5 - WAFER

14.5K 1.9K 247
                                    


MASA KINI

Acha membeli sarapan pagi di kantin kampus. Ia tak sempat sarapan di rumah. Mamanya juga sudah berangkat lebih pagi ke butik.

Acha memakan roti cokelat bersama teh hangat.

"Sapi!"

Acha menoleh ke belakang, kaget melihat sosok Glen sedang melambaikan tangannya. Acha pun melambaikan balik tangannya, meminta Glen udah menghampirinya. Sudah lama Acha tidak bertemu Glen.

"Glen ngapain ke kampus?" tanya Acha.

"Kangen sama lo," jawab Glen asal.

"Yang bener jawabnya!" decak Acha.

"Nyari wangsit."

"Glen!!!"

Glen terkekeh melihat wajah kesal Acha.

"Cari referensi jurnal di perpustakaan," jawab Glen kali ini serius.

Acha mengangguk-angguk.

"Wah, akhirnya Glen kerjain skripsinya juga."

"Lo muji gue, kan, barusan?"

"Tergantung Glen nangkapnya gimana," balas Acha acuh tak acuh.

Glen melengos, ia merebut setengah roti cokelat yang masih ada di tangan Acha.

"Gue laper," ucap Glen seenaknya dan langsung memakan roti cokelat tersebut. Acha melotot tak santai melihat apa yang dilakukan oleh Glen.

"Acha juga laper Glen!"

"Beli aja lagi."

"Kenapa nggak Glen aja yang beli lagi?"

"Nolong orang ganteng di pagi hari pahalanya lebih besar, Cha."

"Siapa yang ganteng?"

Glen dengan santai menunjuk dirinya sendiri.

"Siapa lagi kalau bukan anak tunggal, kaya raya dan anaknya Bunda Anggara. Glen Anggara!"

Acha menghela napas berat, padahal sudah lama tidak bertemu tetap saja cowok ini selalu bertingkah menyebalkan. Bagaimana bisa Acha dulu bisa menyukai cowok ini? Mungkin Acha memang sudah gila!

"Gimana perkembangan skripsi, Glen? Sudah mau selesai?"

Glen menggeleng pelan.

"Seperti kata tukang kaca mata," jawab Glen asal.

Acha mengerutkan kening.

"Maksudnya?"

Kini giliran Glen yang menghela napas berat. Ia menatap Acha dengan tatapan pedih.

"Maaf, sepertinya.... Buram..."

Seketika Acha langsung tertawa karena jawaban ngaco Glen. Selain menyebalkan, Glen juga paling pintar mencairkan suasana dan membuat tertawa orang. Ya, bisa jadi sifat ini yang membuat Acha pernah menaruh hati pada cowok ini.

"Dikerjain sampai selesai, nggak boleh malas-malas-an lagi," pesan Acha sungguh-sungguh.

"Iya, Presiden Sapi."

Acha meneguk teh hangatnya sampai habis, sebelum direbut juga oleh Glen. Sedangkan Glen mulai sibuk mengedarkan pandangnya.

"Mana pawang lo?" tanya Glen.

OUR MARIPOSAWhere stories live. Discover now