Emosi

12 0 0
                                    

Aku mentapnya sengit. Tak ada satu kata pun ku lontarkan untuk menyapanya. Sangat berbeda dengan yang biasanya ku lakukan.
Hatiku begitu sakit. Perih. Kecewa. Merasa bodoh. Apa begini cara orang orang membalas kebaikan yg aku beri pada mereka?
Ia pun akhirnya menarik tangan ku untuk mengajak aku keluar. Lantas saja ku tepis tangan itu.

"Apaan!?" Ucapku dengan nada tinggi.
"Gue minta maaf, fin". Aku hanya diam dan terus berjalan.

Kami pun berhenti diujung lorong kelas. Aku bersandar di tembok dengan kedua tangan kusilangkan di depan dada. Ia berdiri lurus dihadapanku. Aku benar2 meledak.

Ku luapkan segala emosiku padanya. Sedangkan ia terus saja memohon pintu maaf dariku. Aku tak bisa mengontrol lagi, air mataku pun menetes bersama iringan emosi yang tak bisa kuluapkan lewat kata2. Terlalu penat menahan kesabaran selama ini, tetapi tetap saja aku diperlakukan seperti ini. Wajar bila aku marah, bukan?

Dia yang melihat air mataku jatuh berusaha untuk menghapuskannya dari pipiku. Jelas saja langsung aku mengelak dan memalingkan wajahku.

"Apaansi!? Diem lo!" bentakku.

Untaian KataWhere stories live. Discover now