tin_lovatin

"Ceritanya akan tetap sama." Akhirnya aku bicara. Ada sedikit rasa lega dalam diriku. Bukankah aku hanya objek taruhannya saja? Bukankah dia sudah merenggut "semua gula" milik seorang perempuan? Bagaimana ceritanya bisa lain? Ceritanya akan tetap sama, di mana dia harus menikahi perempuan itu.
          
          Andaru menatapku, seolah tak yakin bahwa akulah yang baru saja bicara.
          
          "Nahla, aku—"
          
          "Berhenti memanggilku dengan 'Nahla'!" Akhirnya, ya akhirnya, kata-kata itu keluar juga.
          
          "Mengapa aku harus berhenti memanggilmu dengan nama itu?"
          
          Andaru!
          
          "Aku baru tahu kalau buku itu adalah milikmu setelah aku mengetahui arti dari nama 'Nahla'," lanjut Andaru. "'Seteguk air itu sederhana. Sebuah komitmen itu setia'. Itu yang kau tulis di lembaran pertama buku itu. Arti dari nama 'Nahla'. Lalu, apa alasannya aku tidak boleh memanggilmu dengan nama itu, Nahla Sallum?"
          
          "Tidak ada alasannya!" Akhiri obrolan ini! Aku tidak ingin mendengar suaranya lagi! Aku ingin pulang, menangis, dan menjerit seorang diri lagi, kalau perlu.
          
          
          [Maaf, ya, promosi kopi di sini, eh maksudnya promosi karya. Siapa tahu tertarik berkunjung ke Andanan Coffee dan memesan secangkir kopi hangat, eh salah lagi, maksudnya tertarik membaca karya saya. Terima kasih dan selamat menikmati]
          
          https://www.wattpad.com/story/303419623