IX. Bambina

1.3K 297 49
                                    

"Bambina."

Bibiana berlari ke sosok yang memanggil namanya tersebut, tanpa kata pria itu mengambil tas sekolah yang berada di tangannya. Dante Amato selalu menjadi sosok yang seperti ini, lebih mirip sebuah bayangan, selalu berada di sekitarnya, tidak jauh, tetapi juga tidak dekat.

"Kau mau makan apa?" Dante membuka pintu penumpang yang berada di sebelah bangku pengemudi lalu melempar tasnya ke kursi belakang sebelum mengikuti naik di bangku supir.

"Apa saja." Bibiana mengangguk semangat. "Kau darimana saja Dante? Aku baru melihatmu." Bibiana tidak bisa menyembunyikan nada semangat di dalam suaranya, sudah nyaris setahun ini dia tidak menemui Dante, pria itu semakin sibuk dari waktu ke waktu, mengalahkan kesibukan ayahnya yang merangkap juga sebagai dokter gigi anak.

Antonio selalu berkata, tidak ada kabar adalah kabar baik. Bibiana tidak mengerti apa makna kata ayahnya itu sebelum Dante menghilang selama setahun terakhir ini, pria itu sibuk bekerja, hanya itu yang bisa dia pahami. Amarah yang tadinya membumbung tinggi untuk pria itu menghilang begitu saja melihat jaket kulit dan jeans yang familiar bersandar di sebuah mobil di depan halaman sekolahnya.

"Kerja." Pria itu menjawab singkat, nada lelah terselip di dalam suaranya.

"Selama setahun ini?" Bibiana mengangkat alisnya, dia penasaran. Usianya mungkin baru lima belas tahun saat ini, tetapi dia tahu betul ada yang tidak wajar di dalam pekerjaan ayahnya dan orang-orang yang selalu berada di sekitarnya bukanlah orang biasa. "Sesibuk apakah dirimu hingga tidak bisa menghubungiku sama sekali?" Bibiana mencebik kesal, bibirnya maju beberapa senti.

"Aku tidak bisa menghubungimu dari balik jeruji besi, Bambina." Dante menjelaskan sembari menghela napas panjang.

Mata Bibiana membelalak kaget. "Kenapa?"

"Bibi, aku bekerja." Dante menjelaskan kembali.

"Dari balik penjara?"

"Ya." Dante mengangguk. Semakin dewasa usia gadis ini, semakin sulit untuk menyembunyikan apa yang terjadi di sekitar mereka. Keluarga mereka tidak seperti keluarga biasa lainnya, tidak pernah ada pemakaman yang terjadi sesering keluarga mereka. Tidak ada pula anggota keluarga yang keluar masuk penjara sesering dirinya.

"Apa kau sipir penjara? Polisi?" Pertanyaan polos Bibiana memancing semburan tawa dari mulut Dante.

"Aku tidak akan menjadi cecunguk-cecunguk sialan itu, Bibi. Ah, maafkan kata-kata kasarku." Dante segera meminta maaf karena mengucapkan kalimat tidak sopan. Ini kebiasaannya, berkata kasar lalu meminta maaf, terkhusus di depan Bibiana. Antonio melatihnya seperti itu, tanpa sadar dia melatih dirinya sendiri. Bibiana pantas mendapatkan yang terbaik di dunia, termasuk versi terbaik dirinya.

"Kau menghilang selama setahun terakhir." Bibiana menjelaskan, entah bagaimana amarah yang tadinya membuncah menguap begitu saja melihat pria itu baik-baik saja, tidak kekurangan satu apa pun, meskipun gurat lelah di wajahnya tidak berkurang sedetik pun.

"Hm, apa kau mencariku?"

"Aku berhenti mencarimu enam bulan lalu." Ujar Bibiana dengan percaya diri, meskipun jauh di dalam hatinya dia tahu itu adalah sebuah kebohongan belaka. Hingga detik terakhir dia masih berusaha mencari tahu di mana keberadaan pria ini, tetapi tentu saja dia tidak akan mengungkapkannya di depan Dante.

"Bagus Bibi, lain kali kau tidak perlu mencariku." Dante mengangguk kepadanya.

Wajah Bibiana mengerut tidak terima. Nyaris setiap saat Dante berada di sisinya, tetapi dia menyadari di saat yang bersamaan, dia pun juga tidak selalu bersamanya. "Apa kau akan pulang?"

Dante menoleh dari jalanan untuk melihatnya sesaat. "Hm?"

"Apa kau akan pulang?" Bibiana bertanya kembali. "Ke rumah."

BambinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang