Prolog. Kamera Analog

20 0 2
                                    

"Dear. J
       
        Kamera analogku sudah berdebu, rusak, tidak bisa digunakan lagi. Entah aku harus melajang sampai tua atau gimana, hatiku sudah mati rasa. Ini kali keempatnya aku menulis surat untukmu, tiga lainnya gaib, dan yang ini aku putuskan untuk aku kirimkan untukmu. Kebahagiaan terasa amat fana, ya? Aku tidak menyalahkan Jakarta yang telah memisahkan kita, 1 dekade lagi, Jakarta akan tiada. Banyak orang memilih Surabaya dan Bandung, ada juga yang pindah ke Labuan Bajo seperti beberapa saudara temanku. Mungkin aku akan menyalahkan New York yang telah memisahkan kita, aku banyak merokok belakangan ini, New York mengajarkanku bagaimana melakukannya setelah aku dibuat stress dengan pekerjaanku sebagai jurnalis, masih laku ternyata pekerjaan ini, mungkin karena hak istimewa NYTimes. Mungkin, mungkin saja, jikalau kita bersama, kamu akan melarangku untuk merokok dan setiap aku pulang, akan ada kamu dengan tatapan sinismu yang siap menyapaku dan membuatku tertawa. Tapi aku sungkan sekali membayangkannya, karena... Bukan hanya dia yang merasakannya, anakmu setiap pulang sekolah juga. Sampaikan kepada mereka aku takkan hadir dalam acara reuni, sengaja sekali aku tidak membalas pesan mereka. Semoga bahagia selalu, titip salamku kepada mereka, ya. Sehat selalu, ya."

The Beloved Spring We MetWhere stories live. Discover now