Go Away

737 51 6
                                    

"Oppa, saranghae,"

"Oppa, kenapa belum makan? Ingin ku buatkan sesuatu?"

"Oppa ingin hadiah apa saat ulang tahun nanti? Aku akan berikan yang oppa mau, tapi jangan meminta yang mahal oke, hehe,"

"Oppa, cepat sembuh, saranghae,"

"Aku tidak mencintaimu!! Jadi lepaskan aku karena aku juga ingin bahagia!!"

Mataku lagi-lagi terbuka setelah berulang kali aku mencoba untuk tertidur. Entah kenapa, sampai detik ini bayangan akan dirinya selalu ada dan terus berputar di dalam kepalaku. Setiap hari, setiap jam, setiap menit dan setiap detik. Dunia ku seakan hanya tertuju padanya saja.

Semua hal tentangnya, tidak pernah benar-benar hilang dari kepalaku. Sama seperti tayangan televisi, tapi yang ini tidak pernah sekalipun berhenti meskipun sekedar untuk memunculkan sebuah iklan.

Kalau sudah begini.

Aku harus bagaimana?

Berbagai cara sudah aku lakukan agar dia cepat enyah dari dalam kepalaku.

Tapi,

Semua hal yang aku upayakan, gagal.

***

"Kyuhyun-ah, pergilah berlibur. Beberapa waktu belakangan ini kau terlihat lebih banyak pikiran dan lelah. Kau baik-baik saja, nak?"

Tanpa menoleh pun aku sudah sangat hafal siapa yang sedang berbicara padaku saat ini. Dia ibuku, wanita yang masih terlihat sangat cantik bagiku diusianya yang sudah tidak muda lagi.

"Jangan khawatir, eomma. Aku baik-baik saja." jawabku sekenanya sambil membereskan beberapa map serta dokumen penting yang harus aku bawa ke kantor hari ini.

"Jangan berbohong pada eomma. Jelas kau sedang tidak baik-baik saja. Bagaimana kalau hari ini tetap dirumah saja?"

Dari sudut mataku, aku bisa melihat ibuku yang berjalan mendekat.

"Masih ada pekerjaan di kantor yang harus selesai hari ini eomma, aku berangkat sekarang," kataku tak ingin berlama-lama mendengarkan apa yang dikatakan ibuku karena aku tau pada akhirnya ibuku ini akan memberikan ceramah yang amat sangat panjang. Kucium kening ibuku sebelum akhirnya aku keluar dari kamarku dan meninggalkan ibuku sendiri di sana.

Kulajukan mobilku dengan kecepatan sedang membelah jalanan pagi kota Seoul yang sudah mulai terlihat padat. Sesekali aku melirik ke arah spion sekedar untuk melihat apakah ada kendaraan lain yang melaju tak jauh dibelakang mobilku.

"Oppa, buka mulutmu. Aa.."

"Aa.."

"Enak?"

"Hmm, enak,"

"Tentu saja, aku yang memasaknya," ucap gadis itu dengan ekspresi bangga yang ia perlihatkan padaku.

"Anak pintar," kataku mengusap kepalanya. Dia hanya menganggukkan kepalanya percaya diri dengan senyuman lebar yang menghiasi wajah cantiknya. Aku tersenyum dan memberikan sebuah ciuman tepat di bibir manisnya. Jangan ditanya bagaimana ekspresinya, tentu saja dia terkejut dan tersenyum malu sambil memukul lenganku pelan.

"Oppa jinja, jangan membuatku malu,"

"Kenapa harus malu? Aku sudah sering mencium-"

"Oppa jebal," jawab gadis itu dengan raut wajah semerah tomat sambil menutup mulutku dengan telapak tangannya.

Sungguh, gadisku benar-benar cantik sekali.

One-ShootWhere stories live. Discover now