58

8.5K 919 33
                                    

Selamat pagi semuaaaaaa...
Happy readinggg!!

"Gimana, sudah ada kabar tentang Non Cia?" Dylan menatap teman-teman nya di pos ronda.

"Belum ada. Kita juga susah nyari nya gimana. Padahal bayaran nya nggak main-main loh seratus juta. Bayangkan!"

"Jalan kita buntu. Kita nggak tahu siapa yang nyulik Non Cia. Ciri-ciri orang nya juga nggak kenal. Mobil kijang banyak yang punya, tapi plat nya kita juga nggak tahu. Buntu!"

"Semua orang sekarang tertarik dengan uang seratus juta, namun mencari jejak Non Cia susah nya minta ampun. Kalau ada jejak yang di tinggal. Kita mudah mencari nya.

"Yang penting berusaha dulu lah kita. Kasian Bang Jangkar istri nya di culik. Padahal mereka orang baik."

"Saya terkadang heran. Kenapa ya orang baik itu selalu ada saja ujian nya. Sedangkan orang jahat di biarkan bebas berkelana. Dunia ini sudah terbalik saya rasa."

"Dunia itu harus seimbang. Kalau ada kejahatan pasti ada kebaikan. Tapi semua kebaikan dan kejahatan yang di lakukan pasti akan ada balasan nya. Percaya lah. Walau tidak sekarang. Nanti mungkin kita akan mendapatkan nya.

Berbeda dengan situasi di rumah Dharma. Jangkar, Buk Titin dan Pak Mamat sedang sibuk mengurus sesuatu. Mereka bekerja sangat cepat.

"Bang yakin nggak mau lapor polisi?" tanya Zaki.

Jangkar menggeleng. "Untuk saat ini belum. Saya takut jika kita menghubungi polisi akan membahayakan nyawa Ciara."

"Kita susun rencana Bang. Saya takut nya nanti mereka menipu kita."

Jangkar terdiam. Sibuk berpikir. Seakan ingat sesuatu. Dia mengambil handphone dan pergi ke kamar nya. Zaki, Buk Titin dan Pak Mamat saling melirik.

Sepuluh menit kemudian Jangkar  kembali ke luar.

"Ayo, Zak. Kita berangkat!"

"Baik, Bang."

Zaki mengangkat koper yang berisi uang tunai satu miliar yang di minta si penculik.

Dengan mengendarai mobil, Jangkar menyetir menuju tempat perjanjian mereka.

"Kita bertemu di danau."

"Nggak jadi di--,"

"Nggak. Kalau kita ketemu di sana, itu merugikan kita, Zak. Itu tempat sepi. Kita nggak tahu berapa banyak anak buah si brengsek tersebut. Sedangkan sekarang hanya kita berdua."

"Betul juga, Bang. Setidak nya di danau tidak sepi-sepi amat lah. "

Setengah jam kemudian mereka sampai di danau. Ada beberapa pengunjung yang berwisata.

Jangkar memperhatikan sekeliling nya.

Ia sendirian. Zaki berada dalam mobil. Jangkar menelpon nomor si penculik.

"Hallo, Bro."

"Saya sudah sampai."

"Ah ya, sabar Bro. Kami masih di jalan ini. Uum kira-kira sepuluh menit lagi lah. Ingat jangan bawa siapa-siapa." Ancam si penculik kembali mengingatkan.

"Saya datang sendiri."

"Bagus kalau begitu. Haha,"

Panggilan terputus. Jangkar mengantongi ponsel nya. Ia kembali memperhatikan sekeliling nya. Kemudian ia tersenyum.

Tak lama kemudian sebuah mobil kijang datang. Jangkar dengan jantung berdegup kencang memperhatikan orang yang keluar dari mobil tersebut.

Jangkar merasa jantung nya seakan berhenti saat mata nya menatap sosok istri nya yang sedang berjalan di dorong oleh seorang laki-laki di depan nya.

Jangkar CintaWhere stories live. Discover now