THREE: [MAMA'S BOY]

7.7K 111 3
                                    

THREE―MAMA’S BOY

“―Can’t run away and leave my mama alone

Cause I’m her boy, mama’s boy―”

DILAHIRKAN sebagai anak kembar. Cukup membuat Karl sedikit frustasi. Bagaimana tidak? Ia selalu dibanding-bandingkan dengan ‘kakak’ kembarnya itu. Padahal mereka adalah dua pribadi yang berbeda. Karl lahir 15 menit setelah Clay lahir.

Kadang, ia geli sendiri mengingat dulu waktu mereka masih kecil mamanya memakaikan baju dengan warna yang sama, motif yang sama, apapun selalu sama bahkan sampai underwear-nya pun sama. Tapi hebatnya mamanya selalu tahu mana Karl dan mana Clay, prok-prok. Karl mulai berontak tidak mau memakai sama lagi ketika ia mulai mengenal yang namanya ‘pacaran’ dan ajaibnya itu waktu kelas enam SD. Di saat Clay masih bermain dengan mobil-mobilan. Apalagi ditambah kesukaan mereka yang berbeda. Karl semakin jengkel ketika dia yang pecinta tokoh Batman bajunya Superman semua gara-gara kembaranya itu suka Superman. Clay tumbuh jadi anak yang berprestasi dalam bidang akademik. Dia selalu jadi bintang kelas dan membuat papanya selalu mengelu-elukannya. Karl juga tidak mau kalah. Tentu saja dia juga menjadi anak yang berprestasi. Tapi berprestasi dalam menaklukan hati gadis-gadis. Dan tentu saja dia juga bintang. Bintang di hati banyak gadis di sekolahnya. Tidak hanya di sekolah tapi di luar sekolah juga banyak. Bukan membuat papanya mengelu-elukan namanya tapi malah membuat papanya mengoceh setiap hari untuknya. Karena hampir setiap bulan ada orang tua gadis-gadis yang datang untuk meminta pertanggungjawaban Karl atas anak mereka. Ada yang hampir bunuh diri karena diputusin Karl. Ada yang dirawat di-ICU karena minum baygon ketika mengetahui pacar Karl tidak hanya dia. Ada yang nyilet-nyilet karena cintanya ditolak Karl. Ada juga orang tua yang minta tanggung jawab supaya Karl menikahi anaknya. Hellow gue masih SMA. Karena anaknya sudah tidak virgin gara-gara Karl. Hellow dia yang mau, gue nggak minta, yang penting dia nggak hamil ‘kan? Gue diajarin guru kok buat safe sex. Dan perkataan Karl seperti itu selalu dihadiahi tamparan dari orang tua korban-korbannya. Whatever! Untungnya Karl punya mama yang selalu membelanya. Jadinya, setidaknya kalau papanya tidak berpihak padanya fine! Masih ada sang mama.

Pertama Karl mengira Clay gay. Secara sampai SMA, Clay belum pernah yang namanya pacaran. Padahal ia saja sudah tak terhitung berapa kali pacaran. Mungkin pacaran sama kayak gonta-ganti underwear sana-sini. Makanya Karl ‘agak’ menjauh dari Clay. Tapi, semenjak kelas dua SMA ada seorang murid baru namanya Elisa dan membuat Clay jadi tergila-gila padanya lebih dari orang gila. Kenapa Karl bilang begitu? Karena Clay memang benar-benar gila karena gadis bernama Elisa itu. Semua bukunya di belakang tertulis nama Elisa―yang menurut Karl norak. Bahkan kalau malam ngigo nama Elisa. Mungkin juga wet dream gara-gara Elisa. Oops. Tapi hebatnya Clay, walaupun ‘gila’ tak menurunkan prestasinya. Clay minta tolong Karl menyusun strategi untuk mendapatkan Elisa. Karena Karl lebih berpengalaman dalam masalah menggait cewek. Dari situlah mereka baru benar-benar dekat sebagai saudara kembar.

Clay akhirnya berhasil mendapatkan Elisa. Clay tentunya berterima kasih kepada saudara kembarnya itu. Dan tanpa diminta Karl, Clay malah menawarkan diri mengerjakan seluruh PR-nya selama satu minggu. Sebenarnya Karl bukan tipe anak yang bodoh banget dalam akademik. Ia termasuk dalam kaum yang sedang-sedang saja. Kalau cuma PR ia juga bisa mengerjakannya. Tapi… mumpung ada kesempatan, dimanfaatkannya. Dan baru itu pula ia melihat kembarannya itu peduli sama yang namanya ‘cewek’. Ia terlihat begitu menyayangi Elisa. Melindunginya dari apapun. Tidak seperti Karl yang ‘merusak’ dari segi apapun. Jujur saja, selama dia pacaran dari SD itu, awalnya cuma coba-coba. Pertama kali pacaran itu terasa biasa aja tidak ada yang istimewa dari jalan bareng, makan bareng di kantin, duduk dekat-dekatan. Apalagi ya… hm, mungkin cuma membuat Karl rajin sekolah biar bertemu dengan pacarnya itu. Karena merasa biasa aja ia memutuskan pacarnya itu. Saat SMP semuanya terasa lebih berbeda, ia coba-coba lagi dengan kakak kelasnya. Dan tentu saja membawanya pada nuansa pacaran yang lebih berbeda, jalan berdua, duduk berdua, pegangan tangan, pelukan, first kiss. Ketagihan. Sampai jadi perusak. Oke, cukup sampai di situ. Karena sebanyak-banyaknya ia pacaran belum pernah merasakan yang namanya ‘jatuh cinta’ yang benar-benar cinta. Biasanya, ngomong cinta hanya sekadar rayuan belaka. Omong kosong dan sebagainya. Belum pernah benar-benar yang namanya tergila-gila seperti Clay itu.

BELIEVEWhere stories live. Discover now