Bab 18. Merasa Tidak Berguna

2K 258 15
                                    

Malam Minggu gini ada rencana mau ngapain nih?

***

"Bahkan gue bisa benci ke diri gue sendiri saat melihat Mentari menangis."

***

Malam ini sudah belasan lagu Semesta nyanyikan dengan petikan gitar di tangannya. Sayangnya cara yang biasa ia gunakan untuk menenangkan pikiran itu, kali ini tidak berhasil. Justru sejak tadi pikirannya semakin kacau tak karuan.

Cowok shirtless yang hanya memakai celana pendek rumahan itu mengacak rambutnya frustasi. Ia lantas beranjak dari meja belajar. Membawa gitar berwarna hitam miliknya menuju jendela kamar. Membuka jendela kaca yang langsung terhubung dengan rumah sebelah itu dengan hati-hati.

Setelah mendudukkan diri di sisi jendela, Semesta meletakkan gitar kesayangannya di atas pangkuan. Mencoba memainkannya beberapa kali lagi sampai akhirnya ia berhenti karena merasa kesal tidak jelas. Entahlah ia merasa sangat gelisah malam ini. Rasanya ingin uring-uringan pada dirinya sendiri.

Semesta menghembuskan napasnya kasar. Kepalanya mendongak, menatap hamparan langit malam yang terlihat sangat gelap. Kosong. Tidak ada satu pun bintang yang muncul di langit seperti malam-malam sebelumnya. Sama seperti perasaan gelisah yang ia rasakan malam ini, yang membuat otaknya mendadak terasa kosong. Sejak tadi ia tidak bisa berpikir apa pun dengan tenang. Pikirannya hanya berputar ke kejadian tadi sore saat di rumah Mentari. Kejadian yang membuat dirinya shock sekaligus merasa tidak berguna.

Malam ini suasana sekitar juga terasa begitu sunyi setelah satu jam yang lalu hujan deras mengguyur ibukota. Lengkap sudah. Bisa-bisa ia akan melamun di jendela sampai subuh kalau keadaan sekitar seolah mendukungnya untuk meratapi hal yang kini membuatnya merasa menjadi manusia bodoh dan tidak berguna.

Detik selanjutnya Semesta memejamkan matanya beberapa saat kala ia kembali teringat akan sosok Mentari. Memori tentang Mentari akhir-akhir ini tiba-tiba berputar berulang kali dalam ingatannya. Tentang Mentari yang banyak diam. Mentari yang sering melamun. Mentari yang jadi lebih sensitif. Mentari yang sering terlihat pucat. Mentari yang sibuk pemotretan. Lebih sibuk dari biasanya. Dan masih banyak lagi perubahan-perubahan cewek itu yang semakin hari semakin aneh. Juga semakin membuatnya merasa sangat bersalah jika mengingat.

Bisa-bisanya selama ini ia tidak menyadari kalau Mentari sedang tidak baik-baik saja. Cewek itu sedang menyimpan banyak masalah yang sengaja dipendam sendiri. Lebih tepatnya masalah keluarga yang kini tengah menimpa keluarganya.

Ya, tadi sore saat mengantar Mentari pulang, Semesta tidak sengaja mendengar obrolan antara Mentari dan kedua orang tuanya di ruang tamu. Mereka mengobrol tentang masalah hutang pada rentenir. Juga masalah keuangan mereka sampai alasan sebenarnya yang membuat ayah Mentari dipecat dari kantor. Tadinya Semesta memang tidak mau menguping, tetapi karena terlanjur penasaran dengan obrolan mereka, Semesta akhirnya memutuskan untuk mendengarkan dengan seksama sampai selesai.

Sampai ia menemukan fakta bahwa masalah yang kini sedang dihadapi oleh Mentari bukan hanya masalah dipecatnya sang ayah dari kantor. Melainkan juga masalah mengenai hutang dan keuangan keluarga yang semakin memburuk. Keluarga Mentari tengah terjerat hutang pada rentenir dengan nominal yang tidak sedikit. Ayahnya beralih profesi menjadi tukang ojek online karena dipecat dari kantor sebab sering memakai uang kantor untuk menyicil ke rentenir. Ibunya mulai menjual makanan dan kue-kue secara online untuk membantu keuangan mereka. Sementara Mentari, cewek itu juga harus kuliah sambil bekerja lebih keras untuk membiayai hidupnya dan membantu membayar hutang orang tuanya.

Ah! Semesta jadi merasa sangat tidak berguna. Sebagai pacar harusnya ia bisa lebih peka dan peduli akan hal itu. Bukan malah tidak tahu apa-apa dan terlambat mengetahuinya seperti sekarang. Jujur, malam ini Semesta memang sedang gelisah. Ia bingung harus melakukan apa. Oleh karena itu ia uring-uringan tidak jelas sejak tadi. Tidak mungkin ia hanya diam saja melihat Mentari berada dalam situasi serumit itu, kan?

Peluk untuk SemestaWhere stories live. Discover now