02| Hari Pertama Ospek

24.9K 2.1K 159
                                    

Aku berlari secepat yang kubisa. Tak kuhiraukan orang-orang yang meneriakiku karena kutabrak atau kusenggol. Tak seharusnya aku kesiangan pada hari pertama ospek. Sial.

Kakiku masih berlari menyusuri koridor kelas yang mulai ramai. Aku berlari menuju lapangan belakang gedung pusat, tempat di mana ospek berlangsung. Dandananku yang sudah seperti orang gila membuat banyak mata tertuju kepadaku. Bahkan kulihat beberapa dari mereka menertawakanku.

Halaman tempat di mana ospek berlangsung kini terlihat sangat ramai. Ada beberapa barisan terbentuk di sana. Aku masih berlari menuju salah satu barisan dengan atribut serba ungu, barisan di mana jurusanku berada.

Bruk.

Aku menghantam tubuh seseorang dan mengakibatkanku terjatuh. Pantatku dengan kasar membentur lapangan. Rasanya sakit.

"Sudah telat! Pakai nabrak-nabrak segala! Niat ikut ospek enggak!" Bentakan itu terdengar dari hadapanku. Aku mendongak dan kudapati seorang senior cowok berjas almamater tengah memandangku bengis.

"Maaf, Kak." Aku mencoba berdiri dengan susah payah. Dan sekarang aku baru menyadarai bahwa hampir semua mata kini tertuju kepadaku. Memalukan.

"Masuk barisan sana!" bentaknya lagi yang langsung kujawabi dengan anggukan kepala. Setelah itu aku berlari menuju barisan di mana jurusanku berada.

Aku tak menyukai ospek. Aku membenci bagaian di mana kakak senior yang pada galak-galak, pada suka bentak-bentak. Belum lagi dandananku yang sekarang sudah seperti orang gila. Rambut kuncir lima dengan pita warna ungu. Tas kresek hitam tergantung layaknya tas slempang. Kaus kaki beda warna. Sepatu beda model juga. Ada apa dengan ospek kampus ini?

"Semua anak bakalan kena sial, udah santai saja," ucap cewek yang berada di sebelahku. Ia tersenyum lebar ke arahku dan mengulurkan tangannya untukku jabat. "Winni, bukan si Pooh."

Aku tersenyum ke arahnya dan menjabat tangannya. "Lula, bukan siapa-siapa."

"Gue sebenarnya malas ikutan acara kayak beginian. Buang-buang waktu. Nggak guna."

"Gue juga mikir hal yang sama," ucapku menyetujui perkataan Winni. Memang ospek seperti ini tak berguna sama sekali. Aku yakin, ini hanya akal-akalan para senior untuk balas dendam karena dulu sudah dibikin kayak badut oleh senior mereka. Dan akhirnya kami para junior yang jadi korban.

"Aslinya gue mau bolos, tapi berhubung biasanya saat ospek seperti ini para senior ganteng-ganteng pada muncul, jadinya gue putusin buat berangkat. Lumayan kan, hari pertama ospek sudah dapat incaran," ucap Winni tersenyum lebar. Aku tertawa mendengar ucapannya. Tujuannya ikut ospek sungguh sangat mulia. Demi cogan.Wow.

"Udah dapat cogan berapa?" tanyaku penasaran. Winni tersenyum penuh arti yang membuatku mengernyit bingung.

"Banyak," jawabnya seraya terkekeh. "Banget."

Aku tertawa mendengar ucapannya. Mungkin suatu kesenangan tersendiri jika kita dapat menemukan banyak cowok ganteng untuk diincar. Tapi sayang, tujuanku masuk ke kampus ini bukanlah itu. Aku sudah mempunyai cowok yang kuinginkan. Dan sekarang aku tinggal mencarinya dan mendapatkannya.

"Itu yang dari tadi ketawa nggak dengerin saya ngomong, sini maju ke depan!"

Sontak aku berhenti tertawa ketika mendengar suara peringatan dari speaker. Mataku kini fokus memandang ke depan, di mana seorang senior tengah memandang garang ke arahku. Sepertinya aku kena masalah.

"Sini, kamu maju ke depan!" bentaknya lagi yang baru kusadari bahwa ia adalah laki-laki yang kutabrak tadi. Benar-benar sial.

Perlahan aku berjalan keluar barisan dan menuju ke arah senior tersebut yang berada di depan barisan. Semua mata kini tertuju kepadaku. Mereka terlihat penasaran serta prihatin. Jika aku jadi mereka, aku juga akan penasaran beserta perihatin terhadap nasib sial seorang mahasiswi yang akan menjadi korban keganasan senior.

Tentang LulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang