s a t u

20.4K 2.4K 544
                                    

01. People Come and Go
__________________________


Dua tahun lalu

"Lo nggak mau nangis?"

Suara orang memesan minum di Starbucks Coffee daerah Asia Afrika mengisi backsound di antara sunyi yang mencuat sepersekian sekon. Cowok dengan hoodie abu menghempaskan punggung ke belakang setelah menenggak americano ontherock nya membasahi tenggorokan, melirik pada orang yang melayangkan pertanyaan tak masuk akal, menurutnya.

"Ngapain?" sahut Utara.

"Kali aja. Gue siap jadi sandaran lo, U," lanjut Selatan dengan senyum paling manis. Menepuk-nepuk pundak kanannya yang kosong, siap dijadikan sandaran katanya.

Utara mengembuskan napas kasar. Kedua netranya kini terjatuh pada layar laptop yang masih menyala, warna merah pada laman LTMPT yang baru dia klik beberapa menit lalu membuat Utara tak mengeluarkan ekspresi lebih selain datar.

"Lo gimana hasilnya?" Utara kali ini yang bertanya.

Dengan kedua tangan sibuk menggenggam ponsel memainkan game mobile, sebelah airpods tertancap di telinga kanannya, Selatan tersenyum menoleh pada Utara. "Warna merah, waaarrna cinta."

Menyadari Utara tidak memberi respons berarti, membuat Selatan kembali bersuara setelah memberikan lirikan memastikan keadaan kembarannya. "Oh iya lupa. Lo kan nggak suka warna merah ya, ntar diseruduk banteng. Lagian lo nggak narget lulus di SNMPTN."

Utara mengangguk, mengiyakan, walaupun perkataan Selatan sangat tidak nyambung dari warna ke target tidak lulus. Tapi, iya. Dari awal Utara tidak ingin menaruh harap tinggi agar tidak terlalu sakit kalau tidak sesuai ekspektasi. Lagipula, pada sistem ini seakan menaruhkan keberuntungan tiap orang.

Dan mereka berdua yakin jika Juna tidak akan mempermasalahkan ini, perihal kedua anaknya gagal di kesempatan pertama masuk universitas negeri. Ayah mereka menyerahkan kendali penuh atas jalan apa yang akan anak-anaknya ambil. Dan, memang masih banyak jalan lain yang bisa mereka tempuh.

"Lo juga kudu ikut."

"Ke mana?" sahut Selatan refleks mengangkat satu alisnya, menunggu Utara merampungkan maksud ucapannya.

"SBMPTN."

"Males ah." Selatan menolak. "Lagian setelah dipikir-pikir, gue pengen naik ke tingkat yang lebih tinggi dari beban keluarga ke beban negara-anjir!"

Selatan mengumpat saat mendapat pukulan di belakang kepalanya dengan gulungan buku, menoleh pada si pelaku masih menatapnya tanpa merasa bersalah.

"Wahh. Hobi banget melakukan tindak kekerasan ke gue lo, mah. Gue tuh dilindungi undang-undang. Atau lo emang ngajak gelut? Sini gue jabanin." Selatan malah nyolot, berlagak menggulung lengan bajunya ke atas padahal hanya menggunakan t-shirt polos warna hitam.

"Gue selrius! Nanti gue bantu."

"Males. Tau nggak males, Abang-Aa? Lo mah dari kita masih di dalem perut aja kayaknya udah belajar. Lah gue-"

"Sibuk mainin cewek."

"-nah itu salah satunya," lanjut Selatan saat Utara tiba-tiba menyela. Malah dilanjut dengan tawa saat menyadari pembahasan random mereka.

Ayo BalikanWhere stories live. Discover now