SURAT MISTERIUS BUAT ALENA

Surat Misterius Buat Alena (3)

Beberapa kali Alena berusaha menemui Tora. Namun tampaknya Tora selalu berusaha menghindari Alena ataupun Cindy. Kali ini Alena tak mau gagal lagi, begitu melihat Tora, Alena buru-buru menghampiri. Tora berusaha menghindar, namun Alena berhasil mengejarnya.

"Kenapa harus lari?"

"Jangan kejar gue terus, Len! Gue beneran nggak bisa bilang semuanya sama lo."

"Gue cuma mau tau siapa dia, Tor." desak Alena.

"Perpustakaan kampus. Besok jam satu siang. Dia akan menemui lo di sana."

Alena tersentak mendengar perkataan Tora. Jadi pengirim surat misterius itu akan menampakkan dirinya? Belum sempat Alena bertanya lebih jauh, Tora ternyata sudah tak ada. Dia memang sangat penasaran dengan orang itu. Alena tak sabar menunggu esok tiba.

**

"Apa yang lo lakuin kalau dia beneran nemuin lo?" tanya Cindy.

"Gue nggak tau, Cin." jawab Alena sambil melihat arlojinya. Hampir jam satu. Perasaan Alena bertambah resah.

"Lo duluan aja ke perpustakaan. Gue mau ke toilet dulu." kata Cindy.

Alena mengangguk. Cindy menuju toilet. Saat keluar, ia berpapasan dengan Tora. Cindy langsung menarik Tora sambil melotot.

"Dia serius, Cin. Dia akan nemuin Alena. Percaya sama gue. Sekarang kita buktikan kebenarannya." kata Tora berganti menarik tangan Cindy.

Sementara itu Alena duduk di perpustakaan dengan perasaan gelisah. Berkali-kali diliriknya arloji di tangannya.

"Kenapa? Kelihatannya gelisah banget."

Alena terkejut melihat suara di dekatnya.

"Eh nggak kok, Mas. Ini lagi nungguin Cindy ke toilet lama banget." jawab Alena kikuk sambil menoleh ke sana kemari.

Lelaki itu mengambil kursi di sebelah Alena.

"Tugasnya sudah selesai? Jangan lupa besok hari terakhir."

Alena salah tingkah. Dia menepuk jidatnya sendiri. Dia lupa menyelesaikan makalah karena sibuk mengurusi pengirim surat misterius itu. Akhirnya Alena hanya mengiyakan saja karena tak tau harus bilang apa.

"Sebenarnya kamu bukan nungguin Cindy kan?"

Alena terkejut.

"Teriknya mentari tak mengubah pesonamu, Bidadari."

Alena tercengang. Kata-kata itu!

"Rona merah tetap menghias wajah cantik pagimu. Bisakah kau membagi....."

"Sedikit pancaranmu untukku...." potong Alena sambil menatap lelaki itu, kakak tingkatnya yang juga asdos mata kuliah Pak Ahmad.

Sementara sosok yang ditatap hanya tersenyum.

"Jadi Mas Aryo pengirim surat itu?" tanya Alena memastikan.

Aryo mengangguk.

"Kenapa?"

"Aku yakin kamu tau jawabannya."

Alena terdiam sesaat.

"Kenapa Mas Aryo bisa suka sama aku?"

"Aku nggak tau, Alena. Entah kapan dia datang, yang aku tau rasa itu untuk kamu. Maaf, kalau selama ini aku mengusik ketenanganmu."

Alena tersenyum tipis. Dia baru sadar kalau selama ini Aryo sering tidak mempersulit tugasnya, atau terkadang memberitahukan referensi untuk bahan makalah pada Alena, itu karena Aryo menyukainya.

"Seharusnya aku sadar kalau selama ini Mas Aryo perhatian sama aku." ucap Alena.

Aryo tersenyum. "Aku cuma mau bilang itu saja. Kamu nggak marah kan?"

"Bidadari pagi itu terlalu berlebihan, Mas. Aku kan nggak secantik bidadari." Alena tertawa kecil.

"Bagiku begitu." tegas Aryo.

"Ah..."Alena tersenyum mengelak. "...walaupun aku merasa tak pantas kau sebut bidadari, tapi aku bersedia kok memberikan seluruh pancaranku untukmu."

Aryo tersentak.

"Len...?"

"Aku serius, Mas. Mana mungkin aku bisa nolak cowok sebaik Mas Aryo?"

Aryo tersenyum kembali. "Terima kasih, Alena."

Alena mengangguk dan membalas senyuman itu.

Di sudut ruangan di antara rak-rak buku, dua pasang mata memperhatikan mereka.

"Sekarang lo yakin kan kalau sepupu gue nemuin Alena?"

Cindy kaget. "Jadi mas Aryo sepupu lo, Tor?"

"Yup! Dia kakak sepupu gue. Dan dia udah lama suka sama sahabat lo sejak kalian semester satu."

Cindy manggut-manggut.

"Ok! Gue percaya sama lo. Tapi karena selama ini lo udah main kucing-kucingan sama gue dan Alena, lo tetep dapat hukuman. Ikut gue sekarang!" kata Cindy sambil menarik Tora keluar dari perpustakaan. []

***

(Tamat)

Sukoharjo, 15 Mei 2022
SURAT MISTERIUS BUAT ALENA
Taniya Naya