08: Seminggu? Terlalu Lama!

26.8K 997 0
                                    

Meski tidur tengah malam lewat, Shayra tetap bangun pagi-pagi sebelum matahari terbit untuk melaksanakan salat shubuh. Arshan tidak ia bangunkan, karena jujur saja ia tak tahu bagaimana caranya membangunkan. Yang ada, nanti mereka malah berdebat lagi seperti yang sudah-sudah.

Hari ini, tepatnya dimulai dari pagi ini, adalah kehidupan baru yang benar-benar baru untuk Shayra. Dia terbangun di rumah orang, yang mana rumah itu juga menjadi rumahnya sekarang. Lalu menyandang status baru, status yang jika Tuhan menghendaki, akan melekat padanya selamanya. Shayra merasa itu sungguh luar biasa dan tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Selesai dengan kegiatan ibadahnya, Shayra keluar menuju dapur. Sudah ada Zarina di sana bersama dua orang asisten rumah tangga. Mereka bertiga langsung tersenyum saat melihat kedatangan Shayra.

"Kau sudah bangun? Padahal ini masih terlalu pagi. Bagaimana semalam?" sambut Zarina dengan ocehannya.

Shayra hanya tersenyum kecil. "Aku tidak terbiasa tidur sampai siang," jawabnya.

"Lalu malam tadi? Apa Arshan mengajakmu bertengkar atau kalian cuma diam-diaman semalaman?" Zarina masih kepo dengan pertanyaannya tadi.

Shayra lagi-lagi tersenyum sambil mengibaskan tangan. Zarina pun tertawa, begitu juga dengan kedua asisten rumah tangga mereka yang sudah paruh baya.

"Oh, iya, Shayra. Ini Bibi Mira dan Bibi Asha. Mereka sudah bekerja pada keluarga kita sejak puluhan tahun lalu," Zarina mengenalkan kedua ART di sebelah kanan dan kirinya itu pada Shayra.

Shayra pun langsung menjabat bergantian tangan keduanya. "Saya Shayra, Bi," ucapnya memperkenalkan diri sambil tersenyum.

"Iya, Nyonya Muda, kami tahu," balas salah seorang dari mereka.

"Ternyata benar yang dikatakan Nyonya Mahira, kau sangat-sangat cantik, serasi sekali menjadi istri dari Tuan Arshan," lanjut yang lainnya.

"Bibi bisa saja," Shayra tersipu.

"Kau ke sini untuk apa, Shayra?" tanya Zarina.

"Aku tidak tahu harus melakukan apa, jadi aku ke sini saja, membantu kalian menyiapkan makanan," jawab Shayra agak kikuk.

"Sudah ada Bibi Mira dan Bibi Asha, kan? Kau kembali saja ke kamar, bangunkan Arshan, lalu kalian berdua siap-siap," sahut seseorang dari arah tangga. Saat dilihat, itu Mahira yang sedang dalam perjalanan menghampiri kedua menantu dan ART-nya.

"Tapi Kak Zarina ...." Shayra menggantungkan kalimatnya sambil menatap Mahira.

"Aku hanya menyiapkan bekal untuk si kembar. Mereka hanya mau makan makanan yang kusiapkan. Sudahlah, kau kembali saja dan bersiap, Mama pasti mau mengirim kalian honeymoon, benar 'kan, Ma?" sahut Zarina menjelaskan, tetapi sedikit sok tahu.

Mahira langsung tersenyum. "Benar sekali. Sudah, kau cepat kembali ke kamarmu sana," perintahnya. "Eh, iya, Nak, kau mau sarapan apa?"

"Apa saja, Ma," jawab Shayra.

Mahira mengangguk-angguk, lalu sekali lagi mengusir Shayra kembali ke kamar. Tentu saja, Shayra tak ada pilihan lain selain menurut. Sekarang sudah bisa dipastikan, dia dan Arshan akan melanjutkan perdebatan part 2.

***

Membangunkan Arshan akan butuh usaha yang sangat besar, untuk itu Shayra memilih untuk membuat dirinya siap dulu, baru kemudian akan membangunkan Arshan.

Matahari sudah terbit. Jendela kaca besar yang ada tepat di sebelah sofa tempat Shayra tidur, kelihatannya bisa membantu meringankan tugas Shayra untuk membangunkan Arshan. Maka sambil tersenyum miring, Shayra menarik gorden yang menutupi kaca itu, membuat cahaya silau dari matahari pagi menembus kamar ini.

Dear, Mr. A (Completed)Where stories live. Discover now