03: It's right. I'm so useless.

28 8 0
                                    


Di tengah-tengah makan malam, Mama dan kakak berbincang-bincang. Tentang apa juga aku tidak terlalu memperhatikannya. Kenapa? Ya karena sakit kepala ini. Nafsu makanku juga hilang. Padahal ini makanan favoritku, yang sudah Mama buatkan.

Hanya pusing...

Pusing...

Dan, pusing lagi.

Untungnya Mama tidak curiga. Dari tadi aku memijat pelan kepalaku. Pening sekali kawan-kawan sekalian. Sampai-sampai air mataku mau mengalir. Ngilu!

Argghhh! Chikuso!

Ini kenapa ya? Mungkin kalian yang membaca ini sudah bosan dengan pertanyaan ini. Maafkan diriku.

Dan untungnya lagi, aku langsung mengusap air mataku sebelum Mama sempat melihat.

"Ha?" Tanyaku. Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku dari samping.

Waktu kulihat Kak Aki sedang melihatku ling-lung. Kayak orang bingung gitu.

"Kamu kenapa sih? Dari tadi Mama manggil kamu. Tapi kamu malah diam aja." Katanya.

Kulihat Mama sudah selesai makan dan menatapku tajam.

Ya. Satu lagi yang harus kalian ketahui. Kalau ada orang yang 'lola' alias loading lambat kayak aku ini mama langsung kesal. 'Kalau orang bicara itu harus didengarkan, dipehatikan, jangan dicuekin. Kamu itu udah gadis, harus tanggap dan gesit.' Itulah kata-kata mama waktu aku dimarahi dalam konteks hal yang seperti ini.

Diam...

Diam...

Ya. Mama menatapku diam.

"Kamu kenapa? Sudah berulang kali Mama nanya. Cerita aja!" Mama berkata sambil masih menatapku tajam.

"Sudah sering Mama bicara. Kalau ada orang yang bicara itu tatap matanya, dengarkan baik-baik. Jangan dicuekin. Kamu itu sudah besar, Nana. Kamu seharusnya bersikap dewasa!" Mama sudah menaikkan suaranya.

Aduh Tuhan. Bagaimana ini? Mama susah diajak damai kalau dia sudah marah.

"Mama juga capek. Capek di kerjaan. Capek di rumah. Tambah lagi lihat kamu kayak gini. Coba sih kamu buat Mama senang, Nana. Setidaknya seutas senyuman di wajahmu. Mama gak minta lebih." Jelas Mama marah.

Apa? Apa aku merepotkan Mama ya? Jadi, aku tadi terlalu berlebihan? Wajahku murung? Ketara kah?

"Enggak Ma---"

"Udah Kamu Gak Usah Jawab-Jawab Lagi. Apa sih yang kurang Mama berikan. Ha? Jawab!"

Mama memotong perkataanku dengan nada super marah sekarang. Oh my God! Aku mencoba menjelaskannya tadi. Ini dia. Cuma karena hal sepele urusunnya jadi tambah panjang.

Aku baru sadar kalau Kakak masih di sampingku. Dia melihatku dengan tatapan datar. Aku juga tidak tahu apa arti tatapannya. Terdengar ia menghela napas, lalu berlalu sambil membawa piring kotor kami. Sungguh aku malu sekarang!

"Sudah kamu tidak ada kerjanya. Baru saja kamu bangun tidur, tapi dilihat dari aura wajahmu tidak ada semangat hidup. Dari tadi Mama manggil kamu. Malah dicuekin. Fokus, Nana! Fokus!" Mama hampir berteriak.

She is right. I'm so useless.

"Maaf Ma." Hanya kata itu yang bisa kuucapkan sekarang. Sekali Mama bicara, ucapannya tajam. Nusuk sekali. Aku menundukkan kepalaku sambil menahan pening di kanan kepalaku yang semakin menjadi-jadi.

"Mama tanya. Kamu mau berubah atau tidak? Mama lihat kamu tambah tidak dewasa. Cuma badan kamu aja yang besar tapi pemikirannya tidak panjang." Mata Mama sudah tidak menatapku lagi. Ekspresinya seperti sudah bosan menatapku.

Because Of....Where stories live. Discover now