Chapter 5 (New Version)

23.4K 1.6K 32
                                    

Aku post versi baru cerita ini hanya sampai chapter ini. Selanjutnya, kalian bisa baca di Dreame, yah :)



Suara sirene mobil polisi dan mobil ambulance memecah kesunyian malam.

Beberapa orang berseragam cokelat tersebut masuk ke dalam bangunan tua berlantai tiga itu dan sisanya berjaga-jaga di luar bangunan. Semua penghuni rumah yang berdekatan dengan bangunan tua tersebut keluar dari dalam rumah masing-masing untuk mencari tahu apa yang sudah atau sedang terjadi.

Terima kasih pada Kenzano karena sedikit merasa bersalah atas ucapannya pada Keisha beberapa saat yang lalu, sehingga dia mengikuti cewek itu tanpa kentara dan langsung bertindak cepat ketika melihat bagaimana Keisha jatuh dari lantai tiga karena menginjak tripleks yang dianggapnya sebagai lantai.

Sekuat mungkin, Kenzano bertahan dalam hal mencengkram pergelangan tangan Keisha dan menariknya agar kembali menapak pada lantai.

"Demi Tuhan, Keisha Anastasya! Bantu gue! Angkat beban tubuh lo sendiri, supaya gue bisa narik lo! Gue nggak akan biarin lo jatuh, lo dengar?! Gue nggak akan biarin lo mati karena lo masih berhutang nyawa sama gue dan gue akan pastiin, lo balas hutang nyawa lo itu!"

Itulah ucapan Kenzano saat dia menyadari bahwa Keisha sudah putus asa dan lebih memilih untuk tidak mencoba mengangkat beban tubuhnya sendiri. Kenzano tahu jalan pikiran Keisha. Cewek itu pasti berniat untuk mati. Merealisasikan niatnya saat dia hendak bunuh diri dengan cara melompat dari pagar jembatan itu dan juga saat dia memposisikan dirinya agar bisa dipukul dengan kayu yang dibawa oleh salah satu dari keenam preman beberapa jam yang lalu.

Saat ini, Kenzano sedang melirik Keisha yang sedang diinterogasi oleh dua orang polisi. Cewek itu terlihat seperti tenggelam karena memakai jaket levis yang tadi dikenakan oleh Kenzano. Ketika keduanya sudah keluar dari bangunan mengerikan itu, Kenzano segera menyampirkan jaketnya ke tubuh mungil Keisha yang terlihat menggigil dan gemetar, kemudian segera menelepon pihak kepolisian, terkait adanya mayat seorang cewek yang tidak sengaja ditemukan oleh Keisha.

"Baiklah, Nona Keisha... saya rasa, pertanyaan yang saya ajukan sudah cukup. Kalau saya membutuhkan kesaksian Anda lagi, saya akan segera menghubungi Anda. Terima kasih."

Keisha mengangguk, mengiyakan ucapan si polisi. Dia lantas membiarkan kedua polisi tersebut pergi meninggalkannya dan menatap datar ke arah brankar yang baru saja dikeluarkan dari dalam bangunan itu, di mana di atasnya terbaring mayat seorang cewek berlumuran darah yang tadi dia temukan.

Mendadak, Keisha menjerit dan berjongkok sambil menutup kedua telinganya, ketika sesuatu menepuk pundaknya dengan pelan. Kenzano, oknum yang menepuk pundak cewek itu, kontan ikut berjongkok dan memegang kedua pundak Keisha dengan tegas. Setegas tatapan matanya saat ini, ketika dia bertemu mata dengan binar ketakutan milik Keisha saat cewek itu sudah membuka kedua matanya.

"Ini gue." Kenzano mencoba menyadarkan Keisha, memberitahunya bahwa dia bukanlah orang jahat. Keisha mengerjap dan menghembuskan napas berat. Jantungnya meliar. Napasnya memburu. Dia masih sangat takut.

Kilasan balik mengenai pertemuan Keisha dengan si manusia bertopeng yang menatapnya tajam dan dingin tanpa belas kasihan itu membuat cewek tersebut bergidik dan air mata itu kemudian mengalir begitu saja. Membuat Kenzano mengatupkan mulutnya dan menggertakkan giginya. Rahangnya mengeras. Emosinya mulai naik ke permukaan.

Ingin rasanya dia memeluk Keisha, tapi kemudian dia sadar bahwa tindakan itu sangat diluar batas kewarasannya. Dia dan Keisha bukanlah teman apalagi pacar. Untuk apa dia harus memeluk cewek itu segala?

THE SWEET ANGEL OF DEATH (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now