07. Terbunuhnya musuh

11 2 0
                                    

22.00 JST (Jakarta Standart Time)

Malam ini Alexis sedang merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Ia belum juga pulang ke Apartement miliknya karena sang ayah melarangnya. Saat ini dirinya sedang sibuk memikirkan mengenai tantangan yang diberikan Junior sore tadi, bahwa pria itu menantang Alex untuk bertarung di Box tempat ring tinju.

Jika kau tidak datang, jangan salahkan kalau pacarmu aku jadikan umpan!

Perkataan tersebut terus berputar dikepalanya, seolah ancaman itu adalah peringatan untuknya agar datang di Box. Alexis tidak ingin, kalau Caramel harus ikut campur dalam masalahnya dengan Junior. Namun, dilain sisi ia sangat malas untuk berkelahi dan ditonton banyak orang. Sementara lelaki itu membenci keramaian.

"Apa aku harus benar-benar datang?" Alexis bergumam pelan sambil terus berpikir, apa yang terjadi dengan Caramel jika ia menolak tantangan dari Junior. Apakah lelaki itu akan berbuat macam-macam dengan gadisnya? Jika iya, Alexis buru-buru bersiap-siap untuk pergi ke Apartement Caramel.

Dirinya lebih memilih tinggal bersama Caramel daripada harus membuang energi untuk bertarung dengan Junior. Bukan, bukan karena ia takut kalah ataupun menjadi pengecut karena menghindar begitu saja. Tapi karena ia tidak menyukai menjadi pusat perhatian orang-orang untuk menonjolkan diri siapa yang terkuat. Jika ingin, Alexis bisa menantangnya di gudang sekolah yang sepi untuk bertarung, bahkan jika Junior membawa anak buahnya Alexis sanggup melawannya.

Hingga akhirnya pria itu pun keluar dari kamar dan berjalan menuruni anak tangga satu persatu menuju pintu utama. Sebelum itu dapat dipastikan ayahnya sedang tidur, dan ibunya yang dikurung dalam ruangan tidak bisa melihat dirinya kabur malam itu.

Alexis menggunakan motor sportnya untuk keluar dari halaman depan rumah menuju Apartement Caramel yang cukup terbilang jauh, sekitar lima kilo meter dari rumah orang tuanya.

Sesampainya disana Alexis memarkirkan motornya dibasement Apartement. Lalu masuk dengan menggunakan lift menuju tempat tinggal Caramel yang ada dilantai 15. Alexis dengan akal cerdiknya menjebol pin Apartement gadis itu. Lalu menyeludup masuk untuk berjalan menuju kamar Caramel.

Dapat dilihat Caramel sedang tidur dengan nyaman dengan ditutupi selimut tebalnya hingga sebatas dada. Alexis tersenyum mendapati gadisnya baik-baik saja. Pria itu pun melepas jaketnya untuk diletakan diatas sofa yang ada dikamar itu lalu merangkak keatas tubuh Caramel dan mulai mencium kening gadisnya dengan lembut.

"Aku tak akan membiarkan orang lain menculikmu sayang. Kau adalah milikku." Katanya lalu menjatuhkan tubuhnya disamping tubuh Caramel dan memeluk tubuh itu dengan erat, seakan tak membiarkan tubuh itu bergeser sedikitpun dari sisinya.

***

Sementara dilain sisi Junior sedang menunggu kedatangan Alexis di Box, namun batang hidung pria itu tidak juga kelihatan yang membuatnya marah.

Junior berdecak emosi, "Dimana loser itu?! Kenapa dia tak kunjung datang?"

"Sepertinya dia ketakutan untuk melawanmu Jun!" Ucap Zidan memberitahu seraya tersenyum miring.

"Dia saja berani menggores mulutku, masa untuk acara seperti ini dia menolak datang?" Junior tidak percaya kalau Alexis tidak datang padahal dirinya sudah mengancamnya dengan Caramel yang dijadikan umpan.

"Mending kamu lakukan sesuatu untuk Caramel bos, biar Alex tau akibat dari melawanmu." Ujar Arlan yang disetujui Zidan.

"Aku tidak bisa menyakiti Caramel, aku hanya menggertaknya saja kau tau? Mana mungkin aku melukai gadis yang aku sukai." Jelas Junior yang membuat kedua temannya bingung.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 03, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Alexis | Psychopath (On Going)Where stories live. Discover now