Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Setelah menerima teror semalaman dari si oknum tidak tahu diri (ingin dijemput), Angga dan Leon sudah sampai di Bandara Soekarno-Hatta siang ini. Tadinya Angga berinisiatif untuk membawa spanduk penjemputan tapi langsung menarik idenya kembali saat mendapat satu lirikan dari Leon.
Katanya, "kalau sama gue, dilarang bodoh."
"Dia udah landing, kan?" Angga bertanya, sembari celingak-celinguk untuk mencari keberadaan Farhan. Terus mengunyah jajanan yang dibelinya saat di perjalanan tadi.
Tanpa ada niatan menjawab pertanyaan Angga, Leon mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Farhan.
"Mas, Mbak! Temen gue udah landing belum?" Tidak mendapat balasan dari Leon, akhirnya Angga berteriak pada satu pasangan yang masing-masing dari mereka mengeret koper besar. Terlihat seperti orang luar yang baru menghirup angin Indonesia.
"I don't understand," balas wanita dengan topi Nike hitam itu setelah bertukar tatap dengan pria tinggi di sampingnya. Rambut mereka sama-sama pirang dengan tinggi diatas rata-rata orang Indonesia. Kalau ditaksir, usia mereka berada di kepala empat dengan keadaan masih segar bugar.
Angga tertawa ramah, dia menganggukkan kepala sembari melambaikan sebelah tangan. "Ohh iya-iya, ngerti. Makasih, Mbak! Semoga betah di negeri wakanda ini. Kalau masuk angin suruh Masnya kerokin aja jangan cuma minum teh anget doang.”
