3. Setan Cilik

3.2K 565 21
                                    

-Swarna-

Setelah kuputuskan untuk cuti selama 1 bulan, guna menyelesaikan urusan di Keraton, aku kembali ke kota kelahiranku ini. Semua tampak sama, kecuali aku yang semakin menua dan kembali sendiri.

Perpisahanku dengan Sinar memang sudah berlalu, aku juga tidak terlalu peduli dengan masa laluku, yang cukup ku khawatirkan adalah Papa. Berkali-kali beliau mencoba mencarikanku istri lagi. Setidaknya perempuan yang bisa menemaniku kemana-kemana, entah itu hanya makan, berbelanja atau apapun. Mungkin juga karena pengaruh mereka ini sudah mendengarkan berita bahwa mantan istriku itu akan menikah lagi.

Setelah berpisah, aku semakin menjauhi dalam berhubungan dengan perempuan. Aku terlalu malas terhanyut dalam drama-drama tersebut. Lebih santai aku menjalani hidupku sekarang, tapi nyatanya tidak dengan keluargaku.

'Kalau urusanmu diurusi orang lain, itu tandanya kamu sedang ada di Indonesia.'-anonymous.

Seratus persen benar adanya. Hidup sebagai keturunan darah biru memang tidak bisa sembarangan. Ada amanah yang harus kupikul bahkan semenjak aku dilahirkan. Aku mencoba sebisa mungkin mengikuti tugas apa-apa yang diberikan padaku. Meskipun bukan calon tunggal penerus takhta, tetapi untuk menghargai usaha Papa aku selalu mengikuti kegiatan di dalam Keraton. Aku sudah sering menghandle acara Keraton, namun lebih kepada mengcreate suatu acara, karena hal tersebut bisa diremote dari jarak jauh. Sesekali aku mengunjungi tempat acara, selebihnya kuserahkan pada sekretaris.

Sada, mungkin sebelas dua belas bila dibandingkan dengan aku. Hanya saja dia lebih bisa terjun langsung karena memang pekerjaannya ada di Solo, jadi sebenarnya sudah lama bahwa urusan kegiatan di Keraton adalah hasil kerjasamaku dengannya secara tidak langsung. Selama itu karena kami sudah tidak saling bersinggungan satu sama lain karena suatu hal. Untungnya, permasalahan itu sudah clear sekarang dan semoga akan selalu baik-baik saja ke depannya.

Bahkan saat ini aku dengan tangan terbuka ikut sibuk dalam persiapan pernikahannya.

Saat aku hendak keluar Keraton untuk makan siang, tiba-tiba kulihat Smara berbincang dengan seorang perempuan. Ya.. aku yakin itu suara perempuan. Ku langkahkan kaki dengan tegas ke arah sasana sumewa dan mendapati Smara berdua dengan Setan Cilik.

Ranti, maksudku.

Sejujurnya aku suka tidak enak hati, ketika melihat si setan cilik ini berbincang dengan Smara. Perlakuan Ranti padaku dengan perlakuannya pada Smara, berbeda 180 derajat. Dia bisa begitu akrab dengan Smara, tertawa lepas, saling kontak fisik dengan berpelukan--seperti yang kulihat barusan--dan itu cukup membuatku kesal.

Karena.....selama ini aku pikir aku telah berbuat baik, ya..meski kenyataannya aku memang lebih suka berbuat jahil ke setan cilik, tapi masih dibatas wajar.

Di sisi lain aku memaklumi respon Ranti yang berbeda terhadapku..aku tahu kenapa Ia melakukan itu, karena hal itu merupakan benteng yang sengaja Ia bangun di hadapanku.

"Siapa yang judes?" Aku memutuskan untuk ikut campur dalam percakapan Smara dan Ranti. Ingin rasanya melihat respon si setan cilik, pastinya dia akan kesal.

Tentu saja, apapun yang aku lakukan di hadapannya berhasil memancing emosinya..kalau boleh jujur, kadang-kadang itu menjadi senjataku agar diperhatikan olehnya.

Ya, sekali lagi, mungkin karena aku sendiri jadi lebih butuh hiburan, bukan karena aku tertarik dengan si setan cilik.

"Anak ini bantu? Yang ada malah bikin repot kamu, Yu." Kataku waktu tahu bahwa Ranti kemari untuk membantu persiapan pernikahan Sada bersama dengan Ayu, adik sepupuku.

My Sun (Dineshcara) [TAMAT]Where stories live. Discover now