Pie and Cake

1.8K 160 62
                                    

**Disclaimer**
Bungou Stray Dogs just by Asagiri Kafuka & Harukawa Sango

Warn : ooc. typo itu hak asasi bung. Gaje dan Absurd itu pasti. kalau gantung, yahh itu hanya demi kepolosan.

Di ruang tengah, Dazai duduk sedangkan Chuuya berada di bawahnya. Bukan, Chuuya tidak ada di bawah Dazai- tapi tidak juga, ya memang dia dibawah Dazai- maksudku, dia di lantai bersender pada sofa tempat Dazai duduk. Jadi, dia di bawah Dazai. Aku benar? Tentu.

"Aku menunggumu pulang kau tau?" Dazai membuka suara.

"Aku tidak minta. Kau saja yang kurang kerjaan. Lakukan tugasmu dengan benar." Dazai tersenyum kecil.

"Lama sekali. Aku di sini sejak jam empat sore."

"Apa?!" Chuuya terlonjak kaget. Dia membalik badan dan berdiri dengan kedua lututnya sejajar dengan Dazai. "Kau gila? Mau apa kau di sana? Agar dibilang stalker?"

"Yah, aku kan tidak tau kapan Chuuya pulang. Tapi aku ketiduran di sofa dekat jendela ruang tunggu, pantas saja Chuuya tidak melihatku yah. Untung saja tukang bersih bersih nya peka dan masih mengingatku, jadi aku dibangungkan saat kau pulang." katanya tertawa, "Senang bisa menjahilimu lagi."

Si surai oranye membuang nafasnya, "Kau bodoh sekali Dazai."

"Ahh.. Tidak perlu jujur seperti itu. Lihat ini, kau bahkan lebih bodoh tidak membersihkan wajah dengan benar. Masih ada krim coklat dihidungmu."

Dazai sudah akan mengusap krim di hidung mancung, jika tangan kecil si Nakahara tidak menggenggam pergelangan penuh perban itu, "Kalau begitu kau belum makan?!" tanyanya sedikit berteriak. Cemas mungkin? Entahlah. Tsundere itu sulit dimengerti.

"Hmm..." manik hazel bersembunyi hingga senyum akhirnya terpahat di wajah Osamu. Dengan santai dia mengusap krim di hidung Chuuya dan menjilat krim itu dari tangannya membuat si penggila wine membuka sapphire nya lebar.

"Aku sudah makan." Dazai tersenyum pada Chuuya yang masih mencerna apa yang terjadi. Hingga akhirnya merah naik ke muka dan Chuuya menekan bantal di sampingnya ke wajah Dazai. "Makan bantal ini!" ia emosi namun Dazai hanya tertawa sambil memeluknya.

Sedikit tawa hangat Dazai bercampur protesan Chuuya memenuhi ruangan itu. Chuuya meronta, bukan minta lepas, malah dia yang semakin menekan bantal itu. Mampuslah kau Dazai, pikirnya.

Namun akhirnya ia melemaskan ototnya dan berkata, "Lepaskan dulu, aku akan buat sesuatu."

"Tidak." manik incarnadine Dazai menatap azure Chuuya, "Aku yang masak. Chuuya mandi saja. Kau lengket, dan,,,... semakin manis." Chuuya merona kembali, menekan lagi bantal itu ke Dazai Osamu.

"Sana sana... Apa kau mau dipeluk terus?"

"Mati kau!" akhirnya bantal pun dilempar.

Suara shower berderu, decakan air terdengar mengisi dini hari yang sepi. Senandung Chuuya sampai ke telinga Dazai yang sibuk membuat adonan -yang mungkin akan menjadi- pie.

"Chuuya jangan bernyanyi, kupingku sakit!!"

"Aku tidak menyuruhmu dengar Bodoh!!!!" Chuuya berteriak dari dalam kamar mandi.

