Bab 23

22K 1.8K 7
                                    

"Bagaimana?"Tanya Immanuel setelah memukul sedikit lutut Langit.

Langit menggelengkan kepalanya tanda tidak merasakan apa apa, hal itu membuat Immanuel hanya bisa mengaguk saja.

"Bagaimana Nuel apakah baby bisa sembuh?"Tanya Roger penasaran, begitu juga dengan lainnya yang masih setia menunggu Immanuel memeriksa Langit.

"Bisa."Hanya itu saja yang dikeluarkan oleh Immanuel membuat mereka mengernyitkan heran, benar benar bisa atau hanya tipu daya Immanuel yang hanya tidak mau mengatakan kebenarannya, lihat saja wajah yang sedikit ditekuk itu, para keluarga Robert sedikit menebak pasti ada yang tidak beres.

"Wah berarti bentar lagi adek sembuh dong bang! Nanti kalo adek udah sembuh kita jalan jalan ya dek."Ucap Saka yang memeluk Langit, senang sekali dirinya mendegar hal itu, tidak sabar saat dia akan menghabiskan waktu bersama dengan Langit.

Langit hanya mengangukkan kepalanya saja, dia juga senang mendegar jika kakinya bisa sembuh, tapi ada sedikit keraguan dihatinya, secara dia memang tidak merasakan apa apa pada kakinya.

"Minum obat."Ucap Immanuel, dia mencium pipi Langit singkat dan pergi dari sana setelah meletakkan obat di nakas.

"Ah benar, Langit minum obat dulu ya."Senia segera mengambil obat yang telah disiapkan oleh Immanuel, banyak sekali obat obat itu, mungkin Langit harus menelan pil pahit itu sekitar delapan butir, sebenarnya Langit tidak keberatan jika hanya pahit, tapi saat dia minum obat pasti rasa pahit itu akan tertinggal  pada tenggorokan, dan dia risih dengan hal itu.

"Makanlah."Ucap Sean yang tiba tiba memberikan sebuah permen, dan memasukkannya kedalam mulut Langit, dia tidak tega melihat Langit yang mengernyit seperti itu.

"Apa itu Sean, jangan memberikan Langit permen yang tidak sehat."Ucap Luke memperingati.

"Hanya satu." Jawabnya, terlihat ada sedikit perban pada tangan kekar itu, mungkin keluarga Robert sudah memberikan sedikit pelajaran tambahan pada Sean setelah menggangu Langit.

"Tidak apa apa Luke, itu hanya sebuah permen, apa kau merasa lebih baik Langit?"Senia mengelus rambut Langit yang kian lama semakin lembut itu, memang dia menjaga Langit dengan telaten termasuk apa yang ada pada tubuh Langit.

"Enak mom."Langit benar benar merasa tidak pahit lagi sekarang karena memakan permen itu, rasa permen mint yang dirasakan dilidahnya membuat dirinya ingin menginginkannya lagi, tapi Langit tidak mau berbicara, malu saja sudah diberi tapi mau lagi.

"Baguslah, setelah makan permen Langit harus istirahat ya sayang."Lagi dan lagi Langit hanya menganggukkan kepalanya patuh, dirinya terbiasa dengan tindakan dari pada berbicara.

Luke,Lucky, Roger,Lucas, Reva, Sean, Samuel dan Saka bergantian mencium pipi Langit, melihat jika obat yang sudah diminum Langit mulai bereaksi, mata Langit terlihat mengantuk dan berair jadi mereka akan membiarkan Langit beristirahat.

"Selamat tidur baby"Luke menyamankan tubuh Langit agar dirinya bisa tertidur.

"Saka, kau juga tidur."Ucap Lucky sambil mengelus rambut putra bungsunya ini.

"Tapi aku nggak ngantuk pi."Bantah Saka yang masih memainkan jari Langit.

"Kau juga Sam, lebih baik kau ikut tidur, anak kecil seharusnya tidur siang."Lucas mengacak singkat rambut adiknya ini, sudah lama juga dia tidak melihat Samuel tidur lebih awal, sebenarnya Samuel jarang pulang yang membuat dirinya jarang bertemu dengan adiknya ini.

"Aku udah besar, bukan anak kecil lagi bang, nggak mau."Tolak Samuel.

Wah sepertinya para bungsu Robert tidak melihat jika para tetua tidak suka jika para cucu atau anaknya tidak menuruti perintah mereka.

"Ingin dihukum?"Suara dari Roger memecahkan keheningan ruangan itu membuat Samuel dan Saka menggelengkan kepalanya bersamaan, hey ayolah, kenapa setiap kali mereka membantah harus ada kata "mau dihukum?" Kata keramat itu saja membuat mereka merinding, apalagi pandangan mereka tertuju pada tangan Sean yang terbungkus oleh perban itu.

Dengan merenggut kesal kedua bungsu Robert itu berbaring bersebelahan dengan Langit, mereka mencoba memeluk Langit pelan agar Langit tidak terganggu.

Membantah percuma saja, para tetua tidak bisa dilawan sedikitpun, mereka bergantian mencium kening Samuel dan Saka, walaupun Saka dan Samuel mengatakan tidak mengantuk tapi tetap saja mereka mudah tertidur.

"Bayi bayi ini pintar sekali berbohong."Ucap Reva yang diangguki semua orang.

"Yeah jangan sampai Langit tertular dengan mereka."Balas Luke yang tahu jika anak-anaknya ini sangat nakal.

Mereka membiarkan Langit dan para bayi lainnya tidur disana dan dijaga oleh Senia, sedangkan yang lain menuju keruangan Immanuel ingin memastikan apa yang diucapkan Immanuel benar atau tidak.

"Jadi apa benar yang kau katakan Nuel? Apa baby bisa sembuh? Kenapa lama sekali kau menyembuhkan baby, apa kemampuan mu itu sudah tidak berguna?"Lucky berbicara dengan menatap remeh pada Immanuel yang sedang membaca laporan.

"Jika aku tidak berguna maka kau juga lebih tidak berguna."Immanuel berdecak, hal itu membuat Lucky geram.

"Jaga sopan santunmu terhadap ku, aku ayahmu."Tekan Lucky yang tidak suka dengan sikap anaknya ini.

"Sesama memiliki sifat yang sama aku rasa kalian tidak usah bertengkar."Ucap Luke dengan senyum miringnya.

Selalu saja seperti ini, yang satu mengatakan yang satunya, dan satunya mengejek yang satunya, perdebatan seperti ini sering terjadi antara para orang dewasa dikeluarga Robert itu.

"Kau benar dad, aku rasa mereka berdua tidak berkaca."Sahut Lucas yang hanya diberikan tatapan tajam dari kedua arah.

"Ck cepat katakan!"Ucap Roger yang akhirnya mengeluarkan suaranya, mereka semua terdiam tidak berani dengan Roger yang mulai emosi.

"Katakan Nuel."Ujar Reva pelan tapi penuh penekanan disana.

"Baby akan sembuh jadi kalian tidak perlu khawatir, secepatnya, secepatnya dia akan bisa berjalan lagi dan akan bisa melihat lagi, aku berjanji akan hal itu, tapi beri aku waktu."Semua mata melihat kearah Immanuel yang menampilkan wajah sedikit..... sepertinya dia banyak pikiran.

"Jika kau tidak bisa katakan bodoh! Aku bisa mencari dokter yang lebih baik dari pada kau!"Emosi Luke mulai bangkit saat Immanuel berbicara seperti itu, dari dia bertemu Immanuel, Immanuel terus saja mengatakan jika baby mereka akan sembuh, tapi sampai sekarang tindakan yang dilakukan Immanuel tidak ada.

"Diamlah Luke."Tekan Reva yang membuat Luke bungkam, dia membuang wajahnya tidak mau memperlihatkan wajahnya yang sekarang sudah menahan emosi.

"Aku tahu apa yang aku lakukan, dan jika kau mencari dokter lain itu ku rasa akan percuma, tidak ada dokter yang lebih hebat dibandingkan dariku."Terdengar sombong saat Immanuel mengatakan hal itu, wajar saja, dia bahkan bisa menyembuhkan banyak orang disana yang tidak bisa disembuhkan, tapi saat melihat kondisi Langit, ada sesuatu tentang keadaan medis yang tidak mau dia jelaskan pada mereka, menjelaskan saja percuma, mereka juga pasti tidak akan mengerti.

"Jadi kapan baby akan kembali seperti semula?"Tanya Lucas.

Disana Sean hanya diam, dia malah memainkan tangannya yang diperban itu dan menekannya, seketika darah kembali membasahi perban putih itu.

"Beri aku waktu, secepatnya."Immanuel menatap mereka satu persatu dengan yakin, setelah mencari solusi dia berjanji akan memulihkan kondisi Langit.

Dokter yang sebelumnya saja menyerah saat memeriksa Langit tapi berbeda dengan Immanuel, tidak ada kata mustahil, dirinya akhir akhir ini tidak terlihat karena mencari solusi agar Langit kembali normal.

"Ini semua terjadi karena keluarga sialan itu!"Lucas mengepalkan tangannya saat mengingat kembali keluarga bajingan Langit yang hanya diam.

"Apa kau sudah menemukan siapa yang berbuat semua ini pada Langit Luke?"Tanya Reva.

Luke terdiam sebentar sebelum mengangguk tipis,"Sudah dan dia sangat licik dan menjijikkan."Rasanya ingin sekali dia memusnahkan orang itu.

"Siapa dia?"Tanya mereka bersamaan.

"Dia...."

LANGITWhere stories live. Discover now