun masih tidak ada reaksi juga,

"Haaahh...!" Desahku dengan kesal

Dengan cepat aku menaruh benda itu kembali pada tempatnya kemudian merogoh tas Ditra untuk mengambil ponselnya dengan maksud, jika ada sinyal (meskipun kemungkinannya tipis karena aku berada di hutan yang terpencil), aku bisa melakukan panggilan untuk meminta bantuan. aku berharap ponselnya tidak mati atau terkunci.

Sial... ! Ponselnya juga mati, aku mengobrak-abrik isi tasnya karena aku ingat ada power bank di sana.

Setelah aku menemukannya, dengan segera ku colokan pada ponsel Ditra, tidak ada apapun yang terjadi. Aku cek kembali power banknya.
Lampu tanda benda tersebut berfungsi tidak menyala, apakah benda ini rusak ?

Aku meletakan ponsel Ditra kembali ke tas dan mulai bangkit untuk bergerak. Aku tidak ingin berlama-lama di dekat bangunan ini meskipun hutan ini bisa membuatku tersesat dan di serang hewan buas, tapi sepertinya hal tersebut jauh lebih baik daripada aku harus terjebak di sarang setan itu.

Sambil menggenggam kembali pisau dapur besar yang sebelumnya ku letakkan di atas rerumputan, aku melangkahkan kakiku ke hamparan tanah dan dedaunan kering hutan ini, tapi sebentar... tanah dan dedaunan kering ? Bukankah semalam turun hujan deras... mengapa kering ? seharusnya tanah dan dedaunan ini terasa basah atau berair.. paling tidak terasa lembap, apa lagi hutan ini rimbun.

Saat aku berada di lapangan tadi aku juga tidak melihat adanya genangan air atau apapun yang menunjukan kalau ada hujan deras semalam. Hujan itu pun terjadi sekitar jam 1 malam dan berlangsung cukup lama apalagi menurutku suasana saat ini mungkin sekitar jam 9-10 pagi karena cahaya matahari tidak begitu panas ketika aku berada di lapangan sebelumnya, aku mendadak menghentikan langkahku akibat munculnya hal membingungkan lain yang kembali menimpaku.

Apakah aku sebenarnya sudah berada di tempat itu selama berhari-hari ? Berapa lamakah itu ? sehari, Tiga hari atau seminggu ? Aku juga sempat tertidur atau pingsan di tempat tersebut tapi, rasanya tidak lama... Mungkin saja sudah sebulan, tentunya saat pingsan itu aku tidak menyadarinya, mengingat aku juga sempat mengalami kelaparan yang hebat dan rasa lemas yang luar biasa pada saat terbangun, atau jangan-jangan aku sebenarnya masih berada di dalam bangunan setan itu dan ini semua hanyalah permainan tempat tersebut seperti aku melihat hal-hal aneh lainnya ? Termasuk kedatangan arwah kekasihku padahal tidak ada siapapun atau apapun yang terjadi. Mungkin sebenarnya saat ini aku hanya duduk di lorong sendirian atau di ruangan seperti sebelumnya ?

Keringat dingin mulai membasahiku lagi, bulu kudukku merinding seketika lalu aku pun memejamkan mataku sejenak dengan jantung berdegup kencang bagaikan gendang yang di pukulkan berkali-kali dalam tempo cepat, berharap saat membuka mata, aku tetap berada di luar bangunan tersebut.

ketika aku membuka mataku dengan perlahan, pepohonan dengan dedaunan hijau yang seakan menjadi tameng agar sinar matahari tidak terlalu menyinari hutan ini tampil di hadapanku. Tidak... aku memang sudah di luar, lalu mengapa semuanya terlihat begitu aneh ? Ah... aku harusnya mengerti kalau hutan ini sama saja seperti bangunan tersebut, ada berbagai macam setan di dalamnya dan mempermainkanku dengan halusinasi aneh yang tidak ada habisnya.

"jika di gedung ini berhantu apa kau yakin di luar sana tidak akan ada hantu atau setan-setan lainnya ?"

Kata-kata Ditra ketika berbicara pada Ismet kembali terngiang-ngiang dalam pikiranku.

"Ohh tidak... Tidaak tidaaak....!" Teriakku di hutan itu sambil meremas kuat sisi kiri dan kanan kepalaku

"Aku tidak kuat lagi.. Apa yang kalian inginkan dari ku ! apaaa.....!"

Tanyaku dengan berteriak seperti orang gila sambil melihat ke sekeliling hutan ini

"Ini tidak nyata...! Ini tidak nyata ....!"

"Aaaaaaaaa !"

Aku menceracau dan kembali berteriak tidak karuan lalu berlari dengan tubuh kurusku di hutan ini tanpa mempedulikan rasa nyeri pada tubuhku. Beberapa kali aku terjatuh akibat tersandung semak belukar dan  akar pohon yang menonjol pada tanah tapi aku bangkit kembali dan berlari, terus berlari terseok-seok hingga seorang wanita dengan gaun putih menjuntai sampai ke tanah menghentikan langkahku untuk berlari. Wanita itu adalah wanita yang serupa dengan kekasihku, yang kutemui di salah satu ruangan di bangunan terkutuk itu.

"Kau lagi" ucapku dengan terengah-engah

Ia hanya menatapku datar

"Apa itu benar-benar kau ? katakanlah iya jika kau memang kekasihku ?"

Aku bertanya padanya sambil melihat ke arahnya dengan seksama, namun ia tidak menjawabku dan tetap menatapku dengan datar

"Seharusnya aku tahu kau bukan dia, kau hanya setan di tempat ini. Apa yang kalian inginkan dariku... ?!"

Bentakku padanya dengan penuh amarah

"Jadi kau hanya akan terus diam saja dan menatap ku seperti itu... ? kau makanlah ini !"

Setelah berkata begitu aku membungkuk mengambil batu yang tergeletak di tanah lalu melemparkan batu tersebut ke arahnya dan saat batu itu mengenainya...

Tubuh itu pecah menjadi ratusan kupu-kupu berwarna-warni yang indah berterbangan di udara

Apa ...! Kagetku dalam hati sambil terpana dengan apa yang ku lihat

Kupu-kupu itu menghampiriku yang sedang dalam kondisi berdiri mematung, aku menatap sekumpulan kupu-kupu itu.

Betapa indahnya pikirku

Entah kenapa mendadak muncul rasa pusing yang teramat sangat melandaku di iringi dengan suara berdenging ketika sekumpulan kupu-kupu itu sudah berada di dekatku, hingga membuatku jatuh bersimpuh di tanah hutan ini sambil memegang kepala sekaligus telingaku dengan erat, berharap jika aku melakukan itu perasaan pusing dan suara berdenging ini akan sirna.

Kenapa ini ? mengapa tiba-tiba muncul rasa pusing yang hebat di kepalaku

Semakin aku melihat pada kupu-kupu yang beterbangan itu, semakin pusing juga kepalaku dan semakin berdenging pula telingaku di buatnya, tubuhku jatuh ke depan akibat hal ini, membuat posisiku menjadi tengkurap sekarang dengan kepala yang menghadap ke arah kanan. Indra penglihatanku mulai buram, menampilkan sebuah pemandangan yang tidak jelas. Aku memejamkan mataku lalu semuanya pun menjadi gelap kembali.

Bersambung Ke Explore 15

Explore (Jelajah) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang