Part 2-Nobody's Perfect

7.6K 366 8
                                    

Sebenarnya, Valeria sendiri tidak tahu apa yang membuatnya menyebutkan nama Melvin. Padahal, jelas-jelas laki-laki di depannya ini adalah Marvin. Penampilan keduanya saja sudah berbeda. Laki-laki di depannya ini lebih modis dan tidak sederhana seperti Melvin. Belum lagi motor Ninja berwarna hitam yang tadi dikendarai oleh laki-laki itu. Melvin tidak pernah mengendarai motor. Dia selalu mengendarai mobil dengan menggunakan jasa seorang supir. Hanya Marvin lah yang selalu menggunakan motor kalau ingin pergi kemanapun.

            Kini, Valeria bisa melihat kegugupan yang terlukis jelas di wajah Marvin. Kenapa hanya karena dia memanggil Marvin dengan sebutan Melvin membuat wajahnya begitu tegang? Pun dengan kedua mata Marvin yang kini menatapnya tanpa berkedip. Keduanya saat ini masih saling tatap dalam diam. Valeria berusaha menembus dunia Marvin melalui kedua matanya. Berusaha mencari tahu apakah laki-laki ini memang si tukang tindas sialan tersebut ataukah Melvin.

            Tetapi, kalau benar yang di depannya ini adalah Melvin, mengapa laki-laki itu harus berpenampilan seperti Marvin? Tidak tahukah Melvin bahwa dirinya sangat kesal dan gondok setengah mati pada saudara kembarnya tersebut?

            “Gu—gue Marvin!” seru laki-laki itu tiba-tiba. Tegas dan lantang, meskipun agak sedikit terbata. “Gue Marvin Radityan, bukan Melvin Raditya si cupu jelek itu! Lagian, lo bego atau tolol? Atau percampuran diantara keduanya? Apa lo nggak bisa melihat kalau penampilan gue begini keren? Emangnya, si Melvin itu bisa berpenampilan seperti ini?” Marvin tertawa mengejek dan mendengus. Dicengkramnya dagu Valeria hingga gadis itu setengah mati berusaha mengenyahkan tangan Marvin dari dagunya. “Sadar diri, cewek galak! Sampai kapanpun, Melvin akan tetap berpenampilan menyedihkan seperti biasanya. Lagipula, dia nggak suka naik motor!”

            Dengan satu sentakan keras, Valeria menyingkirkan tangan Marvin dari dagunya. Gadis itu kemudian mengusap dagunya dengan kasar, seolah mengusir ribuan debu dan kuman yang mungkin saja ditularkan oleh Marvin melalui tangannya. Kemudian, ditatapnya dengan tajam Marvin yang saat ini sedang bersedekap sambil mengangkat satu alisnya. Wajahnya benar-benar terlihat songong dan nyolot di kedua mata gadis itu.

            Benar juga. Kenapa dia bisa-bisanya menyangka bahwa yang berdiri di depannya ini adalah Melvin? Melvin jelas jauh lebih baik daripada si brengsek ini!

            “Anggap aja gue barusan lagi nggak waras karena udah menyangka lo adalah Melvin,” ucap Valeria dingin. Disipitkannya mata dan ditatapnya Marvin dari ujung rambut hingga ujung kaki. Lalu kembali ke wajah laki-laki itu. “Terus, kenapa lo nolongin gue barusan, hah?”

            “Cih! Ditolong bukannya terima kasih malah bentak-bentak orang seenak jidat!” Marvin menyentil kening Valeria, membuat gadis itu melotot ganas dan meninju ulu hati laki-laki tersebut hingga Marvin membungkukkan tubuhnya dan terbatuk.

            “Makanya, jangan pernah nyari masalah sama gue!” omel Valeria sambil mendengus. “Gue nggak akan pernah berterima kasih sama lo, meskipun lo udah nolongin gue. Paham?”

            “Dasar cewek bar-bar!” gerutu Marvin sambil menegakkan tubuhnya. “Gue emang sebal sama lo, tapi, gue nggak akan belagak buta ketika ngeliat cewek lagi digangguin sama cowok, paham?” Marvin menarik napas panjang dan melirik Valeria jengkel. “Lagian, seperti yang gue bilang tadi. Gue mau bertamu ke rumah teman gue yang kebetulan ada disekitar daerah ini dan ngeliat lo.”

            “Mau sok jadi pahlawan kesiangan rupanya.” Valeria mencibir dan mengacungkan tinjunya ke arah Marvin. “Dengar, ya, Mar... sampai kapanpun, lo nggak akan pernah terlihat seperti malaikat di kedua mata gue, ngerti lo? Melvin benar-benar sial punya kembaran iblis macam lo!”

UNTOUCHABLEWhere stories live. Discover now