1.5 - Dirga

1.7K 228 22
                                    

Dirga terpaksa membuka kelopak mata ketika mendengar namanya dipanggil. Dia sedang berbaring di atas matras pasca berakhirnya sesi latihan karate. Keringat di tubuhnya sudah mulai mengering, tapi dia masih ingin mengistirahatkan diri sambil mencuri waktu tidur. Sayangnya, panggilan tadi berhasil mengusik keasyikannya dalam beristirahat.

"Apa?"

Suara datar dan terkesan dingin yang disuarakan Dirga membuat gadis yang berdiri di sampingnya mengerjap kaget. Gadis itu langsung menyadari penolakan Dirga atas kehadirannya saat ini.

"Em, Dirga, sorry, cuma mau tanya," ucap si gadis dengan nada takut bercampur malu-malu.

Dirga yang tidak mau bersusah payah bangkit dari posisi berbaring, menatap si gadis dengan tatapan sangat terganggu yang malah terlihat dingin di mata sang gadis. Gadis itu jadi semakin gugup untuk lanjut bicara.

"Apaan?" tanya Dirga lagi. Dia merasa kalau gadis itu telah membuang waktunya karena tidak langsung berbicara.

"Iya, ini...." Si gadis tampak saling meremas kedua susunan jemarinya. "Party ultahnya Bella entar malam, lo datang nggak, Dir?"

Kali ini Dirga mengernyit. "Urusannya sama lo apa kalau gue datang atau enggak?"

"Eh, enggak, sih," sahut si gadis, makin gugup dan gelagapan. "Gue nggak begitu kenal sama teman sekelas Bella, kecuali lo. Jadi kalau misal lo datang, gue mungkin mikir datang juga. Biar ada temannya di sana." Matanya menatap malu-malu sebentar ke arah mata Dirga yang masih saja berbaring di bawahnya.

Dirga memiringkan sedikit kepala, terus mengamati gadis yang dari tadi selalu menghindari tatapan matanya. "Emang kita teman?"

Sialan! Si gadis mengumpat dalam hati. Dirga memang paling bisa menjadi berengsek di hadapan para gadis. Untung saja dia mendatangi cowok itu sendirian, jadi paling tidak dia tidak akan menerima ejekan karena pertanyaan kejam dari Dirga barusan.

"Kita kan teman seklub," sanggah si gadis dengan suara semakin pelan. Kepalanya menunduk dan tampak mulai ingin menangis.

Sungguh sial nasib gadis tanpa dosa sepertinya karena harus kepincut Dirga yang super galak dan tidak peka. Namun, mau bagaimana lagi. Di matanya dan kebanyakan gadis naif lainnya, Dirga adalah sosok super good looking dengan segudang prestasi.

Gadis normal mana yang tidak akan kembali berpaling menatap Dirga saat pertama kali bertemu? Fisik dan visual Dirga adalah apa yang disebut para gadis sebagai boyfriend material. Apalagi kalau mengetahui bagaimana kerennya cowok itu saat menumbangkan semua lawannya di arena lomba ataupun latihan karate.

Si gadis yang satu klub karate dengan Dirga dan harus selalu bertemu dalam satu ruangan selama beberapa kali di setiap minggunya, sulit sekali untuk tidak terpesona dan mendambakan Dirga walau sekejam apa pun cowok itu bersikap kepada semua gadis di sekitarnya.

Dirga yang dari tadi memperhatikan wajah si gadis, tampak menyadari kalau sepertinya lagi-lagi sikap jujurnya diartikan sebagai kegalakan oleh para gadis. Padahal dia tidak merasa bersikap seperti itu. Namun, para gadis dan semua sikap drama mereka selalu menyulitkan dan menyalahkan Dirga.

Dirga yang kesal dengan situasi saat ini, mendengkus kasar sambil bangkit untuk berdiri dan berhadapan dengan si gadis.

"Iya, benar. Kita teman. Teman seklub doang, tapinya. Sorry, gue lupa," ujarnya asal, tidak ambil pusing dengan sahutannya sendiri. "Masalah acaranya si Bella, gue nggak ngurus. Jadi jangan berharap gue ada di sana. Lagian, kalau kita ketemu di sana, emang lo mau gabung sama gue dan teman-teman gue?"

Nada suara Dirga menyiratkan ragu dan sangsi. Baginya, tidak mungkin para gadis mau bergabung dengannya dan teman-temannya yang super absurd itu.

Tanpa menunggu respons si gadis, Dirga pergi melangkah menuju pintu keluar ruang latihan. Keberadaan Barra yang juga ingin keluar ruangan membuatnya langsung melupakan keberadaan si gadis yang entah bagaimana nasibnya pasca ditinggalkan olehnya begitu saja.

Pernah MudaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant