Bab 47

17.3K 1.7K 64
                                    

Cahaya mengusap air mata yang terlihat jelas dipipi seorang laki laki yang tengah tidak sadarkan diri itu, racauan racauan tidak jelas terdengar dari bibirnya.

"Dia brengsek kan sayang?"

"Iya...dia brengsek...gua..."Laki laki itu terbatuk-batuk hingga botol minuman yang tengah ia pegang menumpahkan isinya ke tubuhnya. "Lo bejad Langit, Lo bejad...Lo tega bunuh adik gua..."

Alex, laki laki itu sudah sangat mabuk, matanya tertutup, tapi bibirnya masih meracau tidak jelas, luka yang ada ditangan akibat pecahan kaca membuat  noda darah terlihat jelas disana.

"Intan...."Alex menangis sejadi-jadinya memukul kepalanya dengan keras," Lo bodoh Lex! Lo udah....Lo udah biarin adik Lo terluka....Intan udah nggak ada..."Alex sungguh seperti orang gila, penampilan tampannya sudah berubah dalam sekejap, tidak ada binar dimatanya, hanya ada kekosongan yang melanda jiwanya, tatapan benci dalam matanya tercetak jelas dari pandangannya."Maafin Alex mom....Alex gagal jagain intan..Alex....bodoh mom!"

Cahaya mendekati Alex dan mengelus Surai rambut nya pelan."Dia emang jahat Lex, dia jahat, dia udah bunuh intan, dia udah bunuh sahabat gua, dia bunuh adik Lo Lex....."

Mata Alex terbuka dan menatap manik indah Cahaya, "kenapa harus adik gua Ay? Kenapa? Dia adik gua satu satunya..."Alex kembali menangis, laki laki itu sangat terpukul atas kehilangan adiknya."Mommy sakit Ay.... mommy sakit karena intan udah nggak ada..."Sendunya.

"Itu karena dia brengsek Lex, dia juga hancurin keluarga gua....Lo mau bantu gua kan Lex? Lo mau bantu gua buat bales dia kan?"Cahaya mengambil botol minuman yang berada ditangan Alex, membuka bibir Alex dan menuangkan isinya hingga berjatuhan kemana mana.

Alex sempat tersedak, setelah itu ia bisa menelannya sedikit hingga habis.

"Gua nggak akan biarin dia hidup....Ay"Alex pingsan dengan sendirinya, dirinya terlalu banyak minum dan juga kelelahan.

"Bagus, Lo harus balas dia....."Cahaya menyandarkan dirinya pada sofa."Langit..."

* * *

Di kantor polisi setempat, Angkasa yang sudah diperiksa dan diselidiki harus menerima hukuman atas perlakuan yang ia perbuat, ia terbukti bersalah karena telah melakukan malpraktek.

Tangan yang diborgol dan memakai pakaian tahanan tampak jelas membuat seorang Angkasa resmi sebagai tahanan.

Media terus mengambil momen itu membuat Angkasa jengah, ia menjadi marah marah tak jelas dan mengamuk.

Petugas segera membawa Angkasa pada mobil khusus yang akan membawa ia ketahanan.

"Lepaskan! Jangan sentuh aku!"Angkasa masuk dengan sendirinya, kesal dengan mereka yang berbuat sesuka hati padanya.

Angkasa menatap kosong keluar jendela, sungguh ini adalah momen yang tidak pernah ia harapkan seumur hidupnya, dituduh melakukan malpraktek, diliputi media dengan fakta yang sebaliknya yang ada, dan sekarang ia harus dipenjara.

"Dion sialan!"Berulang kali Angkasa sudah mengumpat, ia heran kenapa Dion dan daddynya tidak bisa mengatasi ini, apa mereka memang bukan tandingan keluarganya?

"Langit..."Entah kenapa Angkasa seperti merasa terpojok sekarang, ingatan Langit saat melakukan hal bejad dan diberitakan oleh media harus kembali ia ingat, kejadian ini seperti dejavu bagi Angkasa.

"Apa dia juga merasa seperti ini?"Angkasa melihat tangannya yang diborgol, Angkasa merasa sesak di dadanya, "aku merindukan keluarga ku yang dulu."Setetes air mata keluar dari mata nan tajam itu.

Memikirkan ia akan dipenjara membuat Angkasa bertambah lesu, tidak tahu hari harinya akan seperti apa, untuk mommy dan daddy nya, dimana mereka?

"Apa mereka meninggalkan ku?"Semenjak Senja datang hari itu, tidak pernah tampak lagi wajah mommy nya itu, apa mommy nya sudah tidak mau menganggapnya anak."Apa cahaya baik baik saja?"

Kacau sudah pikiran Angkasa, kepalanya sakit, sudah berhari-hari ia tidak tidur, makan tidak teratur membuat ia lemah, kantung mata itu sudah menggelap, wajahnya tampak lebih dewasa sekarang.

Angkasa melihat kedepan, heran dengan petugas yang mengantarkannya ini, apa penjara itu sangat jauh, ia merasa sudah sangat lama dimobil, tapi..... apa memang penjara itu didekat hutan, kenapa ia melihat diluar jendela tampak banyaknya batang pohon sepanjang jalan, pun tak ada mobil atau lainnya.

Angkasa sudah mulai curiga sekarang, ia memandang petugas yang menyetir itu memakai topi dan masker.

Dengan pelan Angkasa mencoba membuka pintu mobil tapi ternyata dikunci.

"Tenanglah, kita sebentar lagi sampai."

"Kau siapa! Apa yang kau mau!"

Tidak ada jawaban dari petugas itu, dengan beraninya Angkasa mengalungkan tangannya pada leher petugas itu dan mencekik dengan borgol yang melekat pada pergelangan tangannya.

"Berhenti! Atau kau mati!"Angkasa menarik borgol itu hingga membuat leher sang petugas terluka, ada goresan akibat besi disana dan itu mulai berdarah.

Mobil berhenti mendadak, saat itu pula petugas itu segera menarik Angkasa hingga  jungkir balik kedepan, petugas itu menendang dada Angkasa membuat tubuh Angkasa terdorong ke sebelah kursi penumpang.

"Sssst Siapa kau sialan!"Mata Angkasa terbelalak saat dirinya disuntik oleh jarum di lengannya, seketika itu pula Angkasa langsung pingsan dengan posisi yang masih meringkuk disana.

Tak menghiraukan hak itu, petugas tersebut segera menjalankan mobilnya kembali.

* * *

Hari menjelang malam, di kediaman Robert para anggota keluarga mereka tengah duduk dimeja makan dengan Senia yang menyiapkan makanan pada piring masing masing.

Langit melirik kekiri dan kekanan, sepertinya ia mencari sesuatu, tapi tetap saja ia tidak menemukan apa yang ia cari.

"Mencari apa?" Ucap Reva yang tengah memangku Langit, sudah pasti kemenangan dalam siapa yang memangku Langit jatuh pada tangan Reva setelah perebutan panjang.

Langit mendongak,"abang Saka sama bang Sam mana?"

Mereka semua menatap Langit intens, apa yang harus mereka jelaskan sekarang.

"Apa mereka sakit?"

"Kenapa bisa baby berpikir seperti itu?"Reva menurun kepala Langit yang mendongak menatapnya.

"Wajah mereka luka."Langit ingat betul jika Samuel dan Saka terdapat lebam dan luka lainnya, sudah pasti jika tidak ada disini mereka sakit kan?

"Benar baby, mereka sakit, tapi hanya demam, jadi mereka akan tinggal dikamar untuk beberapa hari kedepan, ini agar demam mereka tidak menular."Jelas Immanuel agar Langit bisa mengerti.

Langit mengerti, kasihan sekali para abang-abangnya itu, ingin ia melihatnya tapi  Immanuel juga sudah menjelaskan jika tidak akan boleh bertemu dengan mereka, semoga dengan begitu mereka cepat sembuh.

"Tidak usah memikirkan mereka, mereka baik baik saja baby, hanya demam biasa, mungkin beberapa hari lagi sembuh, daddy tidak mau kau terjangkit, jadi tidak apa apa kan jika tidak bertemu dengan mereka?"Luke mengelus kening Langit yang berkerut, anak itu sungguh lucu saat berpikir dengan wajah yang serius.

"Iya, tidak apa apa, kan ini juga untuk kesembuhan abang."

Langit memang anak baik, tidak membantah ataupun bertanya berlebihan pada mereka, dan hal itulah yang membuat keluarga Robert menyayangi Langit.

"Sudah sekarang kita makan saja, ini sudah waktunya makan." Senia kembali duduk dikursi disebelah Luke, tidak ada percakapan lagi, mereka juga sudah lapar, jadi sekarang hanya ada suara dentingan sendok dan garpu disana.

Vote→comment→follow

Selamat hari raya Idul Fitri ya semuanya (⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠)

'Mohon maaf lahir dan batin.'

LANGITOù les histoires vivent. Découvrez maintenant