46 - Embraced by Pain

34.7K 5.4K 1.2K
                                    

WAJIB VOTE sebelum scroll 🩷 komennya juga ya 🧸🩷 happy reading 💋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

WAJIB VOTE sebelum scroll 🩷
komennya juga ya 🧸🩷 happy reading 💋

❤︎❤︎

Sebuah selimut disampirkan di punggung renta wanita tua di kursi rodanya. Seorang perawat berucap lembut, "Eyang, waktunya tidur. Saya bantu pindah ke ranjang, ya?"

Sebuah senyum di wajah keriputnya nampak, "Kamu tidur saja dulu. Eyang masih tidak mengantuk."

Perawat tak bisa membantah lagi jika begitu. "Jika butuh apa-apa tinggal tekan belnya, Eyang. Saya pasti langsung bangun."

"Tentu. Tidur saja."

Perawat pamit undur diri, meninggalkan Eyang Ti di kamarnya seorang diri. Beliau tengah menatap rembulan di luar jendela yang sengaja dibuka. Kesepian, perasaan yang menyelimuti beliau hampir beberapa dekade setelah kepergian sang suami.

Tangannya mengeriput, wajahnya menua, dengan lebih banyak perjalanan hidup yang dilalui. Sedang mendiang suaminya pergi di umur hampir setengah hidupnya.

Diambilnya sebuah album di atas nakas yang tidak jauh dari tempatnya duduk di kursi roda. Eyang Ti membuka album tersebut, memandangi sekilas memori yang diabadikan dalam sebuah foto.

Dirinya saat muda, masih mengenakan sebuah kacamata bulat dengan kepang dua andalan. Kulitnya masih kencang, wajahnya masih ayu, tersenyum di samping mendiang suaminya yang terlihat gagah.

Masa muda yang tidak akan Eyang Ti lupakan betapa manisnya itu. Masa di mana ia jatuh cinta dengan perasaan menggebu-gebu.

Semakin dipandangi, semakin Eyang Ti merindukan mendiang suaminya. Apa kabar dia di sana, apakah mendiang suaminya tahu Eyang Ti sudah tidak cantik lagi dimakan usia.

Foto beralih ke masa di mana beliau sudah menikah dan memiliki seorang putra. Di sana putranya tumbuh menjadi orang yang dapat diandalkan. Dia bahkan kuat menghadapi kenyataan ditinggal seorang ayah di usia muda dan menanggung tanggung jawab besar.

Alvarez Atmaja, pertumbuhannya selalu Eyang Ti abadikan. Dari masih bayi digendong suaminya, balita, awal masuk TK, SD, semuanya tak luput diabadikan. Bahkan saat gigi susu pertamanya lepas dan membuatnya ompong pun Eyang Ti jadikan potret.

Sekarang putranya sudah menjadi seorang ayah yang memberikan Eyang Ti cucu yang tak kalah tampan dan baik. Foto seorang bayi terlihat. Eyang Ti menyentuh permukaan foto Jean saat masih bayi. Air mata Eyang Ti menetes tanpa komando, hatinya tercabik mengingat semuanya.

"Cucu Eyang yang malang," ucapnya.

Kasihan, merasa bersalah, serta penyesalan yang tak berujung setiap melihat sang cucu. Apa yang menimpa Jean membuat Eyang Ti merasa hampa. "Jean, cucu Eyang, cucu baik Eyang."

Air mata Eyang Ti menetes membasahi foto masa kecil cucunya yang sekarang sudah besar. Bahkan tumbuh jauh lebih tinggi. Dia yang dulu Eyang Ti jaga sekarang sudah bisa menjaga dirinya sendiri. Tuturnya tak pernah meninggi saat berbicara dengan Eyang Ti, selalu menghormati, dan berlaku lembut. Berusaha bersikap tenang dan normal meski kepalanya berkecamuk dan berantakan.

Han J ; Drive You InsaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang