12. trapped

338 98 36
                                    

Perasaan Jina sudah sangat tidak enak saat mengikuti keduanya masuk ke sebuah kamar bernomor 404 di lantai teratas hotel itu.

Tidak ada hal positif yang tersisa dalam prasangkanya.

Tempat itu adalah sebuah hotel mewah dengan budget ratusan ribu won untuk permalamnya. Apalagi saat masuk ke dalam kamar itu, nuansanya terlihat sangat romantis dengan aroma white ginger yang menyeruak ke seluruh penjuru ruang.

"Kamu mau mandi duluan?"

Lee Jina menutup mulut dengan tangannya sendiri saat mendengar itu. Apalagi ia juga menyaksikan bagaimana Seulmi hanya mengangguk tanpa mengatakan apapun tepat sebelum masuk ke dalam kamar mandi.

Berulang kali Jina menepuk pipinya sendiri dan berusaha menyadari apa yang sedang terjadi di hadapannya. Jaehyun melepas coat dan kemeja putih yang dipakainya hingga menyisakan jeans panjang lengkap dengan ikat pinggangnya.

Pria itu hanya memainkan ponselnya sambil duduk di atas ranjang yang dipenuhi kelopak mawar.

Jina pernah melihat adegan itu di sebuah film semi yang pernah ditontonnya bersama Somi sewaktu masih di Seoul.

Tapi yang dilakukan Jaehyun saat ini sama sekali tidak terlihat romantis.

Itu menjijikkan.

"You have done?" Tanya pria itu saat melihat Seulmi yang baru saja keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan bathrobe.

Gadis itu lagi-lagi hanya mengangguk. Terlihat sekali dia belum pernah melakukan hal semacam itu sebelumnya.

Jaehyun berjalan mendekatinya lalu menyibakkan rambut panjang yang masih setengah basah itu kemudian menenggelamkan wajahnya di leher jenjang milik Seulmi.

Dihirupnya aroma violet itu dalam-dalam hingga membuat Seulmi mengambil sebuah langkah mundur karena merasa bahwa hal itu sangat tidak pantas.

"Kak Seulmi.." lirihnya.

Jina berharap Seulmi akan melakukan sebuah perlawanan atau apapun itu. Ia masih kukuh dengan pikirannya bahwa Lee Seulmi bukanlah gadis nakal seperti yang dilihatnya saat ini.


Selama beberapa jam, Lee Jina memilih untuk sembunyi di kamar mandi sambil menutup kedua telinganya rapat-rapat. Demi Neptunus, dia sangat menyesali keputusannya untuk mengikuti kedua manusia laknat itu hari ini.

Mendengarkan omelan Na Jaemin jauh lebih baik daripada mendengar suara-suara tidak senonoh disana. Ia jadi ingin menangis.

Suara itu sepenuhnya hilang saat waktu menunjukkan pukul 2 pagi. Jina keluar dari kamar mandi dan mendapati Jaehyun tengah tertidur pulas sambil merengkuh tubuh Seulmi dibawah selimut.

Both of them are naked.

Ponsel Jaehyun yang tergeletak di atas nakas berdering saat itu juga. Pria itu memakai boxernya dengan asal dan berjalan menuju kamar mandi.

"Halo?"

Jina bergegas mendekati Jaehyun dan ikut menempelkan telinganya pada ponsel itu.

"Pacar Kang Mina menyebar informasi provokatif di SNS. Dia mendesak kepolisian untuk menyelidiki insiden bunuh diri itu, Tuan."

"Bungkam saja seperti biasa. Blokir semua SNSnya."

"Masalahnya dia anggota grup tari terkenal. Dia punya banyak pengikut dan postingannya sudah menyebar."

Jaehyun terlihat menarik napas lalu menatap refleksi wajahnya sendiri pada cermin. "Jangan lakukan apapun."

Diputusnya sambungan telfon itu secara sepihak. Ekspresinya terlihat sangat tenang meskipun lawan bicaranya terdengar begitu ketakutan.

"Siapa pacar Kak Mina?" Jina duduk di atas sofa sambil memeluk kedua kakinya dan menatap lurus pada pemandangan di luar jendela.

Gadis itu ingat saat Mina berkata bahwa dia akan menemui seseorang. Tapi Mina tidak menyebutkan siapa itu.


