Jimin memejamkan matanya dengan nyaman saat hembusan napas hangat nan teratur membelai lehernya begitu lembut. Tangannya sesekali turut bergerak, mengusap pelan lengan putih yang terasa sedikit dingin di dalam rengkuhannya.
Gemericik air di luar terdengar kian mengeras, menandakan bahwa hujan besar mungkin akan datang sebentar lagi.
Namun Jimin rasanya tidak lagi membutuhkan selimut atau apapun, karena dengan memeluk dan merasakan hembusan napas Seulgi saja sudah cukup untuk menghangatkan dan menenangkannya.
Drrtt!
Kesadaran Jimin sudah hampir menghilang saat ponselnya yang ia letakkan di atas nakas bergetar pelan, menandakan adanya sebuah panggilan yang masuk.
Tubuhnya ia balikkan secara perlahan, meraih ponsel itu menggunakan tangan kanannya selagi tangan kirinya masih setia merengkuh tubuh mungil kekasihnya dengan erat.
Papa is calling..
Jimin tersenyum kecil menatap nama sang penelpon yang tertera di layar ponselnya. Mengingat kejadian serupa pernah ia alami beberapa waktu lalu. Di tempat yang sama dan bahkan dengan orang yang sama pula, hanya status mereka saja yang sekarang sudah berubah.
"Iya, pa?"
"Belum tidur, nak?"
"Belum pa, uhm.. tapi sebenernya tadi udah hampir tidur, sih"
"Papa ganggu dong ya berarti?"
"Ah enggak kok pa, kan baru hampir"
Terjadi jeda selama beberapa lama, membuat Jimin yang masih setia menunggu sang ayah melanjutkan pembicaraannya, dengan santai menundukkan wajahnya dan mencuri beberapa ciuman di pipi tembam Seulgi.
"Katanya Soo, kamu udah balik duluan dari acara plesir?"
Mendengar kalimat itu, gerakan nakal Jimin sontak saja langsung terhenti di udara. Kepalanya kembali ia rebahkan dengan perlahan, mulutnya bungkam, menatapi langit-langit kamar Seulgi dengan pikiran yang berkecamuk.
Ia benar-benar lupa untuk membungkam mulut besar si manja Sooyoung.
"Iya kemarin aku balik duluan, pa"
"Kenapa? Ada masalah emang, Jim?"
"Emang Soo gak ngasih tau?"
"Enggak, kamu sekarang ada dimana emangnya? Kenapa gak langsung pulang ke rumah dulu?"
Jimin mengurut keningnya pelan, mendadak grogi sendiri mendengar pertanyaan sang ayah yang mendadak terdengar semakin menuntut.
Matanya lalu melirik pada Seulgi yang masih tidur beralas lengan kokohnya, napas gadis itu sedikit tidak teratur, dan kelopak matanya pun nampak sedikit berkedut. Membuat Jimin berasumsi bahwa gadis itu mungkin sedang mengalami mimpi buruk.
Wajahnya kembali ia tundukkan, memberi pelipis berkeringat Seulgi satu kecupan manis nan singkat.
"Di rumah temen, pa. Temen aku lagi sakit gak ada yang jagain"
Jimin sebenarnya tidak memiliki niat untuk berbohong, namun jika ia jujur sekarang, ia takut Seulgi akan dicap sebagai wanita yang tidak baik mengingat sekarang sudah tengah malam dan Jimin terus berada di rumah gadis itu.
"Temen, ya?"
Jimin menarik napas sejenak, menenangkan perasaannya yang terasa aneh sehabis berbohong. "I-iya, pa"
"Ya udah, semoga temennya cepat sembuh, terus kamunya juga jangan lupa pulang"
"Iya, nanti pulang kok"
Setelah selesai mengucapkan salam perpisahan dengan ayahnya, Jimin lalu menutup telpon itu dan meletakkan ponselnya kembali di atas nakas. Sembari melingkarkan tangannya di perut ramping Seulgi, ia juga turut mengistirahatkan matanya yang sudah terasa begitu berat sejak tadi.
