25: Tidak Ingin Kehilangan?

21.6K 811 5
                                    

"A-Arshan, tunggu!"

Panggilan itu tak membuat Arshan menghentikan langkahnya sedikitpun. Tidak tahu bagaimana Kavi bisa berpikir mau melakukan ini dan itu, sementara Shayra di sana pasti membutuhkan mereka.

Baiklah, memang benar Arshan selalu menyebut gadis itu sebagai penyihir, tapi itu tetap tak mengubah Shayra dari manusia menjadi penyihir sungguhan. Shayra itu hanya manusia biasa, sama seperti mereka. Dan sekarang, entah bagaimana keadaannya, tetapi Arshan yakin Shayra pasti pingsan jika benar terjatuh dari jurang sedalam itu. Lagipula dia tidak bisa terbang, jadi selain pingsan, dia juga pasti terluka.

"Arshan, tunggu!" Kavi berseru lagi.

Arshan masih tidak berhenti dan tidak mau membalas. Demi Tuhan, Arshan merutuki dirinya sendiri yang mengkhawatirkan Shayra. Bayangkan! Sampai tadi dia masih selalu kesal walau hanya dengan melihat wajah Shayra, tetapi hal ini entah bagaimana membuat Arshan sangat khawatir pada gadis yang selalu ia sebut 'penyihir' itu.

"Kau mau ke mana, Arshan? Apa di sana ada jalan?" tanya Kavi setelah tak berhasil mensejajari langkah pria itu.

Bahkan kali ini Arshan masih tidak mau berhenti, tetapi ada sedikit perubahan bagus sebab dia menjawab, "Seingatku ada, meskipun sangat jauh dan seperti memutari gunung ini."

"Kebun teh? Apa kita akan melewati kebun teh?"

Sekarang pria dengan status suami Shayra itu akhirnya menghentikan langkah. "Iya. Kau tahu sendiri 'kan seberapa luasnya itu? Ditambah lagi hutan dan lainnya ... ini butuh waktu yang sangat lama, Kavi ..." katanya agak lirih.

Kavi terdiam, tapi Arshan tak peduli dan kembali berjalan. Dia hanya ingin bagaimanapun caranya cepat sampai pada Shayra. Itu saja.

"Jadi, ada rumah penduduk?"

Arshan berhenti lagi, "Mungkin, tapi jauh."

Ini benar-benar gila! Arshan tidak hanya mengkhawatirkan Shayra, tetapi sangat-sangat mengkhawatirkannya. Seolah-olah seperti ... dia takut kehilangan Shayra.

Arshan merasa ingin memukul dirinya sendiri, tetapi perasaan khawatir yang sangat dan ketidaktenangan itu benar-benar menyiksanya. Sisanya, memaksanya berjalan cepat dan menemukan Shayra secepat yang ia bisa.

"Arshan, apa kita bisa lewat sini?"

Arshan berhenti lagi dan melihat ke arah yang Kavi tunjuk. Itu bukanlah jalan, tetapi jurang yang ditutupi semak. Kelihatannya, itu tidak terlalu dalam. Mungkin mereka akan baik-baik saja saat melompat dari sana.

"Kita cob---" Kata-kata Arshan tidak dilanjutkan karena hujan yang tiba-tiba mengguyur bumi dengan deras. Saking derasnya, kedua pria itu langsung basah kuyup hanya dalam hitungan detik.

Kedua pria itu belum sempat bereaksi apa-apa, tetapi hujan sudah mengajak temannya, yaitu petir dan angin untuk bergabung bersamanya.

Suasana menyebalkan ini benar-benar lengkap sekarang. Badai di malam hari. Pepohonan di sekeliling kedua pria itu sudah bergoyang-goyang terkena angin seperti monster yang siap untuk menerkam. Parahnya lagi, mereka tak bisa melihat apa-apa karena ponsel yang mati terkena air. Kesempatan melihat sesuatu di sekitar mereka hanya ada ketika kilat muncul.

"Arshan, sepertinya kita harus kembali dulu ke villa. Cuacanya sangat buruk!" seru Kavi.

Arshan tidak mengangguk ataupun menggeleng, karena percaya Kavi tak bisa melihatnya. Sama sepertinya, ponsel Kavi juga mati sebab kemasukan air.

Dear, Mr. A (Completed)Место, где живут истории. Откройте их для себя