"Hei, seneng ya ikut masuk kesini?"

Entah dari mana datangnya, tiba-tiba Kai sudah duduk disampingnya dan mencolek bahunya.

"Yaampun, jangan ngagetin dong pak!"

Makhluk itu memutar bola matanya, "Heh, aku ini belum tua, tau!"

"Saya manggil anda pak, karena anda ini laki-laki. Mukanya juga sudah berumur gitu kok. Apa saya harus manggil 'om'?"

"Ew, that's even worst.." Balasnya sambil mengibaskan tangan.

Jina menatap kesal padanya, "Kenapa anda nggak datang dari tadi? Kenapa ngunci saya di ruangan ini?"

"Emangnya kenapa? Bukannya kamu juga suka nonton gituan ya?" Kai memandang ke arah Jaehyun, "Dia kayaknya pro banget.."

Gadis itu hanya terdiam sambil menatap kosong pemandangan kota.

"Ada yang mau kamu tanyain nggak?"

Air mukanya berubah menjadi antusias, "Siapa pacar Kak Mina?"

"Umm.." Pria itu hanya menggumam sambil memasang ekspresi berpikir yang dibuat-buat, "Kalo itu sih aku nggak bisa kasih tau."

"Ck! Terus kenapa ngasih kesempatan?!"

"Siapa tau kamu penasaran sama eksistensimu."

Jina membelalakkan matanya setelah teringat sesuatu, "Oh iya, kenapa saya nggak bisa nembus pintu? Atau melayang terus ngilang gitu? Hantu lain bisa kok.."

Kai terlihat bersedekap sambil menyilangkan kakinya, sebuah senyuman angkuh terukir dari bibirnya.

"Itu karena kamu masih hidup. Kamu bakal transparan dan bisa ngelakuin hal-hal supranatural kalo beneran udah mati."

"Eiy! saya udah pernah transparan kok. Waktu itu juga bisa nembus pintu.." Balasnya sambil tertawa kecil

Gadis itu teringat saat tubuhnya berubah menjadi hologram lalu menghilang dan bahkan bisa menembus pintu kamar Jaemin.

"Waktu itu kamu emang hampir mati— di meja operasi."

Senyum di wajah Jina menghilang, entah kenapa ia merasa detak jantungnya seperti melambat. Pernyataan itu membuatnya ngeri.

***


"London bridge is falling down~ falling down~ falling down~"

Siang itu Jaemin berjalan sendirian melewati lorong lantai 4 sekolah untuk pergi ke ruang direktur.

Entah kenapa setelah beberapa hari bersama Lee Jina, pemuda itu menjadi lebih sering menyanyikan jingle yang aneh-aneh.

Jaemin pikir, kebiasaan aneh gadis itu sudah menular padanya.

Tok tok tok

Dibukanya kenop pintu kayu yang ada didepannya itu dengan begitu pelan.

Jaemin mendapati seorang siswi lain yang terlebih dulu tiba disana.

Kim Minju.

Jaemin ingat bahwa Minju adalah teman sekamar Jina. Tapi Jaemin tidak pernah ingat gadis itu memiliki sebuah prestasi besar disekolah hingga memiliki urusan dengan direktur yayasan.

"Kalau begitu saya permisi.." Ucap Minju sambil membungkuk sopan kemudian berjalan keluar ruangan.

"Selamat siang, pak direktur.." Jaemin menyapa pria paruh baya itu kemudian duduk diatas sofa setelah dipersilahkan.

Jung Jaewook, pria berusia 58 tahun itu merupakan direktur Yayasan Harim yang menjabat selama hampir 10 tahun.

Ini adalah kali kedua Jaemin bertemu langsung dengan pria itu. Wali kelasnya bilang, Jaewook ingin bertemu dengan dirinya karena berhasil mengharumkan nama sekolah saat olimpiade sains di Jepang beberapa waktu lalu.

Tidak kah ini terlalu terlambat? Jaemin mendapatkan prestasi itu bersama Eunbin, tapi nyatanya dia tidak melihat gadis itu di ruangan Jung Jaewook.

Bahkan dari gestur keduanya, sudah kelihatan aneh. Itu mencurigakan.

-to be continued-

Evanesce ✔Where stories live. Discover now