Part 2 - Some Promise About Rain & An Umbrella

29.3K 1.5K 60
                                    

Part 2

Even though the paint runs, rainy night time missions remain some of the best in memory. A lot of the time, it's not about the picture” – Unknown

“Udah lama nunggunya?”

Aku menggelengkan kepalaku tanpa memandangnya. Keheningan di ruang rapat ini membuat aku bisa mendengar suara nafasnya yang masih terengah-engah saat ia mengambil tempat kosong di sebelahku.

“Setelah tanda tangan MOU, urusan kita selesai. Nggak ada lagi bolak balik Jakarta - Bogor” ucapnya masih sambil mengatur helaan nafasnya.

Sosoknya selalu mengingatku pada kapten basket dalam novel-novel teenlit yang dulu sering kubaca. Flamboyan dan supel. Tulang wajahnya tegas didukung dengan postur tubuh tinggi menjulang. Warna kulitnya sedikit kecoklatan namun wajahnya jauh dari kesan kusam. Kedua alisnya tebal. Rambutnya hitam ditata sedemikian rupa membuatnya terlihat selalu rapih. Bau colognenya menenangkan. Wajahnya saat diam kelewat serius tapi saat ia tersenyum, aku seolah bisa menemukan sosok anak laki-laki yang terlampau bahagia.

Ide yang kami ungkapkan memang nyatanya berhasil. Kami berdua dipercaya menjalankan projek dadakan ini. Aku tentu saja tidak menolak karena aku punya andil besar dalam masalah ini. Evan sendiri tidak pernah terlihat kesal diminta mengerjakan projek ini oleh Pak Gerald. Sesuatu yang harus kukagumi dari seseorang yang baru kukenal tiga minggu belakangan ini.

Projek ini memang membuat kami menghabiskan lebih banyak waktu bersama. Setidaknya setengah hari selama tiga minggu belakangan ini kuhabiskan berada di ruangan ini bersamanya. Terkadang ada teman divisi kami yang bergabung dalam diskusi kami, tapi selebihnya hanya kami berdua yang lebih banyak menghabiskan waktu dalam ruangan ini.

Setidaknya sudah lima kali kami melakukan perjalanan dinas ke Bogor. Memang melelahkan tapi mendapati kalau ide yang kami sampaikan ternyata memang bisa diwujudkan membuat beban itu semakin lama semakin berkurang.  

Bukan hanya itu, sejak ada project ini, kami selalu bertemu di halte busway setiap pagi. Ia selalu melambaikan tangan menyambut kedatanganku. Hal yang awalnya membuat aku merasa aneh dan mempertanyakan apakah menurutnya kami sedekat itu.

Lama kelamaan rasa aneh itu hilang. Kehadirannya tidak lagi menggangguku.

“Ini sudah disetujui?”

Ia terlihat sibuk membolak balik kertas perjanjian yang sudah ditanda tangani Pak Daniel.

“Sudah. Departement Legal juga bilang isi perjanjian ini tidak mengikat tapi lebih ke arah kerjasama jangka panjang.”

“Kita sukses besar kalau gitu.”

Aku tersenyum sambil mengangguk penuh semangat ke arahnya.

Distributor daerah tepian Bogor tertarik dengan barang yang kami tawarkan. Mereka bahkan setuju membayar jumlah yang kami minta dengan pertimbangan bisa meningkatkan profit margin mereka. Distributor di kota kecil memang kesulitan memesan barang dalam kuota besar karena pangsa pasar mereka tidaklah sebesar distributor di Jakarta. Supplier utama juga tidak bisa memberikan harga yang lebih murah karena mereka hanya memesan dalam jumlah kecil.

Harga barang yang kami tawarkan lebih murah dibandingkan dengan harga yang ditawarkan supplier utama mereka. Tidak ada yang pernah menyangka kalau pada akhirnya mereka setuju menandatangani perjanjian jangka panjang dengan perusahaan kami. Permasalahan overstock pada akhirnya membuat PT. SmartSource punya pelanggan baru.

“Hujan.”

Suaranya membuatku mengikuti arah pandangannya ke luar jendela. Hal yang aneh mengingat tadi pagi matahari terik sekali.

Peek A Boo Love [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now