Dazai tau saat ini Chuuya pasti menaikkan kedua alisnya kesal.

Dazai terkikih kecil.

Dulu, saat di mafia, Dazai sering mendengar Chuuya bernyanyi dengan gumamannya, dan selalu bilang suara Chuuya jelek, tapi sebenarnya tidak. Dia punya suara yang bagus, dan Dazai jadi tau si penyuka wine itu juga menyukai musik.

Bunyi shower dan lagu Chuuya tenggelam digantikan suara mengganggu dari Dazai yang memasak.

"Kau sudah selesai?" tanya Chuuya begitu keluar dari kamar mandi.

"Sedikit lagi." Dazai menjawab dengan senyum manis laknatnya.

"Kau, sialan!! Kenapa dapurku jadi berantakan?!" Chuuya syok melihat tumpukan tepung di atas meja makan, lalu kembali melirik Dazai yang tersenyum manis.

"Heheee..."

'Dia sengaja!' batinnya.

Chuuya menghela nafas begitu sukses menyabarkan dirinya agar tidak melipat Dazai ke koper dan membuangnya ke laut. Begini begini dia tidak ingin mengibarkan bendera perang pada Agensi.

"Tunggu disini. Jangan lakukan apapun! Jangan buat dapurku lebih buruk dari ini, aagghh kau sialan-!! Aku pakaian dulu."

"Baikk..~~"

"Jangan sentuh apapun lagi, ingat!!"

"Iya iya Chuuya.. Kau bawel sekali." Dazai menatap punggung Chuuya yang menghilang berbelok di ruang tengah. Ia terkekeh.

Lima menit berlalu, Chuuya kembali dengan kaos maroon panjang dan celana coklat panjang pula, "Jadi kau mau buat apa?" tanya nya.

"Pie mungkin."

"Bukan begini cara membuat pie bodoh. Sudah biar aku saja yang buat."

"Heee,,, tidak mau." Dazai merengek kembali, "Seharusnya masakanku itu jadi hadiah ulang tahunmu!"

"Lalu saat matahari terbit aku akan masuk peti mati?"

"uhm!"

Chuuya menyeringai horor melihat Dazai yang mengangguk manis, "Tidak." lalu memasang wajah datar kembali.

Begitu kalimat itu selesai, Chuuya tersenyum lebar lalu melemparkan segenggam tepung roti ke wajah Dazai. Bagus, tepat mengenai muka dan bajunya, si pelaku tertawa keras.

"Rasakan itu. Pembalasanku, ahahaha!"

Sementara Dazai yang berhasil menyelamatkan kedua matanya, rautnya datar melihat Chuuya yang masih tertawa jika saja Dazai tidak gantian tersenyum dan mengambil tepung.

"Oh, tidak Dazai. Jangan lempar tepung itu. Aku baru selesai mandi kau ingat?" Chuuya mundur perlahan, masih dengan gelak di wajah rupawannya.

"Kau jahat sekali Chuuya." Dazai memelas.

"Lebih jahat mana? Ada orang yang melemparku kue tar jam dua malam, saat ku jamu baik malah mengacaukan dapurku. Untung aku sudah memaafkannya hanya dengan segenggam tepung roti." ada tawa di ujung kalimatnya.

"Yahh.. itukan ucapan selamat."

"Selamat apanya? Gila kau. Ganti bajumu sana. Biar aku yang masak. Dan lain kali kalau kau ke sini, tolong jangan ke dapurku."

To Be Continued (?)

Iseng again~
Saya tau ini nanggung. Tapi itulah saya. Lengkapnya, akan di post di ffn, kalau niat sih yah.. Karena mungkin ratenya akan bertambah? Dan saya tidak ingin seperti itu di sini.

Saya sudah berusaha menekannya haha.. Tapi sepertinya saya gagal. Tak apalah. fluff ini nanggung.. ><

RnR?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 05, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DayWhere stories live. Discover now