FOUR: [CATCHING FEELINGS]

2.9K 112 7
                                    

FOUR―CATCHING FEELINGS

“―They say we’re too young for love

But I’m catching feelings―

ROTTERDAM The Hague Airport terlihat ramai. Banyak orang hilir-mudik. Karl menyampirkan syalnya di leher. Walaupun ini musim semi tetap saja udara di sini lebih dingin dari Indonesia. Empat tahun tidak berada di sini. Karl merasakan keadaan yang begitu berbeda. Embusan napasnya di udara menghasilkan uap. Padahal dulu, kalau musim semi ia bahkan bisa keluar dengan celana pendek dan baju kaos biasa, bahkan shirtless. Kenapa sekarang terasa seperti ini sih? Pasti gara-gara sudah terbiasa dengan panas Jakarta yang begitu mencekam.

Karl mendelik ke kiri dan ke kanan. Mencoba mencari orang yang mengenakan kaos seragam berwarna ungu dengan tulisan Tropische Vakantie Tour. Anak buah papanya. Ya, di sini papanya punya perusahaan yang bergerak di bidang tour. Khususnya tour ke Negara tropis. Bali, Indonesia menjadi paket unggulan tentunya. Kata papanya Karl akan dijemput oleh anak buahnya itu menuju apartemennya.

Dag Meneer,” sapa seorang pria dengan rambut blonde dan bermata biru.

(Hallo, tuan.)

Dag Meneer,” Karl membalas sapaan orang itu.

Mag ik me voorstellen?  Ik ben Peter Meijer, je papa werknemer,” katanya lalu menyalami Karl.

(Bolehkah saya memperkenalkan diri? Saya Peter Meijer. Karyawan papa anda.)

Karl membalas uluran tangannya, “Ik ben Karl Aylonso Pramanna. Aangenaam kennis te maken, Peter,” katanya.

(Saya Karl Aylonso Pramanna, senang berkenalan dengan anda, Peter.)

Ik zaal naar je appartement rijden,” kata Peter sambil mengambil koper Karl dari tangannya. Lelaki itu mulai mendorong koper Karl.

(Saya akan antar ke apartemen anda.)

Oke, Dank je,” kata Karl sambil mengekor di belakang Peter.

Peter membawa Karl ke sebuah sedan yang terparkir di lapangan Parkir. Ia memasukan kopernya ke dalam bagasi. Lalu mengambil alih kemudi. Karl duduk di samping kemudi. Sedan itu pun keluar dari Bandara. Karl menatap ke kiri dan ke kanan. Ada sedikit perubahan terjadi setelah lima tahun lalu ia meninggalkan Rotterdam.

Hoe was je vlucht, Meneer?” tanya Peter saat mereka belok ke arah kiri memasuki Vliegveldweg.

(Bagaimana penerbangannya,Tuan?)

Ik geniet ervan,” jawab Karl sambil mencoba menyalakan ponselnya.

(Saya menikmatinya.)

Goed,” katanya.

(Bagus.)

Lima belas menit kemudian mereka akhirnya tiba di depan sebuah gedung pencakar langit. Itu adalah bangunan yang dinamakan The Red Apple. Letak gedung ini juga strategis dikelilingi dua pelabuhan yaitu pelabuhan Scheepmarkers dan Wijn serta pemandangan dari jembatan Verlengde Willems menghiasinya. The Red Apple mempunyai 40 lantai dan dibangun dengan 200 unit fasilitas yang ada di dalamnya termasuk apartemen, restoran, pertokoan bahkan perkantoran.

Karl segera turun dari sedan itu. Membuka kacamatanya. Menatap bangunan pencakar langit itu. Bangunan kokoh menjulang tinggi. Gedung itu di dominasi warna merah dengan sebuah kopblok di sebelahnya. Itu untuk pertama kalinya Karl akan menginjakan kaki ke dalamnya. Karena sewaktu Karl di sini dulu, bangunan ini baru selesai di bangun. Karl segera menyeret kopernya masuk ke dalam.

BELIEVEWhere stories live. Discover now