LIMA PULUH LIMA : Sebuah Rahasia

228K 19.7K 3.3K
                                    

"Apa-apaan? Mengapa hanya setengah wajahku yang kau foto?" tanya Aldrich ketika mereka berdua sudah berada​ di rumah Yura lagi.

"Memangnya kenapa? Wajahmu lucu, apalagi dengan kantung matamu yang besar itu," ejek Yura.

"Aku kurang tidur akhir-akhir ini," ungkap Aldrich sembari membawa ponselnya sendiri di saku celana, lalu menunjukkan sebuah foto, "ini baru foto yang bagus."

Yura mengangkat bahunya tidak peduli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yura mengangkat bahunya tidak peduli. "Apa bedanya? Tetap saja itu kau."

"Tentu saja berbeda."

"Terserah."

"Kapan kau akan kembali pulang untuk kuliah?" tanya Aldrich kemudian dengan tangan yang menggenggam tangan Yura dan memasukkannya ke dalam saku jaketnya.

"Hari ini."

"Sudah memesan tiket?"

Yura mengangguk.

"Batalkan saja."

Yura menaikkan alisnya. "Kenapa?"

"Kau pulang bersamaku saja."

"Apa bedanya?"

"Tentu saja jika kau ikut bersamaku, maka kelas pesawat yang akan kita naiki bukan seperti kebanyakan orang. Tapi yang khusus untuk orang-orang berdompet tebal."

"Tapi aku kan tidak punya uang sebanyak itu."

Aldrich tersenyum. "Kau punya dompet berjalan, aku."

Yura tertawa kecil. "Baiklah. Kurasa aku ingin menghubungi seseorang."

"Siapa?"

"Dave."

"Untuk apa?"

"Untuk memberitahu tentang aku yang akan kembali, tentu saja."

"Tidak usah."

Yura menggeleng. "Ini kulakukan agar dia tidak menunggu dalam ketidakpastian, dan juga untuk memberitahunya tentang barang yang ia minta."

Aldrich mendengus dan melepaskan genggamannya, tetapi kini beralih untuk menyandarkan kepalanya di pundak Yura.

Dave, aku akan pulang hari ini. Tapi jangan tunggu aku karena mungkin besok aku baru sampai. Barang-barang yang kau minta sudah kubelikan, untuk lighstick adanya yang berwarna pink dan abu-abu, tidak apa-apa kan?

"Panjang sekali pesanmu, sangat berbeda jika kau mengirim pesan padaku," seru Aldrich tidak suka.

"Jangan menjadi pencemburu seperti itu, kau tentu tahu yang mengisi hatiku ini siapa. Dave hanya aku anggap sebagai adik yang menggemaskan."

Aldrich tersenyum lebar, senang. "Aku tidak menggemaskan?"

"Tentu, saking menggemaskannya sehingga ingin kutampar bolak-balik."

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang