1.0

193 35 8
                                    

"LO KOK ADA DISINI SIH?!" teriakku saat melihat putra dari Bibi Maria yang menyambutku. 

"Menjemput tuan putri yang telat checkup" katanya sembari merangkulku, wah nggak sopan. 

"Telat dua minggu juga, Naya nggak akan mati" gumamku yang mengaibatkan dahiku merah di jitak oleh dirinya. 

"Tuan putri, obat lo cuman sebulan pas. Kalo lo serangan jantung, dan nggak ada obatnya karena lo telat kontrol dua minggu, bisa aja lo mati di tempat"  jelasnya, 

"Lo doain gue kena serangan jantung, Bang?" tanyaku sembari melepaskan tangan yang masih bergandulan di pundakku, 

"Nggak begitu. Gue cuman ngajak lo kontrol" 

"Mumpung lo disini, kenapa engga disini aja?" tanyaku tengil, 

Dia memasang wajah masamnya, "Gue bukan dokter pribadi lo ya, Tuan Putri"  decaknya yang membuatku tertawa, 

"Besok gue kerumah sakit lo ya, abang jelekku" godaku lalu berjalan menuju ruang keluarga. 

Oh, aku belum memperkenalkan orang itu kepada kamu. Dia adalah anak pertama dari Bibi Maria, namanya Arjuna. Biasa aku memangilnyya Bang Jun atau Bang Arjun. Umurnya sama seperti Bang Ezra, hanya berbeda delapan bulan saja. Ia juga mempunyai adik, tapi itu akan aku kenalkan lain kali. 

Bang Arjun adalah seorang dokter di rumah sakit milik keluarga Bibi, ia mengambil spesialis jantung, mengingat dirinya sangat sayang denganku hingga aku dijadikan motivasinya untuk menjadi dokter spesialis. Dia juga yang menjadi dokterku selama ini. 

Apa dia single? jomblo? jawabannya, ya. Saking sayangnya denganku ia pernah berkata "Gue engga akan nikah, sampai gue liat Naya nikah duluan." 

Saat aku memasuki ruang keluarga, aku melihat sesosok pria yang menggunakan tuxedo bewarna biru dongker dan juga sebuah koper bewarna senada yang sedang duduk di sofa sembari menonton televisi. D-dia kenapa ada disini? 

"Jadi lo dokternya, Jun?" tanya orang itu sembari memasukan tangannya ke saku celana, 

"Ah, iya Bang. Kata nyokap, lo udah tau tentang Naya, kan?" tanya Bang Arjun.

"Bang, k-kenapa dia ada disini?" tanyaku terbata-bata, 

"Maksud lo, Bang Ezra?" tanyanya, 

Aku menganggukan kepalaku, 

"Dia nginep disini" 

"Tapi minggu ini bukan jadwalnya" ujarku sembari menatap karpet. 

"Besok biar gue yang anter lo" ucap Bang Ezra sembari berjalan menuju arahku. 

"Nggak usah, abang kan banyak kerjaan. Aku sendiri aja"

"Tapi gue khawatir sama lo, Nay" akunya yang membuatku tertawa mendengar perkataan yang keluar dari mulut Bang Ezra. 

"Khawatir?" tanyaku, 

"Dari kemarin kemana aja?" lanjutku lalu berjalan menuju kamarku, 

Saat ingin menaiki tangga aku berhentu sejenak, "Tolong, gue mohon sama lo untuk bersikap seperti biasa saat lo belum ngetahui penyakit gue." ucapku lalu segera menuju kamarku. 

Keesoakan paginya, aku berangkat sekolah seperti biasa. Walaupun Bang Ezra tidak mendengarkan perkataanku kemarin siang, dan tetap memaksa mengantarkan aku checkup kerumah sakit. Dan tentu saja aku menolaknya, aku akan pergi kerumah sakit bersama dengan Kato. 

"Selamat pagi!" sapa Kato dari kejauhan dengan baju yang berantakan. 

"Pagi. Baju lo kenapa kusut begitu?" tanyaku sembari berjalan di lorong gadung kelas 11. 

Twice (END)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin