Chapter 43 - Fin

1K 93 35
                                    

ECIEEE UDAH SAMPE DI FINAL CHAPTER NIIHH HAHAHAH. Alhamdulillah kita uda sampe di babak akhir lika-liku kisah pak kades dan bu dokter gengs🥲 akhirnya setelah sekian hal dipenuhi dengan hal-hal riweuh, PAK KADES DAN BU DOKTER BERLAYAR YUHUUUH🥰🥰

Okedw langsung aja kita mulai kali ya. Tanpa banyak perlu basa-basi. Here we goo!!

*

⚠️WARNING⚠️

A little bit mature contents. Don't read if u under 18😠 be wise!

*

*

*

Upacara pemberkatan akan dilaksanakan di salah satu kuil terbesar di Sunagakure. Tempat itu tidak banyak diberi sentuhan tambahan sebagai dekorasinya. Hanya menambahkan ebebrapa rangkaian bunga yang diposisikan di atas pilar kemudian diletakkan di beberapa tempat. Pada dasarnya juga, kuil ini sudah megah dan memiliki keindahan tersendri dalam susunan arsitekturnya. Maka pihak penyelenggara pernikahan tidak perlu berpusing ria untuk merombak tempat ini sebelum menjadi saksi bisu bersatunya dua hati hari ini.

Sakura duduk tegap dalam balutan kimono berwarna putih. Wajahnya telah selesai dirias. Air muka gadis itu tampak sangat berbeda. Maksudku –aura seorang pengantin memang tidak pernah mengecewakan, bukan? Terlebih lagi dengan sentuhan ajaib dari tangan Ino membuat Sakura hampir tidak mengenali dirinya sendiri. Pangling, begitu kata Naruto ketika ia melihat sahabat sejawatnya ini sudah siap untuk melangsungkan pernikahan.

"Ah, ternyata kita sudah sama-sama dewasa. Apakah kita perlu saling menjodohkan anak-anak kita nanti?" seloroh pria jinchuriki itu dan membuat semua orang tertawa.

"Kau sangat cantik, Sakura-chan," ujar Hinata yang tak ingin melewatkan pujian untuk gadis musim semi itu.

"Terima kasih, Hinata."

Tanpa diminta, seisi ruangan hening. Sakura mengedarkan pandangan ke arah mereka satu per satu. Dapat ia lihat jika semua orang di dalam ruangan ini tampak berbeda- seperti tengah menahan sesuatu, mungkin? 

"Ah, kenapa kalian memasang wajah seperti itu?" ujar Sakura yang kemudian mengundang tawa dari mereka. 

Tsunade merupakan orang pertama yang menghampiri gadis itu. Dengan lembut ia menangkup wajah Sakura, membuatnya mendongak kemudian mengecup lembut kening gadis itu. Sakura tersenyum penuh haru, terlihat jelas jika ia tengah bersusah payah menahan air matanya.

"Walau kau akan segera menjadi istri orang lain, kau tetaplah muridku yang begitu kubanggakan. Kau sudah kuanggap sebagai putriku sendiri. Jika terjadi sesuatu, kau tau harus bertemu dengan siapa kan, Sakura?"

Sakura mengangguk, mengiyakan perkataan sang guru yang begitu ia sayangi. "Terima kasih untuk segalanya, shisou," jawab gadis itu.

Tsunade segera menepi, membalikkan badan lalu menyeka air matanya. Setelahnya Kakashi pun menghampiri Sakura. Langsung saja ia menutup wajah gadis itu dengan tudung putih transparan sembari melayangkan senyum. 

Namun Sakura tau pasti, jika mata Kakashi tengah berkaca-kaca saat ini.

"Hee? Jika ingin menangis, harusnya sensei menangis saja -dattebayo."

Semua orang tertawa mendengar kalimat tersebut. Langsung saja sang Rokudaime memasang wajah malas. "Ya, ternyata begini rasanya jika melepas anak perempuanmu ketika menikah. Kurasa aku mengerti mengapa mertuamu menangis sewaktu meyerahkan putrinya padamu," sahut Kakashi yang membuat Sakura terkikik di depannya.

"Yosh. Ayo kita berangkat."

Baik, cukup untuk momen tertawanya. Saat ini, mereka akan segera mendatangi kuil tempat dimana upacara pemberkatan akan diadakan. Kakashi mengulurkan tangan, memberi isyarat pada Sakura untuk merangkul lengannya. Gadis merah muda itu terkekeh kecil lalu menyembutnya dengan senang hati. Kini Sakura berjalan di barisan paling depan, berada di antara Kakashi dan Tsunade sebagai walinya.

Cicatrize ✔️Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα