2. Dulu

3.1K 591 15
                                    

-Ranti-

*Flashback*

Setelah kejadian dimana secara tidak sengaja aku melukai kerabat Keraton kemarin, aku mulai mencari informasi tentang pria bernama Swarna itu. Saat pulang kemarin--menemukan aku sudah dalam keadaan lusuh--Ibu memilih untuk mendiamkanku. Tapi aku harus bisa menahan rasa gengsiku hanya untuk mengetahui tentang mas Swarna.

"Bu, Ibu tahu mas Swarna?" Tanyaku sambil menyetir mobil ke arah rumah.

"Kenapa kamu tanya-tanya? Ya kenal lah." Jawab Ibuku ketus dan akan selalu ketus kalau dengan anak semata wayangnya ini. Entah kenapa..aku lahir tepat seminggu sebelum Ibuku merayakan ulang tahunnya, kami punya watak, sifat dan karakter yang garis besarnya sama persis. Dulu sebelum aku beranjak besar, aku dan Ibu sangat akrab, karena banyak hal dari kesamaan kami yang bisa kami kerjakan bersama. Beranjak dewasa seperti kutub utara dan selatan, sama sekali tidak pernah bertemu titik yang pas, selalu bertengkar tidak pernah akur. Bukannya harusnya Ibu itu mengalah sama anaknya ya?

"Umm..tadi itu.....aku ceroboh, Bu. Nggak sengaja gitu.."

"Ya ampuunn!! Kamu ngelakuin apa lagi sih nduk???! Apa lagi?? Coba kasih tahu Ibu!"

"Aduuhh! Ibu nih biasa aja lah. Nggak ada, tadi cuma ada salah paham sedikit, tapi mas Swarnanya itu menjengkelkan, padahal aku udah minta maaf juga nggak direspon.."

"Apa? Kamu ngapain dia??"

"Ya ampun, cuma nggak sengaja sandalku kelempar kena mobil dia. Kan tadi sebelahan parkirnya. Nggak sengaja kok.."

"Duh! Kamu ini selalu bikin masalah! Udah, besok kamu balik lagi ke Keraton, ketemu Tante Leli biar disampaikan itu permintaan maafmu!"

"Yah..jangan dong Bu. Minta nomer hapenya aja deh Bu. Ya ya? Pleaseeeee.."

"Nggak. Kamu harus ketemu. Nggak sopan lewat-lewat handphone segala."

Aku hanya bisa menggerutu kesal. Aduh, harus gimana aku ketemu sama dia lagi?

Jadilah, siang hari ini, aku sendiri menemui Tante Leli seperti yang dibilang Ibu kemarin. Tante Leli itu ternyata Tantenya mas Swarna. Untungnya Ibu sedikit bisa berakting agar tidak memberitahukan perihal sebenarnya, Ibu hanya bilang kalau aku belum mengucapkan terima kasih sempat dibantu kemarin oleh mas Swarna, padahal kebalikannya.

"Eehh, anak cantik. Sendirian ya? Ibu ndak ikut?"

"Enggak, Tante. Saya sendiri aja.."

"Oh ya wis. Tunggu ya, mas Swarna sudah tante panggilkan. Untung tante masih disini, jadi bisa sampaikan pesanmu.."

"Matur nuwun tante. Memangnya tante mau kemana?"

"Tante kan tinggalnya di Jogja. Nanti sore mau pulang.."

Saat tengah mengobrol ringan di ruang tamu yang luasnya seperti lapangan sekolah itu, terdengar kemudian suara langkah kaki berjalan semakin dekat. Semakin terdengar jelas langkah kaki tersebut, hatiku semakin tidak karuan.

"Tante, ada keperluan ap...." belum selesai kalimat itu diselesaikan, mas Swarna dan aku saling tatap. Ternyata, sisa kemarahan tadi malam belum hilang juga..

"Ini, nang. Ada yang mau ketemu,anaknya tante Asri, duduk dulu. Tante mau ketemu Bapakmu dulu ya, kamu temani Ranti."

Saat Tante Leli menghilang dari balik pintu raksasa di tengah ruangan tersebut, kemudian pandangan kejam itu kembali ke arahku.

My Sun (Dineshcara) [TAMAT]Where stories live. Discover now