Tidak menyadari bahwa keadaan sudah berganti, dimana Seulgi lah yang sekarang malah balik membuka matanya. Menatap lekat-lekat wajah rupawan Jimin dengan sendu.
******
Pemandangan seorang lelaki yang tengah memasak di dapur kecil miliknya adalah hal pertama yang Seulgi temukan pagi ini sesaat setelah ia terbangun dari tidurnya yang jauh dari kata nyenyak.
Tubuhnya masih terasa sedikit melayang ketika ia berjalan tanpa bertumpu pada apapun. Namun jelas keadaanya sudah terasa jauh lebih membaik daripada beberapa hari kemarin.
"Lagi masak apa?"
Meski wajah pucatnya masih diselimuti awan kelabu, namun sikap Seulgi masih sama manjanya seperti kemarin. Hal itu terbukti dari bagaimana cara Seulgi menelusupkan kedua tangannya di pinggang keras Jimin masih dengan mempertahankan ekspresi kusutnya.
Membuat Jimin yang sedari tadi fokus memotong-motong bahan masakan menoleh untuk kemudian mendapati wajah cantik pacarnya yang masih sedikit pucat tengah mengintip aktivitasnya.
"Sup salmon. Kamu pagi banget kok udah bangun aja?"
Jimin tersenyum lembut sembari mulai menundukkan wajahnya, berniat menyematkan satu kecupan manis di pelipis gadis itu, membuat sang empunya lantas menghindar.
"Aku tunggu di sofa deh" Seulgi berlalu sembari merengut kesal, meninggalkan jimin yang terpaku menatapnya kebingungan.
******
"Kenapa sih makannya kaya gitu? Masakan aku gak enak lagi?"
Jimin berujar pelan saat melihat Seulgi mengaduk-aduk sup ikannya tanpa minat. Gadis itu memang sudah bersikap aneh sejak tadi pagi, wajahnya terus saja murung dan ia bahkan menolak untuk Jimin suapi. Sangat berbeda sekali dengan kemarin.
Mereka saat ini tengah berada di sofa, duduk saling bersebelahan sambil menikmati semangkuk sup ikan yang Jimin buat sebagai menu sarapan pagi ini untuk keduanya. Mengingat Seulgi yang masih berada dalam masa pemulihan, maka hanya makanan sejenis sup saja yang selalu ia hidangkan.
Tanpa menatap Jimin, Seulgi melepas sendoknya dan meletakkan mangkuk berisi sup ikan yang masih utuh itu pada meja, untuk kemudian merebahkan kepalanya dengan malas pada sandaran sofa.
"Kamu kapan pulang?"
"Pulang kemana?"
"Rumah kamu lah!"
Nada bicara Seulgi sedikit meninggi, membuat Jimin mulai menyadari bahwa gadis itu nampaknya sekarang tengah berada dalam suasana hati yang tidak baik.
"Nanti aku pulang kalo kamu udah sembuh"
Mendengar jawaban Jimin, telunjuk lentik Seulgi lantas saja bergerak mengetuk-ngetuk paha terbukanya pelan, memikirkan cara agar bisa mengusir Jimin secara halus.
"Aku hari ini kok kaya ngerasa fit banget, ya?"
"Oh ya?"
Tatapan ragu Jimin dibalas gadis itu dengan anggukan semangat.
"Infusnya juga kayanya udah bisa dilepas nih"
"Tapi aku liat muka kamu masih agak pucat, aku yakin dokter belum ngebolehin kamu lepas infusan hari ini"
Jimin bergumam pelan sembari mengelus lembut pipi Seulgi menggunakan tangan kirinya yang bebas. Membuat gadis itu terenyuh dengan perhatian Jimin selama beberapa saat.