Iluminasi

2 1 0
                                    

Ani sukses berjualan pecel. Sekarang dia bahkan udah mendaftarkan warungnya ke aplikasi ojek online. Pembelinya bertambah, nggak cuma orang sekitar sini. Aku juga sering membantunya membungkus pesanan. Kasihan dia sampai kewalahan ngulek bumbu kacang.

"Kenapa nggak di-blender aja bumbu kacangnya, sih?" tanyaku. Tanganku udah berotot. Padahal, aku baru lima menit membantu Ani. Pantas aja tubuh Ani jadi atletis begitu. Lengannya sekarang mirip punya Ade Rai. Lengan sebelah kanannya doang tapi. Soalnya cuma tangan kanan yang dipakai Ani buat ngulek bumbu kacang.

"Rasanyah kurangh enakh kalauh di-blenderh, Omah. Akuh mauh bikinh pecelh yangh autentikh," jawabnya masih dengan desahan yang membuat telingaku sakit dan berdarah. Telingaku haid, nggak jadi bunting.

Ani wanita tangguh. Aku jarang melihat dia mengeluh. Bagus, sih. Suara desahannya bakal bikin aku muntah darah kalau dia sering mengeluh. Aku nggak akan ada rasa kasihan lagi, karena gendang telingaku mimisan duluan.

Nggak semua orang bisa ikut bahagia melihat kesuksesan orang lain. Selalu ada aja orang yang iri di sekitar orang yang bahagia. Punya penyakit hati, kok, dipelihara. Udah iri dan dengki, masih ngajakin yang lain buat membenci orang yang sama. Hidupnya nganggur banget kali sampai sibuk bikin drama. Atau dia terlalu baik, makanya bikin dosa biar malaikat Atid sibuk sama dia.

"Oma jadi anteknya Janda itu ya?" tuduh Jeng Vina. Matanya menatapku tajam, mirip singa yang sedang mengintai mangsanya. Sudut bibir kirinya berkedut. Lubang hidungnya kembang-kempis mirip gorden warteg yang ditiup angin.

Jeng Vina ini salah satu orang yang aku maksud nggak suka dengan kesuksesan Ani. Sebenarnya bukan cuma nggak suka sama Ani, sih. Semua orang yang lebih sukses dari dia pasti dibenci. Hidupnya kayak yang santai banget, tanpa masalah apa pun. Jadi, dia buat masalah sendiri dengan mengoleksi musuh sebanyak-banyaknya. Sebuah hobi unik yang berguna banget buat hidupnya.

"Antek? Mulut Jeng Vina itu kalau ngomong jangan sembarangan. Ngakunya pernah kuliah, tapi omongannya kayak anak rimba yang gaulnya cuma sama monyet dan singa. Maksudnya apa ngatain gue antek janda?" tanyaku dengan nada tegas. Berbicara dengan Jeng Vina nggak perlu sopan santun. Dia aja langsung tuduh seenaknya begitu.

Pagiku jadi kacau cuma karena Kutu Kasur satu ini. Niat belanja lebih pagi biar bisa milih sayur yang segar, eh, malah ketemu racun. Pulang dari sini aku harus mandi tujuh kali, yang terakhir air mandinya kucampur tanah.

"Oma akrab banget sama janda muda itu. Kalian sahabat kental. Pasti lo mendukung kelakuan nggak bener janda itu," sembur Jeng Vina. Mulutnya kalau ngomong meleyot, akibat kebanyakan nyinyirin orang lain.

"Janda Muda? Janda muda siapa? Gue ketinggalan gosip apa, sampai nggak tau ada yang baru aja cerai? Bukan Jeng Vina yang cerai lagi, kan? Soalnya Jeng Vina udah nggak muda lagi," tanyaku bingung.

Mata Jeng Vina semakin melotot. "Si Ani. Janda muda nggak tau diri. Baru sebulan di sini udah bikin rusuh aja. Kampung Berbudi Luhur jangan sampai tercoreng namanya gara-gara cewek ganjen itu." Emosi Jeng Vina nggak terbendung lagi.

Aku berusaha tetap tenang. Dalam peperangan, siapa yang emosinya tersulut paling awal, dia yang kalah. Kali ini aku menang.

"Nggak perlu pakai emosi, Jeng. Memang rumah tangganya Jeng Vina itu bermasalah gara-gara Ani? Kan, nggak." Aku memberikan sedikit racun dalam senyum manisku. Biar Jeng Vina nggak bisa berisik lagi.

Berhasil! Mulut Jeng Vina terkunci rapat. Dia nggak membalas ucapanku.

Semua orang tahu kalau Jeng Vina itu janda senior. Udah sepuluh tahun dia menyandang gelar janda. Suaminya dulu selingkuh, nggak cuma sekali, tapi lima kali. Aku nggak tahu pasti penyebab kenapa suaminya doyan selingkuh. Aku cuma tahu Jeng Vina jadi sensitif dengan yang namanya pelakor alias perebut laki orang. Jeng Vina bakal cari gara-gara sama wanita muda yang berpotensi jadi kembang desa di Kampung Berbudi Luhur ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 17 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Oma Fran and The Widow Wadidaw!Where stories live. Discover now