05. Suaranya Didengar

1.8K 350 23
                                    

BAGIAN 05
SEBELUM FAJAR
©NAYLTAE
2023

.

.

.

SETELAH pulang hanya dengan membawa tumpukan kayu, Julian meminta kedua rekannya bergotong royong berburu ikan di laut. Tidak banyak ikan yang lalu lalang di pantai, itu sebabnya Rangga memilih bermalas-malasan dan berkeliling di sekitar bangkai pesawat dan kumpulan barang mereka yang berserakan. Kalau tidak salah, Rangga membawa bekal makan di dalam tasnya. Kalau beruntung, makanan itu harusnya masih dalam keadaan baik karena dibungkus dalam kotak yang rapi.

"Rangga! Jangan jauh-jauh! Ntar lo ilang!" Dari kejauhan, Julian berteriak.

"Di sini doang!" Jawab Rangga.

Rangga berjalan hati-hati saat kakinya menyentuh air, sebab dia tidak mau lukanya turut disentuh air garam. Di antara bangkai pesawat yang berserakan, dia menemukan banyak barang-barang yang dapat digunakan. Piring plastik, cangkir, kain-kain, dan beberapa tas milik anggota. Di antara tas-tas tersebut, Rangga mengambil satu tas dengan gantungan kunci beruang di resleting.

Tas miliknya, dan gantungan kunci yang dia beli di pasar malam. Gantungan kunci yang awalnya akan dia berikan kepada Amel seandainya dia tak kalah cepat dengan Arjuna yang lebih dulu meminta Amel menjadi kekasihnya.

Rangga tiba-tiba murung. Cemburu itu sudah hilang. Sekarang dia sedih karena belum bisa memastikan kabar Arjuna.

Dengan susah payah Rangga menarik tasnya yang basah kuyup menuju gua. Sebab membongkar isi tas itu di siang bolong di bawah sinar matahari laut adalah keputusan gila.

Ada pakaian, perlengkapan mandi yang akan tak berguna sebab di sini tak ada air bersih, buku basah, serta kotak bekal yang dia siapkan sendiri pada pagi sebelum pergi ke bandara. Rangga pandai memasak, namun sandwich telur yang sudah dia kemas dengan rapi kini berubah jadi pucat, berantakan, dan tak menggiurkan. Namun Rangga masih tetap lapar hanya dengan melihatnya.

"Guys!" Rangga memanggil teman-temannya. "Dapet, enggak?"

"Dapet!" Julian menyahut. Dengan wajah berseri-seri dia membawa beberapa ikan yang ditampung di bajunya kembali ke gua. "Lo enggak usah makan, ya. Lo enggak ikut bantu. Enak aja numpang makan doang."

Di belakangnya, Amel menyusul dengan tangan kosong. "Beneran punya skill bertahan hidup secara primitif nih orang," katanya kepada Rangga.

Rangga tertawa sekilas. "Tuh Amel enggak bawa apa-apa juga, enggak dikasih?"

"Kasih lah! Seenggaknya dia ikut bantu."

"Gue, kan, sakit."

Julian sempat terdiam, bimbang. "Enggak ada alesan." Tatapannya beralih pada makanan di tangan Rangga. "Itu dari mana?"

"Dari tas gue. Mau? Ada banyak, nih."

"Enggak kenyang kalo dimakan bertiga. Yang penting masak ikannya dulu, sayang ntar busuk."

"Gimana caranya?"

Kemampuan mereka bertahan di alam liar kembali diuji. Julian mengumpulkan kayu-kayu yang dia dapat dari hutan menjadi kerucut seperti api unggun. Tentu saja ini bukan bagian yang utama. Selanjutnya, mereka mulai ragu bisa menyalakan api dari dua bongkah batu yang kini ada di genggaman Julian.

Sebelum FajarDonde viven las historias. Descúbrelo ahora