UNTOUCHABLE

22.6K 477 11
                                    

He’s there in the dark... he’s there in my heart... he waits in the winds, he’s gotta play a part... trouble is a friend, ooh, trouble is a friend of mine... aaaah....

 

Tidak semua kegiatan OSPEK di Universitas-Universitas itu menyusahkan dan menyebalkan, kok. Buktinya di Universitas Pelita Bangsa yang berada di bagian Timur dari Ibukota Indonesia ini. Salah satu Universitas swasta yang terkenal dengan para mahasiswanya yang selalu mengikuti olimpiade-olimpiade bergengsi tingkat nasional maupun internasional. Universitas yang selalu menghasilkan manusia-manusia sukses dengan pekerjaan mereka yang bisa dibilang cukup bagus. Setidaknya, itulah yang ada di pikiran Valeria Fransesca. Gadis dengan tinggi yang mencapai 160cm itu menyukai kegiatan OSPEK-nya dua pekan lalu. Saat ini, dia sudah resmi menjadi mahasiswi jurusan Ekonomi. Rambutnya pendek sebahu, dipadu dengan wajah yang cantik dan manis. Hidungnya pesek, namun tidak mengurangi kecantikan Valeria. Kedua matanya bulat besar dengan warna cokelat terang. Warna yang sama dengan warna mata Ayahnya. Bibirnya tipis, tanda bahwa gadis itu cerewet dan bawel. Setidaknya, itulah yang dikatakan oleh teman-teman semasa SMA nya dulu. Kalau kebanyakan mahasiswi-mahasiswi di kampus ini selalu berdandan lebih atau istilah lainnya menor, hanya untuk menarik perhatian laki-laki, lain dengan Valeria.

            Gadis itu tomboy dan terkesan cuek abis!

            Waktu pertama kali masuk sebagai mahasiswi di kampus ini, kira-kira tiga hari setelah pelaksanaan OSPEK selesai, sang Bunda mengomentari penampilan Valeria yang terkesan tidak peduli dengan pakaiannya.

            “Emang baju Val kenapa, Bun?” tanya gadis itu sambil menatap dirinya sendiri. Kaus lengan panjang bergambar kucing dengan warna hijau menyala, dipadu dengan celana jeans hitam juga sepasang sepatu kets dengan warna yang sama dengan warna celana jeans yang dipakainya. Mukanya bersih tanpa make-up apapun. Yang ada hanya bedak tipis yang terlihat sangat samar. Mungkin orang yang ingin melihat polesan bedak tipis tersebut harus mengenakan kacamata terlebih dahulu dan melihatnya dari jarak yang sangat dekat alias berhadap-hadapan. Sementara itu, rambutnya dibiarkan tergerai begitu saja, menutupi bahunya. Poni rambutnya dibuat belah pinggir. Meskipun tomboy, tetapi wajah Valeria tetap terlihat manis.

            “Kamu perhatian sedikit lah, sama penampilan kamu, Val...,” komentar Bundanya sambil berdecak tidak sabar. Wanita itu melipat kedua tangannya di depan dada dan menyipitkan mata ketika melihat anak bungsunya itu mengulum senyum. “Kamu udah besar, udah dewasa, udah sembilan belas tahun. Harusnya kamu lebih berpenampilan seperti seorang gadis.”

            “Jadi, selama ini Val bukan gadis, Bun?” tanya gadis itu geli.

            “Kamu gadis... hanya saja, mungkin kamu kelebihan hormon laki-laki.” Wanita itu menarik napas panjang dan menghembuskannya keras. “Coba jadi feminin sedikit, Val... biar kamu bisa menarik perhatian laki-laki disekitar kamu nanti di kampus.”

            “Bunda... Val itu kuliah bukan untuk cari pacar, tapi untuk belajar dan cari ilmu. Buat jadi Manajer Keuangan di masa depan. Pacar, mah, urusan kebelakang, Bun. Nanti juga datang sendiri, nggak usah dicari. Jodoh nggak akan kemana.”

            Tepukan pelan pada bahunya membuat Valeria tersadar dari lamunan percakapan konyolnya bersama sang Bunda waktu itu. Valeria menoleh dan menemukan sosok Melvin Raditya, teman pertama yang didapatnya sewaktu OSPEK berlangsung, tersenyum ke arahnya. Laki-laki berkacamata dan berpenampilan sangat sederhana itu menarik kursi di depan Valeria dan duduk manis disana. Dia meletakkan tiga buku tebal di atas meja kantin dan membenarkan letak kacamata yang dipakainya. Kalau menurut Valeria penampilan Melvin itu sederhana, tetapi di benak para mahasiswa lain, Melvin itu seorang yang sangat cupu. Penampilannya nggak banget! Dia pakai kemeja yang dikancing sampai ke ujung kerahnya lalu kemeja itu dimasukkan kedalam celana bahan warna hitam yang dipakainya. Dia juga memakai sepatu pantofel. Sebenarnya kalau ditelaah lagi, Melvin itu orangnya tampan. Mungkin ketampanannya tertutupi dengan penampilannya itu.

UNTOUCHABLEWhere stories live. Discover now