Seperti langit yang kehilangan awan, hujan tanpa tujuan. Kelopak bunga tanpa sari nya, terik menyilaukan mata. Semua jimin rasakan dalam sekali tarikan nafas, dalam sedetik kedipan mata. Seolah Jiwa nya melayang pergi dari raga nya, seperti kehilangan yang di paksakan. Sakit? Pasti. Bahkan air mata nya berhenti beberapa saat lalu namun hatinya terus berdenyut nyeri.
"Hiduplah seperti yang otak mu katakan, hatimu tentukan, dan raga mu lakukan" Chanyeol mengusap punggung jimin lembut.
"Haruskah?" Jimin memandang gelapnya langit saat ini
Chanyeol menghela nafas pelan
"Kajja" Menarik tangan jimin lembut
"Eodi?" Jimin menyesuaikan langkah chanyeol.
Jimin melihat punggung tegap chanyeol yang terlihat kuat tapi rapuh bersamaan. Apakah dia terlalu lama menunggu dan berusaha. Apakah aku menyusahkannya, apakah dia melukai hati dan pikirannya.
"Lihat!" Chanyeol berhenti di sebuah ruang kaca dengan lantai kaca yg dihiasi ikan dan tumbuhan.
"Aquascape" Lirih jimin
"Emb, saat Hyung jatuh ke sungai pemandangan bawah sungai sangat indah Hyung membuatnya disini untuk membaginya dengan mu" Jimin tertegun.
"Hyung.... " Lagi jimin menangis
"Semua hal indah di dunia ini, ingin Hyung bagi dengan mu. Apapun itu, jadi jika kau terluka itu seperti pukulan untuk ku" Chanyeol mengusap pipi jimin lembut.
"Hyung, mianhae" Jimin memeluk chanyeol erat.
"Bahkan jika aku bisa, aku ingin tetaplah bahagia dan sehat. Mari menua bersama" Chanyeol diam diam menghapus air mata nya yg mengalir tanpa di perintah. Dia harus menjadi kuat untuk harta yang ia miliki satu satu nya.
...........................
"Hyung kau tidak menemui jimin? " Hoseok meneguk wine nya dengan pandangan menusuk ke arah NamJoon.
"Wae?" Bisik NamJoon
"Mau makan? " Sambung hoseok
"Tidak ingin" Sahut taehyung tanpa berniat mengalihkan pandangan dari luar kaca
"Yoongi hyung?" Lirih hoseok
Diam
"Kadang saat aku diam bukan berarti hidup ku tenang" Semua mata tertuju pada hoseok
Hoseok tersenyum sinis
"Ini lah hidup, kau tidak bisa memilih nya, cukup Terima saja. Tapi kau bisa mengubah nya" Lagi hoseok meneguk habis wine di tangan nya
"Spageti seperti nya enak, joon kau mau ikut? seperti nya di luar akan hujan bukan kah itu pengecualian" NamJoon blank, hoseok berjalan keluar ruangan.
"Aku ikut" NamJoon berlari mengejar hoseok.
"Seok ah" NamJoon terengah
"Jangan berlari jika tidak ingin jatuh, dan jangan takut jatuh jika sedang berlari" Hoseok tersenyum tipis lalu membantu NamJoon berdiri dengan benar
"Apa kau selama ini kesulitan?" NamJoon menatap lekat mata hoseok, seperti biasa mata bening itu bersinar cerah.
"Tidak ada yang mudah dalam hidup joon ah" Lagi bibir tipis itu melengkung ke atas.
"Kau selalu seperti matahari Seok ah, mianhe jika aku menjadi awan yang serakah yang tidak pernah puas menurunkan hujan padahal matahari lebih cantik di banding pelangi setelah hujan" Mereka saling menatap, NamJoon bergerak memeluk tubuh kecil sahabat nya. NamJoon bisa merasakan betapa kurus dan kecil tubuh sahabat nya ini, apakah dia tidak makan bertahun tahun. Terasa sangat rapuh