03. Karya dari psycho

39 5 2
                                    

Lonceng berdering menandakan waktu istirahat telah tiba, seperti hari-hari sebelumnya Alexis selalu menjemput gadisnya dikelas. Ia berjalan menelusuri lorong sekolah menuju kelas Caramel. Namun, langkahnya terhenti ketika Junior datang bersama dengan kedua temannya dilorong sekolah.

"Mau kemana? Masih mau berusaha mendekati Caramel?" Junior memiringkan kepalanya, ia tertawa pelan lalu memajukan wajahnya.

"Dia pasti tidak ingin bertemu denganmu. Karena aku sudah memberitahu kejadian kemarin yang bikin dia ilfeel dengan kamu." Lanjutnya.

"Menyingkirlah." Pinta Alexis dengan tenang. Dan sambil memasukkan telapak tangannya ke dalam saku celana.

"Jangan mencoba melawan! Kamu tau Junior cukup pintar dalam ilmu bela diri. Kamu ingin dibuat babak belur sama dia?" Tanya Zidan sahabat Junior yang tengah berdiri disampingnya.

"Sudahlah menurut saja, jauhi Caramel kalau kau masih ingin sekolah disini." Kata Arlan teman satunya lagi.

Alexis masih diam ditempat sambil menatap mata Junior nyalang. Junior yang merasa perkataannya diabaikan lantas membentak.

"Apa kau bisu? Jangan dekati Caramel bodoh!" Sentak Junior didepan muka Alexis. Kedua temannya tertawa melihat Alexis tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya.

Alexis mengangguk-anggukan kepala mengerti, "Apa perkataanku belum cukup membuat kamu mengerti?"

"Apa kau bilang?" Junior mengerutkan dahi bingung.

"Aku bilang menyingkirlah, hama." Suara pelan namun terdengar mengerikan lantas membuat bulu kuduk kedua teman Junior berdiri. Tapi tidak bagi Junior, ia merasa lawan bicaranya ini orang gila, karena sudah beberapa kali diperingatkan bahkan dikerjai pria itu tidak juga menuruti perkataannya.

"Kalau aku tidak mau, kau ingin apa?" Junior mengangkat dagunya tinggi-tinggi seakan menantang.

"Aku akan memotong lidahmu," kata Alexis dengan tenang namun terdengar mengerikan. Kedua teman Junior lantas saling melirik, melihat Alexis berkata tanpa ekspresi membuat nyali mereka seketika menciut.

"Coba saja kalau kau bisa. Aku tidak takut!" Jawab Junior meremehkan.

Mendengar itu, suasana tiba-tiba terasa mencekam karena lorong begitu sepi dan remang-remang. Alexis mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya lalu melangkah sambil memainkan pisau itu, ia menggores jari telunjuknya sendiri hingga mengeluarkan percikan darah segar.

Menyadari goresan tangan yang tidak mengeluarkan rintihan sedikitpun sontak membuat ketiga orang itu terkejut, mereka menjadi was-was sambil berjalan mundur dengan teratur.

"Jun! Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Zidan yang saat ini sangat ketakutan.

"Pegangi dia, aku akan menghajarnya!"

Tanpa berpikir panjang mereka langsung mengunci pergerakan pria itu dengan memegangi tangan Alexis untuk diletakan dibelakang tubuh. Namun, Alexis tidaklah membrontak sama sekali. Ia hanya pasrah, oh rasanya ia sangat menunggu waktu ini tiba sejak lama. Ia ingin merasakan sakitnya pukulan dari seorang hama.

Junior mencengkram kerah seragam Alexis tinggi-tinggi lalu memukul rahang cowok itu hingga menyebabkan bunyi gertakan halus.

Bugh!

Krek!

"Sshhh... Teruskan bedebah!" Alexis tersenyum miring.

"Dasar bajingan!"

Bugh!

Bugh!

Duakh!

Bugh!

Alexis | Psychopath (On Going)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora