Kapan Lulus, Sih?

6 0 0
                                    

"Selamat kepada siswa kami yang berhasil diterima di SMA Nusantara, SMA bergengsi di Ibu Kota Nusantara! Juliet Amara Senjani berikan tepuk tangan yang meriah"

“Kayaknya sekolah di sini bisa bikin gue tipes, deh” Gerutuku sembari menggaris-garis sebuah kertas resume. “Tapi prestasi lu banyak di sini ya, Jul! Mending di sini daripada negeri biasa. Gak dipush sama sekali lunya” Sahut Anya sembari memungut buku di raknya, “That's what I'm grateful for, Anyaaaa bawel.” Aku tertawa sembari menepuk-nepuk pundaknya. “Unrealistis kalau gue bisa bikin tesis mengenai relasi luar negeri dan diplomasi Korea Utara dengan Rusia padahal Indonesia blok netral” Aku sedikit pesimis. “Realistis. Buktinya lu tinggal print, kan?” “Ya, iya, sih. Cuman, gue takut aja, Nya.” Ucapku sembari membaca lantang sebuah berita, “Korea Utara menerima senjata lagi, dirumorkan dari China” Aku memutarkan mataku.  “Cie part 2” Anya meledekku yang kemungkinan besar harus meneliti dan merevisi lagi. “Tesis pertama gue segininya banget?” Dan Anya tertawa, “Nanti gue traktir Mie Rawon” “Gila, lu! Ga cukup! Gue butuh berkelana semingguan penuh di hutan” “Ngilmu ceritanya, lu?” “You can tell, lah” dan dia tertawa lagi. Anya menaruh segelas energen di mejaku, “Lu gak bosen apa, SMA gak cinta-cintaan sama sekali, lu kan tahun depan lulus!” Aku meneguk segelas energen, “Enggak. Hidup gue, pengorbanan gue, udah gue tuangkan sebanyak demikian rupa ke tesis, essays, penelitian, dan tugas-tugas pak Bintaro yang bisa-bisa guncangin gunung semeru. Jelas gue gak pernah bosenn” “Keren ya lo, fokus banget sama pendidikan, gak pernah ngerasain digantung sama cowok” “Pernah, tugas ngata-ngatain kangkungnya pak Andi digantung, sampe sekarang kelas 11 semester 2 gak ada kejelasan, esai gue mandeg jadinya” “Ga niat nyelesain?” “Moh ah, terlalu mudah buat gue”. Kemudian terdengar pintu ruangan terbuka, “Neh makanan seHaAttt lo” Dengan sarkas Mario berkata padaku. “Maaf ya, Mar. Norak banget baru pertama kalinya makan nasi after a very long time” Aku tertawa. “Lu ngapa ikut catering diet si? Kan lu baru kelar keto minggu lalu!” Gerutu Mario. “Yakan kita gak bisa bebas masak, MALIIIH.” Anya memukul halus punggung Mario, “Pegi sana lo!” “Heh Rapunzel sjw, lo juga pergi ya!” “Yaudah makanya ayo, duluan ya Juuull.” “Dah Julll”

    Setelah keributan antara Mario dan Anya, aku memandang atap-atap ruangan sebelum mataku kembali bercumbu dengan jurnal-jurnal akademi dan resume milik orang lain. Sembari memikirkan kata apa yang akan aku gunakan untuk memperpanjang tesis pertama ku ini. Lalu kembali mencoret-coret copy jurnal akademik itu. Ku sempatkan untuk memakan sesuap dua suap sembari terus mengulas dan mencoret-coret, hanya sendiri. Larut malam, tanpa sadar, jam menunjukkan angka 8, aku dengan panik menyalakan ponselku untuk lampu sorot karena takut di luar gelap. Banyak sekali notifikasi yang muncul dari aplikasi pesan berwarna hijau itu. Aku rapikan meja dan kemudian secepatnya keluar dari gedung, aku akan berjalan saja menuju asrama, karena tidak ada horror-horrornya sama sekali menurutku. Ketika sampai di asrama, spesifiknya kamarku, aku menemukan sebuah surat di mejaku, tapi aku hiraukan karena akan ikut tutor rutin malam. Banyak sekali pesan yang menyuruhku pulang, mama yang mengirimkan ku bukti transfer, namun aku terlalu lelah untuk membacanya satu persatu. Usai tutor rutin malam, aku luangkan waktu ku untuk membaca novel dan mengerjakan draf tesis. “Sumpah ya, lama-lama beneran bisa tipes” Gerutuku. Aku melihat ke arah jendela sembari menyelesaikan latihan-latihan soal yang diberikan pemberi tutor. Di sekolah ini, murid terbagi menjadi 2 golongan, seperti bank, prioritas dan biasa. Murid-murid yang menduduki peringkat 3 paling atas di sekolah ini, akan disebut Golongan Prioritas, mereka akan terus didorong sekolah dan diandalkan sekolah. Sering sekali disebut "Sapi perah sekolah" dan sialnya, aku sapi perah sekolah. Setelah melamun dan berefleksi ala-ala itu, aku segera pergi tidur.

The Beloved Spring We MetWhere stories live. Discover now