Making Love

19.1K 624 79
                                    

"Sepertinya aku harus mengubur perasaanku pada Monica."

Niken langsung menoleh tidak percaya dengan ucapan Vero. Bagaimana mungkin, sudah satu tahun lebih Vero mengejar gadis populer itu.

"Dia sudah jadian dengan Ghavin, anak dari rektor kita," lirih Vero sambil menaruh gelas minumannya.

"Vero ..." Niken menatap sedih sahabatnya yang terlihat patah hati. Ada rasa bahagia ketika Niken mendengarnya.

Tapi tak dipungkiri juga Niken ikut sedih sekaligus cemburu karena Vero terlihat begitu menyukai Monica.

"Kau harus menghiburku. Karena sudah kewajiban seorang sahabat menghilangkan kegundahan sahabatnya yang sedang galau," ucap Vero dengan sedih.

Niken memutus pandangannya. Hatinya terasa sakit melihat tatapan terluka Vero. "Kau harus sabar, mungkin dia memang bukan untukmu. Atau mungkin Tuhan sedang menunda dia menjadi milikmu. Bisa saja minggu depan atau mungkin bulan depan mereka putus lalu tiba-tiba menerima cintamu. Ayolah ... Vero yang kukenal tidak mudah menyerah. Selama janur kuning belum melengkung, siapa pun berhak memperjuangkannya."

Niken tetap menyemangati meski bisa saja semua ucapannya tadi dikabulkan Tuhan, sudah pasti dia akan lebih tersakiti dari yang sekarang ia rasakan.

Terdengar helaan napas lelah Vero. "Semoga saja semua yang kau katakan benar adanya. Mereka putus sehingga aku mempunyai kesempatan lagi."

Vero tersenyum memperhatikan Niken yang asik menonton televisi sambil memakan makanan ringan yang Vero sediakan di meja. "Apa mau kupesankan sesuatu? Pasti kau lapar setelah bekerja."

Niken menggeleng, "Sebelum pulang tadi aku sempat makan. Masih ada beberapa menu yang masih ada di pantry. Maklum, anak kost senang yang gratis." Niken tertawa renyah. Terlihat manis sekali meski wajahnya saat ini pucat karena kedinginan.

Vero merasakan ada yang aneh dengan perasannya melihat senyum lepas Niken. Jantungnya tiba-tiba saja berdebar tak menentu. Namun Vero mencoba menepisnya karena merasa hatinya saat ini tengah galau hingga perasaannya lebih sensitif.

Niken berjengit merasakan tangan dingin di pipinya. Vero semakin senang menggodanya karena Niken semakin kesal dengan perbuatannya.

"Tanganmu dingin. Jangan menyentuhku!" ancam Niken.

Vero mengabaikan. Kali ini ia mulai mendekatkan tangannya pada lengan Niken. Niken mulai kesal, ia memukul Vero dengan bantal yang digunakannya untuk melindungi tubuhnya.

"Tubuhmu hangat, sedikit sentuhan untuk menyalurkan kehangatan, kurasa tidak ada salahnya."

Vero semakin senang menggoda Niken bahkan kini gadis itu semakin berjengit karena Vero mulai menggelitiki tubuhnya.

Mereka saling menggelitiki satu sama lainnya. Hingga Vero menghimpit tubuh kecil Niken pada kungkungannya. Sofa kecil itu terlihat penuh oleh kedua tubuh manusia yang saling bertumpu.

Tawa mereka mulai mereda. Nafas keduanya terdengar memburu. Vero menatap dalam wajah Niken. Pandangannya tepat pada bibir pucat Niken.

Entah mengapa hasrat terdalamnya ingin mencicipi kembali bibir ranum itu. Meski mabuk, malam itu Vero masih sedikit mengingat rasa manis bibir Niken. Bahkan ingatan Vero akan tubuh Niken pun dia masih merasakannya.

"Niken ..." suara Vero sangat serak.

Meski awam Niken tahu benar tatapan teduh dan suara itu mengandung hasrat gairah. Niken terasa sulit menelan ludahnya. Apa lagi saat ini ibu jari Vero tengah meraba bibir terbukanya. Ada hasrat lebih untuk sekedar menyentuhnya.

"Vero ..." balas Niken tak kalah serak.

Perlahan Vero mendekatkan wajahnya. Nampak ragu-ragu menempelkan bibir dinginnya ke bibir hangat Niken.

Gadis itu memejamkan matanya. Meresapi tekstur bibir sensual Vero. Hingga akhirnya tangan lembutnya meremas kaos Vero tepat di bagian dadanya karena kini mulut panas Vero sedang mencumbu bibir manisnya.

🍁 Skip 🍁
( Hanya ada di pdf & KaryaKarsa )

Niken mengerang merasakan pelukan yang semakin mengetat. Dadanya terasa sesak terhimpit lengan kokoh Vero.

Tubuh Niken menggeliat mencoba melepaskan namun bukannya mengurai, Vero malah semakin megeratkan pelukannya membuat Niken kesal dan semakin kuat berusaha melepaskan lengan kokoh itu.

"Diamlah, tetap seperti ini!" pinta Vero serak dengan mata masih terpejam.

Niken tetap saja mengabaikan perintah Vero. Tubuh Niken semakin tidak bisa diam. Sekilas Niken mendengar suara lenguhan dari belakang tubuhnya, tapi dirinya tetap tidak peka dengan perbuatannya yang ternyata memancing kelelakian Vero.

Niken tersentak ketika bukti gairah itu kembali melesak pada pangkal pahanya. Tenggorokan Niken tercekat seakan kering.

"Akhh ..." jerit Niken saat tubuh tegap Vero sudah menindihnya kembali. Mata mereka beradu. Niken melihat kabut gairah muncul lagi di iris mata Vero.

"Sudah kubilang jangan bergerak. Tapi kau malah tak bisa diam, dan sengaja memancing dia untuk kembali tegak." Vero sengaja menekan miliknya pada belahan pusat inti Niken.

"Sekarang, kau harus bertanggung jawab untuk menerimanya kembali pada milikmu yang telah basah ini."

"Aahh...." Niken mendesah ketika milik Vero kembali menghujam tepat pada titik sensitifnya.

Vero melumat bibir Niken penuh nafsu dan mendamba. Kedua manusia itu kembali pada kenikmatan gairah yang sesungguhnya masih tabu untuk mereka artikan.

.

.

.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Tersedia juga versi  bentuk pdf
Price 30k

Minat silakan WA 085691083305

.
.
.

*05-Sept-2018
aliceweetsz

Friendsh*tWhere stories live. Discover now