O9. Tak Harus Sempurna

15.3K 1.9K 99
                                    

Familyship & brothership

.

19.23, Aldebaran tengah berada di balkon kamarnya, ia sangat suka dengan keadaan yang sunyi malam ini. Tadi juga ia makan malam sendiri, Acrux sedang ada di luar kota dan nanti jam 10 baru pulang, triplets tengah  menginap di markas, Auriga kecapekan jadi dia langsung tidur, Alynx? Ayahnya itu katanya sedang pergi mengurus sesuatu dengan Jex.

Aldebaran menghela napas, maniknya menatap langit yang terlihat cerah malam ini. Bulan purnama pun bersinar dengan indahnya. Kapan terakhir kali dirinya bisa setenang ini?

Sebagai seorang adik, ia harus bisa mencontoh kakak-kakaknya. Sebagai seorang kakak, ia harus dapat memberi contoh pada adiknya. Aldebaran merasa tak enak karena tak bisa memberi contoh pada Auriga. Auriga selalu unggul dari dirinya, membuat Aldebaran tak cocok untuk dijadikan contoh. Walau pun begitu, dia sangat menyayangi Auriga. Bahkan ia rela tak terlihat di keluarga Lynx untuk membuat adiknya lebih bersinar. Aldebaran hanyalah bayangan dari para kakak dan adiknya.

Tok
Tok
Tok

Lamunan Aldebaran buyar kerena ketukan pintu kamarnya. Dahinya berkerut menatap pintu.

Aldebaran berjalan mendekat ke arah pintu lalu memencet sebuah tombol agar suaranya dapat terdengar di luar, "Siapa?"

"Ini ayah,"

Mata Aldebaran melebar, bahkan ia sampai mundur dua langkah ke belakang. Apa ayahnya ke sini untuk membawannya ke Dark Chamber karena berkelahi tadi? Apa surat nya langsung dikirim ke kantor Alynx langsung? Jadi urusan yang dimaksud tadi adalah mengambil surat panggilan orang tua miliknya? Aldebaran menelan ludahnya kasar, tangannya terkepal hebat. Walau pun ia sudah berulang kali terkena hukuman dari sang ayah, namun ia tak suka rasa sakit itu, ia benci rasa sakit.

Tok
Tok
Tok

"Aldebaran?"

Suara Alynx kembali terdengar dari monitor kecil di kamar Aldebaran. sedangkan sang empu yang di panggil hanya diam menatap datar monitor itu.

"Aldebaran buka atau ayah yang buka dari luar?"

Ceklek

"Lama sekali," keluh Alynx pada Aldebaran.

"Maaf," ucap Aldebaran singkat lalu berjalan kembali ke arah balkon kamarnya. Ia kembali menatap bulan purnama itu tanpa rasa bosan.

Alynx berjalan mendekati Aldebaran dan berdiri di samping kiri sang anak, kedua tangannya bertumpu pada pagar besi pembatas di balkon itu.

"Kau mau dengar sebuah cerita?" celetuk Alynx mengawali topik.

Aldebaran hanya diam tanpa menjawab pertanyaan Alynx, ia tetap menatap bulan itu dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Dulu ada segerombolan keluarga kambing yang harmonisー"

"Aku bukan anak kecil yang suka dengan dongeng fabel," potong Aldebaran dengan nada datar.

Alynx mendengus mendengar ucapan Aldebaran, "Sangat tidak seru," cibir Alynx.

Suasana berubah menjadi sangat sunyi, keduanya belum ada niatan untuk membuka kembali topik.

Alynx melirik Aldebaran dari ekor matanya, "Kau tahu kenapa namamu Aldebaran?"

"Karena kau dan istrimu," sahut Aldebaran singkat.

Alynx mendecak, kenapa anaknya ini tak ada manis-manisnya sama sekali, "Ck, kau ini ya. Aku ini ayahmu, bersikaplah seperti anak yang manis ketika menyebut ayahnya."

ALTAIRWhere stories live. Discover now