7,3 - on the way back home

396 87 27
                                    

CALISTA menguap. Pekerjaannya hari ini sungguh melelahkan dan ia sama sekali tidak ada waktu beristirahat. Bahkan janji makan siang dengan Leo pun terpaksa harus batal. Boro-boro keluar kantor untuk bisa makan rujak cingur bersama kekasih, meninggalkan ruangan rapat saja tidak bisa. Atasannya memesan chinese food takeaway, tidak ada satu pun yang menolak atau berkomentar. Makan siang dengan menu yang dipilihkan atasan, artinya, tidak boleh ada yang meninggalkan gedung kantor. Apalagi untuk makan siang sambil mesra-mesraan berdua pacar.

Padahal Calista sendiri sadar kalau sudah sering kali ia membatalkan janji temu makan siang di sela-sela pekerjaan, atau makan malam sepulang kewajibannya on air, tapi jelas akan terlampau larut dan ia tidak ingin membiarkan Leo terjaga sampai ia selesai bekerja. Sudah berapa kali Calista lupa membalas pesan, karena menumpuknya draf yang harus ia baca. Panggilan yang tidak sempat Calista buat kendati lupa dan kepalanya yang penuh dengan progres program yang harus ia ajukan pada Executive Producer, alias orang yang bertanggung jawab atas gajinya.

Ini semua karena adanya rolling programs, sehingga Program Director, Producer, dan Script-writer, dan semua staf yang bertugas diacak menjadi tim-tim baru dan tak ayal membuat semua pihak kelabakan. Padahal tanpa adanya kericuhan di kantor, Calista sendiri juga sedang sibuk mempersiapkan materinya untuk proyek broadcast jockey yang akan ia ikuti.

Calista melempar tas tangannya ke lantai, lalu menjatuhkan diri ke atas kasur.

Dengan mata yang separuh terbuka, rasa kantuk yang hebat, Calista memaksakan diri membaca pesan yang tertera di aplikasi perpesanan.

ALE: Ta, tadi jadinya makan siang apa?
ALE: Make sure you eat well, okay?
ALE: Aku udah kelar kerja nih, mau otw ke studio
ALE: Aku boleh mampir bentar ke kantor kamu nggak?
ALE: Aku bawain roti bakar greentea nih,
ALE: Sibuk banget ya, Ta?
ALE: Sampe nggak sempet baca chat...
ALE: Ya udah, kerja yang rajin ya sayangku
ALE: Roti bakarnya aku kasihin Mbak Puteri biar nggak mubadzir
ALE: Call me when you're home, okay?
ALE: I miss you, Ta

* * *

Sammy menggeliat. Lalu menatap langit-langit kamarnya yang kosong. Dulu Iris sempat bilang kalau ia ingin menempeli langit-langit kamar Sammy dengan stiker yang bisa menyala waktu gelap. Tempelan yang bentuknya rasi bintang dan planet galaksi Bimasakti. Tapi rencana itu belum sempat terealisasikan. Sammy menarik napas panjang-panjang. Harusnya tadi dia tidak minum kopi, sekarang ia terjaga tanpa kantuk sedikit pun. Harusnya ia tahu kalau selepas pukul dua belas, isi kepalanya akan mendobrak dan membeberkan satu persatu kenangan yang ia punya tentang Iris.


"Sam, mau taoge nggak?"

Sammy mengerutkan kening dan mendapati gadisnya nyengir kuda sambil mendekatkan piring nasi rawonnya. Belum dijawab, Iris sudah memindahkan sejumlah taoge dan bawang goreng ke piring Sammy.

"Aku nggak doyan," kata Iris.

"Kenapa tadi nggak bilang mbaknya?"

"Kalau kamu suka kan nggak papa. Kamu jadi dapet jatah lebih, hehe."

"Nah kalau aku nggak suka?"

ROSYDove le storie prendono vita. Scoprilo ora