Kisah Calon Janda

5 1 0
                                    

Jadi istri itu nggak mudah. Aku harus bangun pagi, bahkan lebih pagi dari suami dan anakku, untuk mempersiapkan semua kebutuhan. Bodo amat malam harinya aku tidur jam berapa. Kalau udah pagi, ya, harus bangun. Ada orang yang hidupnya bergantung sama aku.

Aku harus masak sarapan, sebelum membereskan rumah dan mencuci baju. Aku memang bukan wanita yang pintar masak. Berhasil masak nasi goreng tanpa kebanyakan garam aja beruntung banget aku. Nggak masalah, sih. Sekarang banyak yang menjual aneka makanan di pagi hari buat sarapan. Ya, bisa sambil berbagi rejeki lah.

Wanita memang nggak wajib pintar masak. Tapi kalau bisa masak, aku bisa memanjakan perut suami dan anakku. Makanya aku masih terus belajar masak. Lagian, masak sendiri dibanding dengan beli di luar itu kadang selisih harganya nggak kira-kira. Ingat. Seorang istri wajib bisa mengatur keuangan. Nggak peduli wanita lulusan Harvard Business School atau bahkan TK aja di-drop out, tapi setelah jadi istri, dia bisa menjabat sebagai menteri keuangan, satu level lah sama Sri Mulyani. Keuangan negara ada dalam genggaman seorang istri. Kalau istrinya empat, menteri keuangannya ada empat juga. Apa nggak puyeng presidennya bayar tunjangan empat kementrian keuangan?

Seharusnya rumah tangga itu bukan cuma istri yang berperan, suami juga ikut. Beruntung yang punya suami pengertian. Tahu istrinya capek, bukan ngomel karena makanan belum siap, tapi langsung beliin makanan atau malah menggantikan istrinya masak. Nggak ada yang salah kalau suami ikut membantu pekerjaan istri. Justru pria seperti itu sexy, hot daddy. Udah kayak judul bokep aja, hot girl in bikini.

Iya, suami kerja itu capek. Tapi, istri di rumah juga capek. Dikira ngurus rumah sama anak yang masih aktif-aktifnya itu gampang? Anaknya bisa diurus, eh rumahnya acak-acakan. Atau rumahnya rapi, tapi mental anaknya berantakan.  Bisa, sih, kalau mau seimbang semua. Tapi, ya peran bapak tetep harus ada.

"Enak aja mau bikinnya, doang. Oppa diminta ngawasin bentar, biar aku bisa masak malah ditinggal main mobile legend. Anak kabur ke jalan, terus nyemplung got gini, kan, jadinya. Oppa cuma meringis tanpa dosa." Mulutku masih terus mengomel. Suaraku beriringan dengan tangisan Zain yang kesakitan. Jidatnya benjol gede banget. Tubuhnya bau busuk. Kaus dan celananya kotor. Duh, kerjaan lagi.

"Udah. Jangan ngomel terus. Nanti anaknya takut," perintah Oppa Kim, suamiku, yang melihatku dari pintu kamar mandi.

Aku menurut. Istri solehah itu yang menuruti semua perintah suaminya. Aku istri solehah. Selama perintahnya nggak menyalahi aturan agama aja pasti langsung kukerjakan. Jangan kalau disuruh suami nyolong mangga, terus langsung manjat pohon mangga tetangga. Nggak gini cara mainnya.

Soe Kim Min, yang selalu kupanggil Oppa Kim, adalah teman SMP-ku dulu. Pernikahan kami baru aja memasuki tahun keenam. Nggak mudah memang mempertahankan pernikahan. Kalau baru pacaran, sih, gampang. Pacar ngambek dikit langsung putusin. Pacar nggak ada kabar baru lima menit, tinggalin. Pacar ketahuan selingkuh, tinggal cari yang lain lagi. Nikah nggak segampang itu.

Pernikahan itu perjanjian dengan Tuhan. Pernikahan itu perjuangan seumur hidup. Pernikahan itu kamu bakal lihat busuknya pasangan setiap saat. Kapok kalau salah pilih pasangan. Kayak Ani, tuh.

"Suamih akuh selingkuh. Akuh nggakh mauh disakitinh terush," cerita Ani di suatu sore. Dia baru selesai membereskan warungnya. Aku datang ke rumahnya mengantarkan Luve, yang seharian berantem berebut lego dengan Zain. Kalau kepalaku buatan manusia, udah meledak ini.

"Selingkuh?" Aku harus membiasakan diri dengan suaranya yang selalu disertai desahan itu. Orang sabar cepet masuk surga, kan? Bisa lah nanti aku masuk surga jalur prestasi. Kurang sabar apa lagi aku mendengarkan suara mendesah Ani setiap hari?

"Iyah. Akuh bacah chath diah samah cewekh lainh. Cewekh ituh manggilh diah Sayangh. Merekah jugah janjianh buath nontonh filmh. Gimanah akuh nggakh sakith hatih, Omah?" Isak tangis mulai terdengar. Ani menangis sambil mendesah.

Oma Fran and The Widow Wadidaw!Where stories live. Discover now