57

10.6K 816 90
                                    

"Bagaimana, Zak? Berita nya sudah menyebar?"

"Sudah, Bang. Sekarang kampung ini lagi hangat-hangat nya karena dimana-mana para warga membicarakan ini. Bahkan sudah sampai ke kampung sebelah."

"Bagus."

"Jadi, apa rencana Bang Jangkar?" tanya Zaki. Mereka saat ini berada di kediaman Dharma lebih tepat nya di ruang tamu. Ada Pak Slamet dan Buk Titin yang sudah sadar dengan mata bengkak karena habis menangis

"Kita tunggu telfon dari penculik itu dulu. Saya sangat yakin kalau mereka akan menghubungi saya bagaimana pun cara nya. Saya merasa penculik itu tidak jauh-jauh dari kita, Zak. Masih orang kampung kita. Saya yakin itu. Tapi saya masih tidak tahu apa motif nya."
Jangkar tampak berpikir keras. Empat jam sudah terlewatkan begitu saja.

"Apa mungkin Bang Jangkar atau Non Cia punya musuh?" Jangkar menatap Pak Mamat yang berujar.

"Saya juga berpikir nya begitu. Sama dengan Pak Mamat," timpal Zaki.

"Itu yang sedang saya pikirkan. Selama ini saya tidak pernah mempunyai musuh di kampung ini. Kamu pun tahu itu, Zak. Saya berusaha selalu menjadi orang baik selama ini. Akhir-akhir ini kami cuma bermasalah sama Sinta."

"Apa jangan-jangan ini memang kerjaan Sinta?" tanya Zaki.

Pak Mamat, Buk Titin dan Zaki saling bertatapan lalu menoleh kepada Jangkar yang menggeleng.

"Kita tidak bisa langsung menuduh tanpa bukti." Sahut Jangkar pelan.

Tiba-tiba handphone Jangkar berbunyi di atas meja. Mereka serempak menatap ke atas meja.

Jangkar langsung menyambar handphone nya.

"Nomor tidak di kenal."

"Angkat Bang," desak Zaki cepat.

Jangkar pun segera mengangkat panggilan dari nomor baru.

"Hallo,"

"Hallo Jangkar!" ujar suara di seberang. Jangkar seperti mengenal suara ini. Tapi ia lupa siapa nya. Walaupun suara nya agak di berat-beratkan.

Sedangkan si lelaki itu tersenyum iblis sembari menatap Cia dalam kegelapan.

"Siapa ini?" tanya Jangkar dengan jantung yang bertalu-talu.

"Kamu nggak perlu tahu saya ini siapa? Yang jelas istrimu ada sama saya. Hahaha "

Deg

"Ah benarkah? Saya tidak percaya." sahut Jangkar dengan nada Santai.

Si lelaki itu tampak mengernyit kan kening nya. "Saya tidak peduli kamu percaya atau tidak. Yang jelas istri kamu ada bersama saya. Ternyata istri kamu benar-benar cantik dan mempesona. Bagaimana jika dia buat saya saja?" Si Lelaki sengaja memanasi Jangkar. Dan ternyata berhasil.

Jangkat mencengkram handphone nya dengan erat. Dada nya bergumuruh hebat karena menahan amarah yang luar biasa.

"Buktikan dulu kalau istri saya ada bersama kamu," gigi Jangkar bergemeletuk saking menahan emosi nya.

"Apa yang saya dapatkan? Di dunia ini harus ada timbal balik, Jangkar. Tidak bisa gratis begitu saja."

"Mau kamu apa? Tapi lepaskan istri saya!"

Terdengar suara tawa menggelegar dan suara tepuk tangan.

"Nah. Begitu dong. Kalau begini saya suka."

"Katakan apa mau kamu?"

"1 M."

Jangkar tanpa sadar tersenyum sinis. Uang selalu bisa membuat orang berbuat hal yang jahat sekalipun.

Jangkar CintaWhere stories live. Discover now