Pernyataan Cinta yang tidak Romantis

159 24 13
                                    

Cantika merasa kesulitan bergerak, tubuhnya sangat lemas, meskipun sudah tidak demam namun ia merasa tidak punya cukup energi untuk sekedar berjalan menuju kamar mandi. Padahal hari ini ia punya janji dengan Zayan.

"Kenapa aku lemas sekali, padahal tadi malam sudah minum obat dan cukup istirahat." Gumamnya sambil meraih handphone di dekat bantal.

Ia terkejut melihat pesan masuk dari Gibran yang dikirim sekitar pukul dua belas malam. Bukan pesan tex, hanya stiker lucu bergambar panda yang sedang tertawa sambil memegang perutnya. Seketika Cantika tertawa melihat gambar tersebut.

Entah kenapa ia lebih merasa nyaman dekat dengan Gibran daripada Zayan. Meskipun dia bertemperamen sedikit buruk, tapi Gibran cowok yang tulus dan hangat. Perhatian kecil yang dia berikan terkadang justru membuat Cantika merasa terkesan.

Beberapa detik kemudian datang pesan masuk dari Gibran.

From : Gibran
Gimana Can, sudah bisa makan nasi?

Cantika tertawa, pesan aneh. Namun ia lekas membalasnya.

_Aku bahkan sejak kemaren sudah makan nasi_

_Oh, baguslah. Kasihan petani negara wakanda ini kalau kamu gak mau makan nasi_

Cantika kembali tertawa dan membalas pesan tersebut dengan emoticon tertawa.

Tidak terasa chating dengan Gibran berlangsung cukup lama, hingga Cantika lupa bahwa tubuhnya lemas. Pesan lucu dari Gibran seolah menjadi obat hingga ia sedikit lebih bersemangat. Setidaknya untuk sekedar turun dari tempat tidur.

***

Di rumah Gibran yang bak Villa itu, dia tertawa sendirian seperti orang gila di ruang tengah. Pemandangan yang sangat langka, hingga membuat pembantu di rumah tersebut terkaget-kaget. Rumah yang biasanya seperti kuburan itu kini terasa sedikit lebih cerah. Akhir-akhir ini Gibran tidak lagi menjadi anak pemurung, dia lebih semangat dan nampak bahagia.

"Mas Gibran? Sampean baik-baik saja?" Tanya Mbak Sari, salah satu pembantu di rumah.

Gibran terkejut dan lekas tersenyum malu sambil garuk-garuk kepala bingung.

"Baru kali ini loh saya melihat Mas Gibran tertawa, ternyata ganteng banget, kayak artis Korea yang sering Sari tonton."

Gibran terhenyak, lalu tertawa. Namun tawa Gibran lenyap saat ia melihat pintu ruang utama terbuka, mamanya datang. Sosok yang biasanya tidak pernah ada di rumah, bahkan bisa dihitung jari selama sebulan berapa kali ia pulang ke rumah.

"Apa yang membuatmu bahagia?" Tanya mama dengan memicingkan mata, curiga.

"Bukan apa-apa." Jawab Gibran acuh, lalu segera bangkit dari kursi dan berjalan menuju kamar.

"Dengar Gibran, mama tidak mau kamu membuat masalah di sekolah!" Teriak mama, membuat langkah Gibran terhenti dan lekas menoleh.

"Aku bahkan tidak pernah membuat masalah, ibu saja yang melihatku sebagai masalah." Kata Gibran dengan ketus.

Mama nampak kesal dan bersungut-sungut. Suasana yang selalu terjadi tiap kali mama pulang ke rumah. Tidak nampak kasih sayang di antara ibu dan anak tersebut, hingga terkadang membuat para pembantu di rumah merasa begitu kasihan dengan Gibran.

***

Di panti tempat Cantika tinggal, Zayan sudah berdiri di depan gerbang dengan stelan yang sangat rapi. Ia tidak mungkin membuat Cantika datang ke taman sendirian, apalagi setelah Cantika pingsan dan sedang dalam kondisi sakit.

"Masuk saja ke rumah Mas Zayan!" Kata Bu Siska yang kebetulan sedang menyiram tanaman.

Zayan tersenyum malu, lalu berjalan pelan menuju teras rumah.

Last Summer (on going)Where stories live. Discover now